Sabtu, 27 Desember 2014

Masalah Keyakinan

Akhir- akhir ini aku kayak anak kecil yang lagi belajar jalan. Langkah kakinya kecil, hati- hati banget, takut jatuh. Padahal banyak hal seru di luar sana, yang pasti menyenangkan kalau dicoba. Apa mungkin karena udah tau rasanya sakit saat jatuh? Belum lagi kalau sampe luka, nyembuhinnya lama.

Ternyata ketakutan itu lumayan membahayakan, bisa- bisa aku lupa caranya lari kalau jalan aja lebih milih hati- hati. Tapi mau gimana lagi, belum ada sesuatu hal yang bisa membuat aku yakin dan percaya kalau jatuh itu nggak selalu menyakitkan. Jadi bawaannya udah antipati aja, underestimate.

Makin ke sini, bukan menjadi hal susah untuk menemukan orang- orang yang mungkin sesuai dengan keinginannya kita secara kasat mata. Makin banyak orang yang dikenal, makin banyak pandangan soal kepribadian seseorang juga. Tapi akan ada saat dimana kita takut untuk menjatuhkan pilihan, takut untuk memutuskan, takut untuk kemungkinan terburuknya, ya ketakutan- ketakutan klasik yang kita bangun sendiri sebenernya.

Sulit mempercayai orang lain, mungkin terkesan demikian. Tapi memang soal kepercayaan itu yang aku rasa untuk jaman sekarang cuma dimiliki orang- orang minoritas. Taroklah masalah kemapanan, ketampanan, kecerdasan, akan lebih mudah kita temui, tapi masalah kepercayaan dan bagaimana mempertanggung jawabkannya itu loh yang keliatannya agak susah.

Entah bagaimana caranya, aku masih belum menemukan satu titik dimana bisa dengan mudahnya untuk percaya sama seseorang. Beberapa orang yang aku temui keliatannya nggak terlalu merasa kesulitan untuk mengumbar kata, menjanjikan ini itu dan berlagak menjadi yang terbaik.

Ya, usaha yang cukup baik tapi belum juga berhasil untuk meruntuhkan tameng pertahanan. Klik, dan sampai pada fase di mana berani memutuskan say yes dengan yakinnya? I can't imagine it. Sampai kadang aku kepikiran tentang mereka yang sudah lebih dulu berani memutuskan. Bagaimana rasanya sih menjadi "yakin"?


Jumat, 12 Desember 2014

Volley makes me falling in...

Pertama kali tahu ada kegiatan pertandingan olahraga di kantor dalam rangka Dies Natalis UGM, aku langsung menjadi target untuk menjadi pemain voli. Ngik, saat ditunjuk kala itu aku cuma bisa nyengir nggak jelas. Mungkin mereka cuma melihat physically, tapi heloooo aku terakhir kali megang bola voli itu jaman SMA dan itu udah 4 tahun yang lalu. Boro- boro main voli, aku olahraga sekedar lari aja malesnya nauudzubillah.

Aku cuma bisa pasrah, karena terus dibujukin buat ikutan sama mbak- mbak lainnya yang ngaku juga nggak bisa main. Alhasil, terbentuklah tim voli cewek kantor yang ala kadarnya. Hari pertama latihan terjadwal hari Minggu jam 7 pagi, tapi apadaya karena efek hujan aku pun baru bangun jam setengah 8 dan langsung cus ke lapangan.


Kita langsung dikenalin sama pelatih voli, sebut saja Coach A yang fokus ngelatih fisiknya kita. Doi masih muda, anak S2 jurusan olahraga dan walau nggak ganteng- ganteng banget, tapi punya karisma yang wow hahaha itulah yang bikin cewek- cewek kantor jadi doyan latihan.

Di latihan pertama itu, cewek yang dateng cuma 4 orang dan kita digojlok macam atlet. Lari keliling lapangan 4 kali, pemanasan, latihan passing dan berujung dengan dihajar pake bola aka di smash 10 kali dalam posisi jongkok dengan tangan lurus ke depan, kata Coach A sih biar tangan kita kenal sama bolanya. And guess what? Pasca latihan hari pertama, tanganku langsung biru- biru kayak korban kdrt.

Lanjut di latihan kedua, kali ini kita udah mulai masuk ke lapangan. Perkenalan dengan mbak- mbak lainnya, total ada 11 orang kalo nggak salah. Masih dengan sistem latihan yang sama dengan kemarin, kita disakiti pake bola tapi kali ini agak mendingan karena lebih fokus ke teknik servis. Dan hari itu, terbentuklah tim inti yang terdiri dari 6 cewek yang sama- sama masih belajar dari dasar.

Di start awal, aku mendapat posisi nomer 6. Tengah belakang yang menurut Coach A, adalah posisi dimana akan banyak mendapat serangan dari lawan. Kita nyobain ngegame sekali dengan posisi itu dan taraaaa kita semua bingung hahaha

Coach A memang kayaknya kudu sabar ngadepin ibu- ibu rempong yang setiap di lapangan pasti hebohnya setengah mati. Ada yang lari menghindar saat dapet bola lah, ada yang heboh teriak- teriak saat servisnya nggak nyampe lah, ada juga yang hobinya petantang petenteng di lapangan nontonin temennya main. Doi pun pernah bilang kalo tim ini adalah tim terunik yang pernah dia pegang. Kita semua cuma bisa cekakak- cekikik bangga.

Setelah hari kedua latihan, tiba- tiba rasanya mulai suka sama kegiatan ini. Rasanya kayak nagih. Badan jadi enakan, kerasa lebih ringan, dan walaupun sakit di sana sini tapi fun. Latihan voli dadakan ini bikin kita makin deket satu sama lain, banyak ketawanya, banyak curcolnya, banyak seru- serunya.

Dan cukup dengan 4 kali latihan, kita langsung turun ke pertandingan. Jadwal pertandingan pertama itu hari Senin, tanggal 10 Desember kemarin. Kita udah deg- degan banget, apa iya kita bisa padahal cuma latihan dadakan?

Dengan modal nekat dan ngebawanya dengan fun, kita dateng ke Gelanggang dengan happy. Sampe di lapangan kita langsung pemasanan, buat ngilangin grogi. Coach A belum keliatan batang hidungnya, sampe akhirnya doi dateng dan kita dibriefing sebentar.

we're ready!

Kita semua udah gaya ala ala atlet, nggak sabar pengen ngeliat lawannya itu kayak apa eh ternyata si lawan nggak nongol juga sampe akhirnya kita dinyatakan menang WO. Terhormat nggak sih? hahaha aslinya sih bahagia, walau sebenernya juga kecewa karena nggak jadi main.

Dan pertandingan kedua dijadwalkan besok sorenya, melawan FEB. Dan taraaa, ternyata kata Coach A di sana ada atlet voli beneran. Ciutlah nyali kita. Tanpa latihan lagi, kita nekat buat dateng ke pertandingan kedua, dan kayaknya udah ketebak deh hasilnya. Yes, kita kalah. Telak. Banget men. Skornya bisa 25-9 dan 25-7 looooooh bayangin gimana rasanya.

Mbak atletnya itu bener- bener menyikat poin sampai habis. Rasanya gelo banget cah. Coach A cuma ketawa- ketawa bangga sama muridnya yang unik- unik ini. Doi bilang sih kita hebat, minimal udah berhasil dapet poin hahaha tapi kita masih dapet kesempatan main sekali lagi buat memperebutkan juara 3 hari Senin besok. And see, kita bakal latihan lagi, nggak ngeyel lagi, nggak males- malesan lagi dan belajar fokus.

tim voli putra residence

Coach A selalu bilang, tujuan utama kita latihan bukan buat menang tapi buat melatih fisik kita supaya sehat dan usahakan selalu fun di lapangan. That's it. Aku jadi suka deh sama voli, kita tim cewek residence bertekad buat bikin kegiatan ini jadi kegiatan rutin di hari Jumat, selain senam. Demi hidup yang sehat. Salam olahraga! Hoooooosh

Rabu, 10 Desember 2014

Menaiki Anak Tangga

Tadinya aku percaya bahwa hidup adalah proses belajar. Rasa ingin tahu manusia itu adalah nikmat, yang harus kita syukuri. Dimana saat kita berkemauan untuk tahu akan sesuatu, berarti kita adalah orang yang ingin maju.

Tapi sejalannya waktu dan bertemu dengan bermacam pola pikir manusia, aku mengubah mindsetku soal hidup. Seseorang pernah berkata, "Hidup itu nggak melulu soal belajar, kalau belajar terus- terusan kapan lulusnya? Kita itu butuh belajar, ujian dan kenaikan tingkat dalam hidup kalau nggak mau dibilang bodoh."

Jleb. Tiba- tiba berasa ditampar. Iya juga ya, harusnya dari awal aku bisa membedah definisi hidup dan mengkotak- kotakkan kapan waktunya belajar, kapan harus ujian dan kapan harus naik tingkat.


Maka aku menggambarkan hidup yang sekarang ini seperti anak tangga. Kita menapakki satu persatu tingkatan yang ada. Saat kita berhasil melaluinya berarti kita berhasil melewati proses belajar yang ada. Otomatis, kita boleh naik ke tingkatan berikutnya. Dan pada akhirnya kita akan sampai pada puncak yang walau terasa lelah, tapi sungguh indah saat kita berhasil melihat ke bawah.

Selasa, 02 Desember 2014

otp with

"Kamu itu terlalu memandang lurus ke depan. Kadang kita juga butuh ngeliat ke belakang, samping kiri dan kanan lho"

him again

Residence

Nemu temen baru lagi, lingkungan baru lagi dan rutinitas baru lagi pastinya. Nggak kerasa udah satu bulan ini jalur berangkatku udah beda. Jam berangkatnya juga beda banget, jam 7 udah berangkat dari rumah. Padahal kemaren jam 7 itu jadwalnya baru berangkat mandi. Tapi satu hal yang nggak berubah, dateng di jam mepet.

Masuk ke lingkungan baru itu harus pinter- pinter baca situasi kondisi. Membaca karakter orang- orang, dan jelas belajar memposisikan diri. Sejauh ini, lingkungan baru ini benar- benar welcome. Banyak orang hebat yang aku temui. Banyak karakter baru yang aku pelajari. Banyak ilmu dan pekerjaan besar yang aku dapatkan.

Bener ya kalau di dunia ini sebenernya nggak ada yang namanya zona nyaman, tapi kita sendirilah yang membuat zona itu menjadi nyaman. Asal kita berusaha menjadi baik di dalamnya, maka jalan selanjutnya akan baik. Jadi, nggak ada alasan untuk takut meninggalkan zona nyaman, zona yang lagi- lagi hanya ilusi kita sendiri.

Hari ini, setelah 7 hari berkutit dengan SKP bersama 2 mbak- mbak super, akhirnya kerjaan kita selesai. 7 hari kemarin itu bener- bener kerjaan yang menyita waktu, tenaga dan pikiran. Pulang di atas waktu magrib, pagi sudah langsung berkutit dengan file- file karyawan untuk perpanjangan SK lagi, weekend pun harus rela dihabiskan di kantor.

7 hari sama mbak- mbak ini pun jadi kenal sifat dan kebiasaannya mereka. Ternyata sifatnya kita bertiga itu hampir sama, pandangan soal hidup juga hampir mirip, visi misi bekerja juga bisa dikatakan satu suara.

Selain satu tim SKP bersama mbak- mbak tadi, aku juga punya tim kecil yang baru aja aku masuki. Tim sistem berbaris IT dari keuangan. Ketemu orang- orang satu jurusan, 2 bapak- bapak perokok yang tiap rapat selalu ngajaknya di kantin supaya bisa sembari ngerokok. Astaga, 3 jam duduk bareng mereka berhasil bikin napasku engep.

Walau kayak gitu, mereka berdua adalah orang- orang hebat. Jam terbang mereka udah tinggi, cara pikir dan kinerja mereka bagus banget. Aku yang anak bau kencur ini, jujur aja ngerasa kecil dan nggak ada apa- apanya banget ketimbang mereka. Aku kadang cuma bisa bengong, meratiin 2 bapak ini ngobrol, berusaha nangkep logikanya, atau sekedar dengerin dan pasang muka oon. Lalu tiba- tiba mereka ketawa sambil ngomong, "ndelok anakmu ki loh, mumet" sambil nunjuk- nunjuk aku. hahaha sial.

Tapi aku seneng, saat kita duduk bareng orang- orang hebat, ya mau nggak mau kita harus jadi hebat juga. Secara nggak langsung aku belajar dari mereka, dapet ilmu yang belum tentu aku dapetin di bangku sekolah. Setelah pulang dari ngobrol- ngobrol berat itu, nggak lupa aku disanguin PR yang dideadline buat besoknya. Kurang baik apa mereka ini kan?

Tapi inilah yang aku bilang, kerjaan hectick yang kita jalani dengan happy, ternyata jadi nggak terlalu berasa capeknya. Rasanya waktu itu cepeeeet banget jalannya. Rasanya baru kemaren aku dateng dan memperkenalkan diri lho.

Semoga keseruan ini nggak cuma aku rasain di awal, tapi makin bertambah untuk ke depannya. Dan semoga makin banyak ilmu lagi yang bisa aku gali di sini. Aammiinn. Karena hidup adalah proses belajar, kan?



ditulis sekitar seminggu yang lalu, di penghujung deadline SKP