Senin, 28 September 2015

Sebut Saja Itu Aku dan Kamu

Sebut saja aku si kepala batu, dan kamu adalah es krim coklat favoritku. Sebut saja aku bocah tengil, dan kamu adalah kakak yang selalu melindungi dan bisa diandalkan kapan saja.

Sebut saja aku si grasa- grasu, dan kamu adalah obat yang bisa selalu menenangkan. Sebut saja aku orang tertidak-konsisten, dan kamu adalah pemimpin yang mampu memberi pertimbangan dan keputusan.

Sebut saja aku si aneh, dan kamu adalah kolektor yang dengan senang hati menyimpan keanehan itu menjadi hal berharga yang kamu bangga- banggakan.

Sebut saja aku ini angin, yang terkadang sesuka hati berhembus dan kamu adalah daun yang rela terbang bersama tiupanku.

Sebut saja aku ini hujan, dan kamu adalah laut yang akan menampung segala luapan dan menjadikanku keindahan.

Dan ijinkanlah aku menyebutmu rumah, tujuanku pulang dari segala hiruk-pikuk kehidupan.





Sabtu, 12 September 2015

A Big Moment in Your Life


Saat kamu berani meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Bahkan di luar dugaanmu.

Pagi itu, seorang gadis berkacamata, berkemeja dengan jilbab senada, dan celana bahannya, datang ke kantor untuk menjalani masa percobaan kerja sebagai seorang publicis. Mukanya rada sengak, banyak tanya dan sok kenal sok dekat. Waktu itu, aku memang berada di barisan paling depan di kantor, jadi mau tidak mau aku lah yang menjadi target bertanyanya seorang anak baru.

Bla- bla-bla singkat hari itu, membuatku menarik kesimpulan bahwa teman baru yang akan duduk disebelahku selama jam kerja mulai besok adalah orang yang talkative. Ternyata aku sedikit keliru, dia bukan hanya talkative tapi juga sedikit freak untuk beberapa hal. Maksudku, banyak hal- hal sepele yang menurutku tidaklah penting, tapi malah dibahas habis- habisan olehnya. Masalah kesehatan, kebersihan, bahkan sesepele meletakkan barang pada tempat semestinya. Sungguh, hal remeh- temeh yang dibesar- besarkan adalah hal yang paling tidak aku sukai.

Hari, minggu, bulan berganti tanpa terasa. 8 jam sehari, waktuku habis untuk berinteraksi dengan manusia aneh tadi. Manusia yang kadang suka semaunya sendiri, manusia yang menjadi teman beradu argumen, manusia yang kalau bicara tidak bisa santai. Manusia yang membuat panggilan seenaknya untukku. Manusia tertidak konsisten yang pernah aku temui. Manusia perasa yang sukanya mendramatisir. Manusia yang cerita hidupnya tidak terlalu jauh berbeda dariku. Manusia yang ternyata pemikirannya sejalan denganku. Manusia yang proses hidupnya aku saksikan dengan jelas. Manusia yang sangat terbuka perihal apapun. Manusia yang mengajakku menjadi orang yang lebih baik. Dan akhirnya aku tahu, dia adalah manusia yang dihadirkan Allah untuk menjadi bahan pembelajaran nyata bagiku.

Proses perubahan diri yang dia lakukan, perlahan tapi pasti, aku saksikan. Mengganti atribut percelanaan menjadi rok-kers. Mulai menggunakan kaos kaki. Membaca buku- buku islami. Belajar sholat tepat waktu dan dhuha di pagi hari. Menjulurkan jilbab sesuai dengan yang syar’i. Menghilangkan kegalauan dan kekecewaan dari lelaki. Bahkan akhirnya, cara dia menitipkan hati pada Sang Pemilik Hati. Allahuakbar, Ndut. Kadang aku masih suka merinding mengingat itu semua.

Mungkin memang belum berpuluh- puluh tahun kita saling kenal. Mungkin juga tidak semua tentang kamu aku tahu persis. Bahkan urusan hati manusia, siapa sih yang bisa tahu dengan benar kecuali kita dan Allah Sang Maha Kuasa?

Tapi paling tidak, separuh dari proses besar dalam hidupmu aku saksikan dengan nyata, Ndut. Betapa Allah Maha segalanya. Betapa kita, manusia tidaklah punya daya apa- apa. Bahwa keyakinan ditambah dengan niatan dan usaha yang nyata, akan membawa kita pada jalan-Nya. Saat kita benar- benar berpasrah diri, Allah akan mengangkat kita ke tempat yang luar biasa indahnya.

Hari ini, aku menyaksikan kekuasaan Allah yang mengharukan. Janji Allah kepada hamba-Nya yang benar- benar meminta. Mimpimu di tahun ini, akhirnya terwujud. Hari besarmu, Ndut. Hari yang kamu tunggu kedatangannya, hari dimana lelaki pilihan Allah itu datang untuk menjadikanmu seorang istri. Hari baru yang akan menaikkan derajat keimananmu. Hari dimana setengah dari agamamu sudah terpenuhi. Hari sakral yang Insya Allah sekali seumur hidupmu. Hari dimana malaikat menyaksikan janji suci antara suamimu dengan Allah Sang Maha Romantis.

Hari ini, aku datang dengan bahagia yang luar biasa. Hari ini, aku menangis untuk sebuah rasa syukur dan takjub yang tidak terkira, Ndut. Semoga Allah melimpahkan keberkahan dalam keluarga barumu. 

Semoga kamu dan Mas Eko menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warrohmah. Semoga aku segera mendapat kabar gembira lainnya dari kalian. Aamiin.

Happy wedding, Ndut. I’m happy for youuuuu.


-Yogya, 12 September 2015-