Kamis, 26 September 2013

Bukan Sebuah Kebetulan - Dari Sebuah Pesan WA

Saat kau duduk santai dan menikmati harimu, tiba-tiba kamu terpikirkan ingin berbuat sesuatu kebaikan untuk seseorang..?

Itu adalah Allah…
Yang sedang berbicara denganmu dan mengetuk hatimu…
[QS 4:114 , 2:195 , 28:77]

Pernahkah…
Saat kau sedang sedih… kecewa… tetapi tidak ada orang di sekitarmu yang dapat kau jadikan tempat curahan hati..?

Itulah saatnya di mana Allah… Sedang rindu padamu dan ingin agar kamu berbicara padaNYA…
[QS 12:86]

Pernahkah…
Kamu tanpa sengaja memikirkan seseorang yang sudah lama tidak bertemu dan tiba-tiba orang tersebut muncul atau kamu bertemu dengannya atau menerima telepon darinya..?

Itu adalah Kuasa Allah yang sedang menghiburmu.
Tidak ada namanya kebetulan…
[QS 3:190-191]

Pernahkah…
Kamu mengharapkan sesuatu yang tidak terduga…
Yang selama ini kamu inginkan…
Tapi rasanya sulit untuk didapatkan..?

Itu adalah Allah…
Yang mengetahui dan mendengar suara batinmu…
Dan hasil dari benih kebaikan yang anda taburkan sebelumnya.
[QS 65:2-3]

Pernahkah…
Kau berada dalam situasi yang buntu… semua terasa begitu sulit…
Begitu tidak menyenangkan… hambar…kosong…
bahkan menakutkan…?

Itu adalah saat di mana Allah mengijinkan kamu diuji, supaya kamu menyadari KeberadaanNYA.
Dan Allah ingin mendengar rintihan dan doamu.
Karena DIA tahu kamu sudah mulai melupakanNYA dalam kesenangan…
[QS 47:31 , 32:21]

Sering Allah mendemonstrasikan KASIH dan KUASANYA di dalam area, di mana saat manusia merasa dirinya tak mampu.

Apakah kau pikir tulisan ini hanya iseng terkirim padamu…?

TIDAK..! Sekali lagi TIDAK ada yang kebetulan…

Beberapa menit ini tenangkanlah dirimu…

Rasakan kehadiran-Nya…

Dengarkan suara-Nya yang berkata:

"Jangan Khawatir, AKU ada disini bersamamu..!"
[QS 2:214 , 2:186, 50:16]

source


Di pagi hari yang kacau, dan tanpa sengaja menemukan tulisan ini. Iya, ini bukan sebuah kebetulan kan? :")

Rabu, 25 September 2013

Adakalanya

Adakalanya kita tidak butuh bicara. Karena tak selamanya yang terucap adalah apa yang ingin disampaikan, dan tak selamanya diam mencerminkan ketidakpedulian. Tarik keluar sisi dewasamu, biarkan dia yang menilai. Karena ada banyak cara untuk memahami, selain berkata-kata.

Private room- Payung Teduh in the air, brings me to the dreamland.

Cerpen: Beranda dan Cangkir Kita



Sore itu di beranda, secangkir kopi hitam untukmu dan secangkir teh manis hangat kepunyaanku. Dibumbui obrolan tentang masa depan pun masa lalu.

Hari itu kamu lebih mendominasi obrolan. Tentang rumah impian, tentang investasi masa depan, juga tentang perasaan.

Aku selalu suka menjadi pendengar, yang bisa dengan diam- diam mencuri waktu untuk memandangimu, memperhatikan tiap detail lekuk wajahmu, begitu jelas, begitu dekat, ya begitu saja sudah cukup bagiku.

Namun cerita terhenti saat telepon genggammu berbunyi. Ada cahaya lain di mata itu, yang aku lihat berbeda saat aku yang menjadi teman mengobrolmu. Ada energi lain yang belum pernah aku rasakan saat aku yang ada di sampingmu.

Jika aku adalah cahaya lilin untukmu, maka saat ini juga aku pasti meredup. Tak mampu untuk lebih lama lagi bertugas menerangi. Lelahkah?

15 tahun berandaku menjadi tempat berbagimu. 15 tahun aku menjadi pendengar setiamu. 15 tahun sorot mata itu tak pernah berbeda menatapku. 15 tahun sudah cukup mencintaimu dalam diamku.

Kamu, teman masa kecil yang dulu pernah menjadi pasangan pengantin priaku, yang setiap sore selalu ditunggu untuk bermain rumah-rumahan bersamaku. Kini akan benar- benar menjadi aktor utama dalam hidup barumu.

Beranda, kopi dan teh ini tidak akan sama lagi esok hari, seraya kamu pergi dan meninggalkan sepucuk undangan cantik untukku. Selamat menempuh hidup baru.

Selasa, 24 September 2013

Cerpen : Ibu yang Tak Pernah Membicarakan Ayah

Ibu menyaksikanku tumbuh sejak berada dalam rahimnya. Mual pertama kali hingga susah tidur dimalam hari. Aku tumbuh seperti tunas-tunas pohon pisang. Cepat sekali membesar.

Ini adalah beban yang dijalani dengan riang gembira. Semua orang menantikanku. Aku tidak pernah merasakan dinanti sedemikian berharga kecuali di hari itu. Kelahiran. Tangisanku yang disambut dengan gelak tawa dan air mata bahagia. Tanda bahwa aku hidup dan ada kehidupan setelahnya. Itulah awal hidupnya harapan Ibu.

Ibu menyaksikanku tumbuh membesar. Mulai mengenali kata dan tanda. Aku belajar segala hal mengenai dunia ini selama bertahun-tahun hanya dari seorang guru, Ibu. Setiap kali jemari kecilku menunjuk sesuatu, ibu akan menjelaskannya. Setiap kali pula aku menangis karena sesuatu, ibu selalu mencandaiku bahwa tidak akan terjadi apa-apa.

Ibu menyaksikanku tumbuh berkembang. Aku berlari-lari dalam hujan yang panjang. Ibu tidak mengkhawatirkan aku sakit atau apapun. Aku berhak menikmati masa kecil yang indah katanya. Katanya sambil matanya seperti ingin menangis. Tapi aku tidak mengerti mengapa, aku melepas tangannya dan berlari keluar rumah.

Pada hujan yang tak kunjung berhenti dan aku mulai kelelahan. Ibu telah menyiapkanku sebak penuh air hangat dan memandikanku sambil bertanya-tanya "tadi ngapain aja?". Dan kami tertawa sementara aku telanjang diatas bak kecil dan aku duduk didalamnya. Membiarkannya memandikanku.

Ibu menyaksikanku tumbuh cerdas. Aku mulai mengenal dunia dalam kata-kata dan lembar kertas. Setiap kali tak mengerti aku selalu bertanya. Pada usiaku yang baru masuk sekolah. Aku memegang buku mewarnai dan bacaan tingkat dasar.

Ini Budi
Ini Ibu Budi
Ini Ayah Budi

Ayah itu apa, aku bertanya pada ibu pada esok harinya. Mengapa ada sosok laki-laki dewasa dalam ilustrasi buku tersebut. Siapakah dia. Ayah itu siapa. Lalu aku melihat ibu seperti ingin menangis. Aku tidak bertanya lagi sampai hari itu. Hingga pada hari pertama masuk sekolah.

Teman-temanku memperkenalkan orang tua mereka. Menyebutkan kata ayah. Lalu aku tanya kepada bu guru. Ayah itu apa? Mereka semua tertawa. Sepanjang ibu memperkenalkan dunia kepadaku. Ia tidak pernah menyebut kata ayah. Mengapa harus ada sosok laki-laki dewasa di dalam rumah. Aku pulang kepada Ibu dan menangis. Aku menceritakan ejekan teman-temanku pada hari pertama.

Ibu menenangkanku. Sambil mengatakan,”Ayah adalah malaikat yang memberikan kita kehidupan dan perlindungan”, katanya sambil memelukku. Aku tidak bisa melihat air mukanya. Pada tangannya ada selembar foto yang kemudian aku temukan sudah sobek esok harinya. Aku tak pernah bertanya lagi sejak hari itu.

Aku tidak ingin membuat ibu sedih.

Bandung, 19 September 2013

MASGUN



Tiba-tiba mbrebes mili baca ini :')

Jumat, 20 September 2013

Aku

Aku baik- baik saja, secara fisik aku sama seperti anak lainnya. Aku pun tidak pernah merasa berbeda. Tapi orang- orang disekitarku tidak setuju. Aku aneh, begitu kata mereka.

Aku memang memiliki duniaku sendiri. Aku lebih memilih menyendiri, menghabiskan waktu berjam- jam hanya dengan dunia fantasiku. Dunia yang tidak bisa aku bagikan kepada siapa pun.

Mungkin jika bisa memilih, aku pun pasti tidak ingin begini. Pasti menyenangkan bisa bermain dengan teman sebaya dan memperebutkan mainan kesayangan. Tidak merasa terasingkan dan merasa dikhususkan seperti ini.

Iya, kata orang aku berbeda. Memang aku akui, ada yang aneh pada diriku. Sejak duduk di bangku playgroup hingga sekolah menengah atas ini aku selalu didampingi ibu di dalam kelas. Iya, ibuku duduk berdampingan denganku di dalam kelas mengikuti pelajaran dari pagi hingga bel pulang berbunyi. Setiap hari.

Aku memang kurang bisa berkonsentrasi, emosional, dan tidak peduli lingkungan. Tapi aku heran pada mereka yang mengatakan bahwa aku tidak mengerti apa- apa. Mereka kira aku buta dan tuli? Salah. Sebenarnya aku paham dengan apa yang aku lihat dan dengar. Namun aku memang lebih memilih diam.

Sulit bagiku untuk mengekspresikan apa yang aku rasakan. Jika aku tidak setuju, barang- barang disekitar menjadi sasaran amukan sebagai wujud penolakan. Bagi mereka yang tidak memahamiku, mungkin aku terkesan mengerikan, tapi sebenarnya aku hanya butuh sebuah pelukan.

Untuk berinteraksi pun aku kesulitan. Bukannya aku tidak mau, tapi merekalah yang tidak mau masuk keduniaku. Merekalah yang memagari diri dan enggan menilikku lebih dalam.

Bukan berarti aku tidak mengerti arti kasih sayang. Malah bisa dibilang aku sangat peka. Bisa dengan mudah membedakan ketulusan dan hati yang tidak ada keikhlasan.

Aku tidak pernah malu jika pandangan orang- orang asing itu tampak aneh padaku. Melihat anak lelaki yang harusnya melindungi ibunya malah berlaku sebaliknya. Digandeng ibu kemana- mana, bertingkah tidak selayaknya lelaki dewasa, menggembok diri dari pertemanan. Tapi beginilah aku, harusnya mereka belajar banyak hal dariku. Tentang rasa syukur, keikhlasan, kesabaran dan ketulusan.

Aku bangga menjadi aku yang berkebutuhan khusus seperti ini, bangga memiliki ibu hebat seperti ibuku.
Suatu hari ibu pernah bertanya, mau sampai kapan aku diantar ke sekolah dan ketergantungan dengannya?

Katanya, untuk anak normal seusiaku yang menginjak kepala 2, tidaklah wajar kemana- mana selalu dibuntuti ibu. Aku diam.

Pertanyaannya berlanjut, seandainya nanti ibu sudah tidak ada, apa aku akan baik- baik saja? Aku masih diam, mencoba untuk paham.

Lengan ibu kurasa hangat mendekapku. Iya, apa jadinya aku seorang autisme ini tanpa adanya ibu? Aku tidak tahu.

Kamis, 19 September 2013

Repost





Syahdan, Rasulullah benar-benar tidak pernah main-main dalam memberikan opsi masa depan, baik untuk dunia maupun akhirat. Beliau visioner dan berpikir jangka panjang. Dalam hal jodoh, misalnya, beliau dengan jelas memberikan empat fondasi terbaik jika ingin memilih. Dan, yang paling beliau tekankan adalah opsi “yang baik agamanya.”
Mengapa demikian? Karena bagaimana mungkin seseorang yang masih “bermasalah” dengan dirinya: masih melakukan maksiat kepada-Nya, tidak mau tunduk terhadap perintah-Nya, sering berkata jorok lagi kasar, jarang menyentuh surat cinta-Nya, tidak menghargai dirinya sendiri, dsb bisa mencintaimu dengan sempurna? Ia sendiri belum selesai dengan dirinya. Lalu, bagaimana bisa kelak sama-sama di surga, bilamana alih-alih malah neraka? Naudzubillah.
Memang ruang untuk berubah pasti ada: seperti keimanan yang naik turun, pagi-petang. Bisa jadi di pagi hari beriman, petangnya alfa. Begitu pula sebaliknya. Masalahnya, dalam hal pasangan hidup, Rasulullah tidak berspekulasi. Rasulullah menyarankan opsi “yang baik agamanya” sebagai opsi terbaik. Ini bukan masalah cinta. Cinta dapat muncul kapan saja. Tapi ini masalah masa depan dunia-akhirat.
Jadi, seperti apa yang disarankan oleh Rasulullah: jika mencari pasangan, carilah ia yang telah selesai dengan dirinya agar ia bisa fokus dengan dirimu. Begitu pula sebaliknya. #ntms

source

Noted! :')

Diujung Temu


Suatu hari nanti, temukanlah aku diantara lukisan- lukisan seperti yang ada di pameran ini, maka permintaan maafmu akan aku kabulkan.
“Akhirnya aku menemukan kamu, Abi. Rasanya bahagia bisa melihatmu lagi, walau hanya dari goresan di lukisan ini. Masih sama. Sama- sama berhasil menghentikan sepersejuta detik degup jantungku” ucap Bara lirih seraya memandangi hasil lelangnya tadi sore.

Sebenarnya bukan tidak ada waktu untuk menghadiri salah satu acara penting itu. Abi memang paling tidak suka menunggu apalagi harus melobi orang- orang untuk membeli karyanya. Maka ia lebih memlilih dirumah, duduk di balkon ditemani secangkir kopi hangat dan bacaan ringan. Tapi kabar dari Pak Brata sore tadi membuatnya tertarik untuk beranjak dari spot favoritnya itu.

Banyak pertanyaan berkeliaran di benaknya. Siapa yang membeli salah satu karya favoritnya itu? Apa dia benar- benar menyukainya? Apa dia bisa merasakan jiwanya? Atau orang itu hanyalah orang kaya iseng yang sengaja menghabiskan uangnya hanya untuk membeli sesuatu yang tidaklah begitu berarti bagi mereka?

Abi pun tiba di tempat temu yang sudah dijanjikan. Ternyata orang yang ditunggu- tunggu tak kunjung datang. Ia pun sibuk menekan digit angka di telepon genggamnya dan berbincang hangat dengan orang di seberang telepon sana. Tanpa sadar ada sesosok pria yang sudah menunggu untuk menyela obrolan itu.

“Apakah permintaan maafku masih berlaku?” 

 Abi diam.

 “Abita Nouvendra, aku sedang bertanya padamu. Kamu tidak lupa dengan ikrarmu di pameran 7 tahun lalu, kan?” Bara kembali melemparkan pertanyaan.

“Lagi-lagi kamu membuatku menunggu. Kali ini hanya 5 menit, maka maafmu aku terima” senyum tipis mengembang di wajah Abi, dia ingin marah tapi kerinduannya lebih mendominasi.

Tanpa sadar keduanya tenggelam dalam nostalgia yang menyimpan begitu banyak cerita. Kepergian Bara yang terbilang mendadak 7 tahun silam dan hubungan mereka yang tak kunjung memiliki kejelasan, menciptakan keletihan yang amat besar bagi Abi. 

“Boleh aku bertanya lagi, bi?”

Telepon genggam Abi tiba- tiba berdering sebelum ia sempat mengiyakan pertanyaan Bara.

“Aku harus pulang, Bar. Ken sudah menjemput di depan, aku tidak mau membiarkan suamiku menunggu terlalu lama. Karena aku tahu bagaimana rasanya.”

“Suami? Sejak kapan?” nada bicara Bara meninggi.

“3 tahun lalu, sejak aku sadar bahwa setiap ada bayang- bayangmu pasti selalu ada ketidakpastian. Sejak lelah yang hanya bisa aku rasakan. Dan sejak aku mengerti, bahwa menunggu pun ada batasan. Thanks for coming. Sebenarnya aku tahu kamu pasti akan datang. Sudah 5 tahun berturut- turut aku ikut dalam pameran sejenis, tapi kenapa baru sekarang? Kamu sudah benar- benar terlambat, Bar. Keep this painting, I'm happy to see you again.” Abi tersenyum datar dan berlalu meninggalkan meja disudut Café itu.

Bara terdiam. Lalu perlahan meneguk kopi yang dibiarkannya dingin sejak tadi. Pahit.

***

Jumat, 13 September 2013

Semut


Semut, jerapah dan gajah menjadi fokusku dalam beberapa hari belakangan. Nggak tahu kenapa lagi hobi mencari jurnal tentang hewan- hewan ini. Aneh? Ya mungkin. Tapi banyak yang bisa dipelajari dari mereka, dan aku suka.

Semut.

Aku selalu keki saat makanan dan minumanku dikerubungi oleh kawanan kecil yang bikin geli ini. Sebel. Ditambah lagi jika makanan atau minuman itu sengaja aku sisihkan karena eman- eman untuk dihabiskan tapi eh malah keduluan mereka yang sregep. Atau juga, saat segerombolan semut itu berbaris rapi di sudut rumah. Duh, rasanya ingin sekali dibasmi, ambil semprotan racun serangga, arahkan ke mereka, dan sroooooot mati, supaya tidak mengganggu pemandangan.

Tapi ternyata, setelah tahu lebih dalam soal semut. Aku tiba- tiba merasa berdosa atas perlakuanku selama ini kepada mereka. Aaakh, mungkin terdengar lebay. Tapi jujur aku sudah sering membunuh kawanan mereka tanpa pernah berfikir bagaimana nasib keluarga yang ditinggalkan *halah

Padahal, banyak hal yang sebenarnya bisa kita pelajari dari mereka. Mereka yang kecilnya tidak melebihi upil itu mempunyai kekuatan yang super hebat. Katanya, kekuatan semut betina (semut pekerja) itu dasyat! Mereka rata-rata bisa mengangkat beban sampai 50 kali dari berat tubuhnya sendiri. Wow! Bayangkan semisal ada seorang gadis dengan berat 50 kg mampu mengangkat beban hingga 2.500 kg atau 2,5 ton! Edyaaan.

Selain terkenal sebagai pekerja keras dan amat solid, mereka pun pintar dalam menghadapi hambatan yang ada di sepanjang perjalanan mencari makan. Jika ada hambatan, mereka tidak langsung menerobos tetapi tampak diam dan berfikir sejenak. Atau bahkan terkadang terlihat sedikit berdiskusi dengan team-nya. Setelah mempelajari situasi dan keadaan, mereka tinggal memutuskan ingin berputar arah atau melompati saja hambatan itu jika memang tidak terlalu berbahaya. Tidak percaya? Coba perhatikan semut disekitarmu! 

Selain itu, ternyata para semut ini juga tidak egois. Kenapa? Karena dalam memenuhi kebutuhan pangannya, mereka tidaklah mementingkan kepentingan pribadi semata. Mereka rela bekerja mengangkut makanan berukuran besar sekalipun untuk dibawa ke sarang. Dan tahu kah kamu? Bahwa makanan yang sudah susah- payah mereka dapatkan itu tidaklah dihabiskan sendiri, tapi dibiarkan saja di mulut sarang untuk diambil oleh semut lainnya yang membutuhkan. Aaakh, so sweet ya.

Lalu, seringkali muncul pertanyaan dikepalaku tiap kali melihat semut- semut yang saling berpapasan dan terkesan saling sapa. Aku berfikir, apa itu bentuk salam sapa bagi kaum semut?  Ya bisa dibilang itu Assalamualaikum-nya kita tapi versi mereka, begitu (?) 

Ternyata, salam sapa mereka itu adalah bentuk berbagi sinyal makanan bagi semut lainnya. Jadi, zat kimia dari makanan yang menempel pada mereka ditransfer kepada semut lainnya. Mereka memberitahukan ada makanan atau tidak melalui antena di kepalanya yang saat mereka berpapasan terlihat seolah- olah seperti sedang bertegur sapa antar teman. Mihihi lucu ya.

 

Lain lagi dengan jerapah. Hewan yang satu ini mencerminkan sifat manusia dari segi bersosialisasinya. Selengkapnya insyaallah ada di postingan berikutnya ya, see you! :)

Jerapah


Kenapa jerapah? Nggak tahu juga kenapa, pengen aja membahas hewan yang satu ini. Bukan karena aku berbadan tinggi juga loh, makanya memilih jerapah. Apasih wik.
 
Bisa dibilang jerapah termasuk hewan yang berkelompok dan sangat menjaga habitatnya. Jam tidur mereka tidak lebih dari 2 jam sehari dan sifat insecure mereka termasuk tinggi. Saling protect teman satu dan yang lainnya sehingga bisa dibilang mereka adalah hewan yang setia kawan. Prok prok prok.

Nah, di postingan sebelumnya aku pernah bilang kalau jerapah menggambarkan sifat manusia dari segi bersosialisasinya kan? Iya, katanya sih begitu. Mengutip omongan Kerryn Carter, ketua tim peneliti dari School of Biological Sciences, “Jerapah menunjukkan sistem sosial seperti manusia, di mana masing-masing individu jerapah secara sementara menjalin hubungan dengan yang lain sehingga jumlah dan identitas dari setiap individu di dalam kelompok terus berubah”. Manggut-manggut.

Selain manusia yang merupakan makhluk sosial, ternyata ada jerapah yang juga sama butuh bersosialisasi. Tapi menurutku, mereka nggak bakal sampai membentuk perkumpulan tante- tante jerapah sosialita dengan arisan berlian atau arisan brondong kan ya? INI KENAPA NGGAK FOKUS.

Oke, kembali ke topik. Jadi, masih menurut Carter, jerapah betina memang lebih pilah- pilih dalam berteman. Mereka lebih memilih berkelompok dengan betina tertentu dan menghindari kelompok betina yang lain. Kemungkinan ada hubungannya dengan usia dan status reproduksi mereka. 

Nah loh, persis manusia kebanyakan banget kan ya? Anak perempuan yang gahul abiz (dibaca dengan nada kekinian) ya bertemannya dengan yang selevel, pun sebaliknya dengan kaum cupu. Jadi, pengkotak- kotakan seperti itu bukan hanya di kalangan manusia saja, jerapah pun juga. Plis, ini bukan sinetron wik.

Ada hal unik lain dari jerapah yang sempat aku baca disebuah artikel. Pada saat melahirkan bayinya, si ibu jerapah yang notabene memiliki tinggi kurang lebih 6 meter ini tidaklah bisa berbaring sehingga posisi bayi saat ingin dilahirkan agak ekstrim, yaitu “terjun bebas” dari ketinggian sekitar 1 meter. What? Apakah mereka menyediakan matras untuk pendaratan yang sempurna bagi bayi mungil itu?

Beruntunglah kita dilahirkan sebagai manusia dan tidak harus merasa tersiksa sejak lahir karena harus menyiapkan mental beserta jantung yang kuat untuk menjalani proses kelahiran yang ekstrim hahaha 

Well, masih banyak sebenarnya yang mau aku bahas tentang jerapah. Tapi apadaya mata udah sepet karena dari pagi menatap mesra layar PC. Daaaah.

Selasa, 10 September 2013

Sinergi

...ketika kamu bertemu dengan orang lain dan kamu merasakan potensi energimu bergerak hingga bisa mencapai titik optimal. Aku merasa kamu pasti akan sangat menyayangkan untuk melewatkan orang tersebut berlalu begitu saja. Maka perjuangkanlah dengan cara yang baik. Karena sinkronisasi energi memiliki proses, yang jika kamu salah proses bisa jadi menghancurkan salah satu atau justru meniadakan keduanya. (MASGUN)


Nah ini! Sinergi.

Minggu, 08 September 2013

Someday!

Tempat yang paling ingin dikunjungi? Sebenarnya sudah pernah aku bahas di postingan-ku terdahulu, Maldives. Iya, aku benar- benar ingin menginjakan kakiku kesana, menikmati surga dunia dengan hamparan laut biru dan semesta menakjubkan lainnya yang ada disana.

Nah selain Maldives, aku juga punya tempat impian lain yang hanya membayangkannya saja sudah bahagia, apalagi jika benar- benar terwujud!

Entah kenapa, aku pernah bermimpi tinggal di sebuah desa berbukit seperti yang tergambar di dongeng- dongeng. Hamparan rumput hijau, lembah dan jalanan berliku, suasana damai, hawa sejuk, rumah- rumah dengan gaya arsitektur unik dan kawanan domba yang berlarian lincah.

Iya, sering kali aku mendamba bisa menghabiskan masa tuaku ditempat seperti itu. Duduk di kursi goyang sembari merajut syal di depan perapian, duduk santai berdua dengan pasangan sembari mengopi di teras rumah, berkebun dan memetik panen buah, aaaaah pasti menyenangkan! *ini kenapa jadi kebanyakan mengkhayal?* #plak

Edensor, nama yang tak asing bagi penikmat novel karya Andrea Hirata. Edensor memang terkenal sebagai judul ketiga tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Sesuai novel itu, Edensor adalah nama sebuah desa di lereng bukit Derbyshire, Inggris ini (katanya) memanglah apik dan menawan.

Dulunya Edensor berada di kawasan Chatworth House, yakni rumah peristirahatan milik keluarga bangsawan Dukes Of Devonshire, lalu penduduk desa tersebut diminta pindah ke balik bukit namun tersisa satu orang yang "kekeuh" untuk tetap tinggal. Hingga akhirnya atas kebaikan hati Duke, rumah itu dipugar menjadi penginapan dan desanya pun dirancang ulang oleh arsitektur handal. Desa yang indah, masih asri, tanpa tersentuh globalisasi yang ada, tak ada angkutan umum, dan jauh dari polusi udara. Orang- orang di desa itu menggunakan kereta dan sepeda sebagai sarana transportasi.

Silakan berkhayal sedang berada disana, berasa tentram? Iya, dan itu bukan sekedar ada di negeri dongeng karena Edensor itu nyata, guys. Jadi, untuk yang berniat tamasya ke daratan britania, ‘sekeping surga’ dunia yang satu ini bisa ditambahkan ke dalam list perjalananmu!

Hm, mungkin memang terlalu muluk mengamini mimpiku untuk sampai ke tempat ini. Paling tidak, gambaran tempat impianku begitu sederhana namun mengagumkan, kan? Cukup seperti Maldives atau Desa Edensor #eh

Semoga lekas terwujud atau minimal bisa menemukan copy-an-nya dalam waktu dekat. Yuk, amini! Aaammiinn :')

  

 

Kamis, 05 September 2013


















brain-food:
The Living Cube by Till Könneker
I moved into a apartment studio without storage room. So i made a minimalistic cube design with a shelf for my vinyl collection, my TV, Clothes and Shoes. On the cube is a guest bed and inside the cube is a lot of storage space. Remo from www.holzlaborbern.ch transferred my sketches very beautifully. My friend and Photographer Rob Lewis made this great photos. Info via Behance
Dude. This would be a DREAM come true if i could have one of these in my studio apartment. I mean, after a few glasses of wine i wouldn’t be able to get to my damn bed, but whatever! SOMEBODY TAKE MY MONEY.

source

OHMYYYY pengen banget punya yang beginian!