Entah kenapa di sepanjang
perjalanan menuju kantor pagi ini, banyak hal yang tiba- tiba melintas tanpa
assalamuailkum di kepala. Belakangan, aku memang jadi hobi berpikir
tentang diri sendiri, tentang apa yang sedang dijalani dan tentang mimpi- mimpi
yang tersedat selama ini.
Aku diam beberapa
waktu, saat di dalam diri ada pergelutan hebat dan lemparan tanya jawab tentang apa sih passionku yang sebenarnya dan
apakah aku telah melakukan semuanya sesuai dengan passion itu? Atau malah menjauhkanku
darinya? Atau malah mungkin, aku melupakannya?
Iya, melupakan. Lalu,
apa sebenarnya yang membuatku bisa lupa pada sebuah passion yang sejatinya
sangat penting dalam sebuah proses hidup? Ternyata sebuah zona aman yang mengendalikannya.
Sebuah zona yang membuat kamu enggan beranjak dan tanpa sadar telah
mempermainkanmu dengan embel- embel kenyaman di dalamnya.
Aku diam lagi,
namun kali ini berpikir lebih dalam. Ternyata, zona aman adalah sebuah kotak energi
dimana di dalamnya ada kekuatan tarik- menarik yang cukup besar antara kebahagian instan dan ketidakpuasan pencapaian yang menyebabkan
pergesaran mindset. Dan sebenarnya zona aman itu sendiri adalah
pembatas ruang gerak yang mematikan diri.
Sebenarnya siapa sih yang tidak bahagia berada di posisi aman? Tidak perlu bersusah- susah mengenal apa arti “memperjuangkan”, toh kamu tidak akan mendapatkan resiko tidak bahagia kan? Karena adanya “jaminan” aman itu tadi.
Tapi ternyata
tidak sesimpel itu untuk menjadi bahagia. Semakin kamu mencoba menikmati keberadaanmu di dalam zona ini, malah semakin membuat kamu bukan menjadi kamu yang sebenarnya. Menjadi
kamu yang bukan maunya kamu. Menjadi kamu yang “yaudah sih jalani aja”. Menjadi
kamu yang tidak punya tujuan pasti. Menjadi kamu yang rancu. Akh,
mulai susah dimengerti ya? Iya aku pun.
Lalu aku berpikir
lagi, diantara aman dan nyaman itu tadi sebenarnya ada faktor ketakutan yang lebih
mendominasi, yang menghadirkan kemalasan untuk maju, untuk mengejar sesuatu.
Sebenarnya aku tahu dengan jelas apa yang menjadi passionku, tapi aku terlalu bermain aman atas apa yang aku jalani. Aku berpikir bahwa waktu bisa memberikanku pemahaman tentang ini, tapi aku salah. Semakin lama aku mencoba memahami dan terus menunggu pemahaman itu, aku malah merasa semakin bodoh. Tidak punya apresiasi atas prestasi, ya begitulah kira-kira.
Mungkin kalau
bukan karena rasa ketidaknyamanan yang perlahan muncul atas aman yang terus
menerus, karena buku Rich Dad Poor Dad yang aku baca beberapa hari lalu dan karena
Adit yang memancingku untuk berpikir tentang ini, aku mungkin akan terkurung
lebih lama lagi di zona ini.
Iya, karena saat kamu berani keluar dari zona aman,
saat itulah kamu menemukan kamu yang baru atau bahkan kamu yang sesungguhnya. Iya, dan
aku ingin begitu.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar