Selamat Hari Raya
Idul Fitri 1434 H. Mohon maaf lahir dan batin ya, semua! :D
Tulisan ini
ditujukan kepada mbak- mbak Penamerah guna melengkapi tugas ketiga yang bertema
“Lebaran”.
Nah, lebaranku
tahun ini bisa dibilang cukup berbeda dari tahun- tahun sebelumnya. Feel kemenangannya
lebih berasa. Momen kumpul keluarga besarnya pun lebih berkualitas. Entah
ini faktor umur atau memang akunya yang baru sadar.
Dulu, setiap
lebaran dan ngumpul dengan keluarga besar (di Yogya), rasanya agak canggung,
nggak bisa lepas, dan ngerasa kurang afdol karena jauh dari Mama, Mas dan Adek
di Bengkulu.
Tapi untuk tahun
ini malah sebaliknya, aku bisa enjoy banget waktu ngumpul bareng mereka,
ngerasain acara trah keluarga di Klaten (3 harian men), kumpul gadis dengan
para sepupu, piknik keluarga besar, momong keponakan, ngerasain gimana rasanya
ditodong thr, ketagihan main kartu bareng tante-tante, ngomongin masalah
sekolah sampai ke karir, pun masalah calon menyalon.
Rumah Mbah di
Rejowinangun pasti jadi basecamp wajib di Lebaran hari pertama. Dimulai dari
acara sungkeman yang mengharu biru (first time pake acara nangis- nangisan cuma
gegara ini), lanjut telepon orang
rumah di Bengkulu satu per satu sampai jam makan jadi mundur, makan besar dengan menu standar lebaran dan bagi-
bagi duit! (first time juga nggak kebagian jatah lagi). Lanjut piknik ke Pantai
Baru dengan suasananya yang adem dan sepiiiiii banget (jadi berasa punya pribadi
huehehe ). Aaaah, how lucky i was here with them, God. Thanks!
Nah, yang pasti dari hari pertama sampai hari ketiga lebaran, aku masih sibuk menghadiri trah keluarga dari Om di
Klaten yang sebelumnya seumur- umur di Bengkulu nggak pernah aku rasain. Salim dan
cipika- cipiki ke tiap orang yang ditemuin disana, makan dari rumah keluarga satu ke rumah
keluarga lainnya, dan bla- bla lainnya lagi bareng sesepuh. Ribet sih, tapi
seneng.
Momen setahun
sekali versi Bengkulu- Palembang dan Yogya-Klaten ini memang beda. Dari segi
makanan sampai ke tradisinya. Nggak ada pempek dan tekwan, tapi disini
tetep ada opor dan rendang, nggak ada acara nyekar ke tempat Papa, tapi disini ke tempat Mbah Putri, nggak keliling ke rumah tetangga, tapi ada trah keluarga besar yang nyaris satu desa.
yap. momen sama kluarga emang tiada duanya. :)
BalasHapus