Selasa, 14 April 2015

Power Bank

Pagi ini, rasanya aku berat banget buat ngapa- ngapain. Buat bangun, berat. Buat mandi, berat. Buat siap- siap ngantor, berat. Rasanya maleeees banget. Sambil ogah- ogahan, aku menuju ke lemariku yang di atasnya terdapatlah beberapa jenis barang terpajang. Ada sebuah frame hitam yang kuisi dengan foto- foto momen jaman dulu dan sebuah surat dari Mbak Mash saat aku resign dari Leutika. Tiba- tiba rasanya kayak ada energi yang mengalir dari ujung kaki ke ujung kepalaku. Deg.

"Since I lost my words to say good bye and I won't to say it, I just want congratulate you. Congratulation, Dear, you graduate from this 'school', again with cum laude. You know, I feel jealous. Have a happy joy on your new place. Remember, you who make the comfort zone. Every journey sings its life story, the sweet and the sad one. I'll always miss the time when we tell our own stories. Always be happy girl."

Mbak Maaaash, thank you for your letter. Tanpa kamu tahu dan tanpa aku sadari juga, surat ini sejenis penyimpan energi di saat kita butuh sesuatu yang menohok untuk sadar bahwa mengeluh itu nggak bakal menyelesaikan masalah. Bahwa semangat, adalah modal utama untuk maju. Bahwa kita, di dunia ini nggak pernah sendiri. Memang bener ya, energi positif itu sebenernya selalu ada disekeliling kita, tinggal kitanya aja yang mau peka atau nggak. Love!

Officially 22

Kalau ditanya bagaimana rasanya menjadi 22 tahun? Rasanya...hmm, biasa aja. Exited sih dalam beberapa hal, tapi nggak terlalu. Waktu hari H menginjak angka 22, aku masih yang biasa aja. Nggak terlalu bahagia, dan nggak terlalu sedih juga karena bertambah tua. Tapi malah nge-flashback sendiri atas hidup selama ini.

Sudah sampai mana sih aku berjalannya? Sudah batas mana sih pencapaiannya? Sudah seberapa bermanfaatnya sih aku? Sudah menorehkan hal baik apa aja sih? Sudah bertambah baik belumsih sejak setahun kemarin?

22 tahun, angka dimana akhirnya aku sadar bahwa bentuk kasih sayang orang- orang di sekeliling itu udah beda. Bukan lagi ucapan heboh tet di jam 12 malem, lempar telor dan mbleberin krim kue kemana mana, atau kado macem- macem, bahkan dirayakan meriah di rumah makan.

Tetapi sesimpel mereka menyempatkan diri disela kesibukan mereka hanya untuk mengucapkan selamat disertai rangkaian doa terindah, mengumpulkan teman- teman, mengedit foto meme, membuat video, voice note, memberikan hadiah kecil yang "kita banget" atau kecupan dan pelukan hangat dari keluarga dan sahabat. Berasa mahal. Berasa disayang. And i'm so thankful, God.

Nggak banyak doa yang aku minta, rasanya kata terima kasih sudah sangat bisa mewakili perasaan syukur atas 22 tahun ini. Terima kasih, semua. 



Yogyakarta, 9 April 2015