Sore itu di
beranda, secangkir kopi hitam untukmu dan secangkir teh manis hangat
kepunyaanku. Dibumbui obrolan tentang masa depan pun masa lalu.
Hari itu kamu
lebih mendominasi obrolan. Tentang rumah impian, tentang investasi masa depan,
juga tentang perasaan.
Aku selalu suka
menjadi pendengar, yang bisa dengan diam- diam mencuri waktu untuk memandangimu,
memperhatikan tiap detail lekuk wajahmu, begitu jelas, begitu dekat, ya begitu
saja sudah cukup bagiku.
Namun cerita terhenti
saat telepon genggammu berbunyi. Ada cahaya lain di mata itu, yang aku lihat
berbeda saat aku yang menjadi teman mengobrolmu. Ada energi lain yang belum
pernah aku rasakan saat aku yang ada di sampingmu.
Jika aku adalah
cahaya lilin untukmu, maka saat ini juga aku pasti meredup. Tak mampu untuk
lebih lama lagi bertugas menerangi. Lelahkah?
15 tahun
berandaku menjadi tempat berbagimu. 15 tahun aku
menjadi pendengar setiamu. 15 tahun sorot
mata itu tak pernah berbeda menatapku. 15 tahun sudah
cukup mencintaimu dalam diamku.
Kamu, teman masa
kecil yang dulu pernah menjadi pasangan pengantin priaku, yang setiap sore selalu ditunggu untuk bermain rumah-rumahan bersamaku. Kini akan benar- benar
menjadi aktor utama dalam hidup barumu.
Beranda, kopi dan
teh ini tidak akan sama lagi esok hari, seraya kamu pergi dan meninggalkan sepucuk undangan cantik untukku. Selamat menempuh hidup baru.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar