Rabu, 25 Juni 2014

di Beranda, Catatan yang Rindu Rumah




Sudah mendekati bulan Ramadhan, itu artinya penyakit akut tahunan mulai kambuh. Homesick. Dari beberapa hari lalu sudah mulai aneh sendiri, dari yang tiba- tiba kepengen banget makan pempek sampai searching tiket pulang.

Kamarnya kini teratur rapi
Ribut suaranya tak ada lagi
Tak usah kau cari dia tiap pagi

Banda Neira masih nyanyi- nyanyi di kuping. Lagu yang sekarang keputar malah salah banget, meningkatkan kegalauan menjadi 3 kali lipat! Emaaaak, anakmu pengen pulang.

Dan jika suatu saat
Buah hatiku, buah hatimu
Untuk sementara waktu pergi
Usahlah kau pertanyakan ke mana kakinya kan melangkah
Kita berdua tahu, dia pasti
Pulang ke rumah

Tapi apadaya, jatah cuti tinggal seiprit dan harga tiket pulang yang nggak manusiawi, jadilah aku macam bang toyib yang 3 kali puasa 3 kali lebaran nggak pulang- pulang. Hahaha mari menertawakan diri sendiri.

Apa yang paling dirindukan dari rumah kecil tak berhalaman luas itu? Kehangatannya. Apa yang paling menyenangkan berada disana? Jelas orang- orangnya. Walaupun cuma berempat dan tiada hari tanpa ribut- ribut kejahilan, rumah tetaplah tempat ternyaman untuk pulang. Tetaplah tempat yang paling dirindukan para perantau. Tetaplah tempat yang paling indah untuk berkasih sayang.

Tuh, lagu aja bikin galau, next playlist!
 

Kamis, 05 Juni 2014

Yogyakarta

"Bandung bukan cuma masalah geografis, bagiku, tetapi juga melibatkan perasaan." (Pidi Baiq)

Aku pun begitu, melibatkan perasaan pada kota yang sudah kupijak selama 4 tahun lebih ini. Daerah istimewa yang ternyata bukan cuma sekedar istimewa, tapi sangat istimewa. Jika kamu pernah sekali saja kesana, rasa rindu akan hinggap dan memanggilmu kembali untuk bersama menikmati tiap sudutnya, orang- orangnya, nuansa budayanya yang kental, dan makanan kaki limanya yang selalu ramah pada saku celana. Rasanya seperti rumah, yang selalu menanti kedatangan kita untuk…pulang.

Yogyakarta. Daerah istimewa yang mengisi sebagian hati padanya. Untuk pertama kalinya aku mencintai kota asing yang walau baru sekali dipijak, rasanya tidak berat untuk ditinggali. Ah, entah bagaimana harus aku jelaskan tentang keindahannya, tentang rasa nyaman yang diberikan. Seperti orang yang jatuh cintalah, sulit. Mana bisa ditanya kenapa? Yang jelas aku suka, jatuh cinta, dan bersedia untuk selalu pulang kesana.

Disanalah aku belajar berdiri, berangkulan bersama mereka yang bernama keluarga dan sahabat. Meninggalkan gelak tawa pada tiap sudut kota, menikmati langit malam bersama, menjemput mimpi, saling kejar, jatuh, dan bangkit lagi, menangis dan ditangisi, bertemu dan berpisah. Frame kebersamaan yang merekat erat pada hati. 

Yogyakarta, akan selalu dan tetap istimewa bagiku. Kemana pun nantinya angin membawaku berlari, pada yang kuberi nama rumah, akan kuupayakan untuk datang kembali.

Rabu, 04 Juni 2014

Me? Copy paste from my mom

........
Mom : "udah makan belom mbak?"
Me : "belom ma, bentar lagi. Udah sehat belom? Masih lemes?"
Mom : "alhamdulillah udah mendingan, gak lemes cuma males"
Me : "sama aja kalik mam"
Mom : "maunya makan terus nih, tapi katanya malah tambah kurus"
Me : "mama jangan kurus, mbak tiwi gak mau gendut sendirian"
Mom : "hih gendut kok ngajak-ngajak, udah dulu ya ini tadi cuma mau ngabisin pulsa aja, masa aktifnya mau habis. itu cacingnya kedengeran loh, makan dulu sanah"
Me : "oke mam, emang laper sih"
Mom : "salam buat semua ya"
Me : "iya, salam juga buat semuanya mam. Salam love you love you"
Mom : "hih lebay"
Me : -_____-

Ujung dari obrolan 2 jam yang membahagiakan. Selalu. Care-nya mama itu lucu. Nggak pernah secara gamblang menunjukkan sayangnya, tapi selalu dengan caranya dia yang suka ngomel ini itu. Dengan caranya dia yang tiba-tiba nelepon cuma buat nanyain lagi apa padahal intinya cuma lagi kangen tapi gak pernah mau ngaku. Akhirnya aku tahu sifat sok-sok cuek tapi care-nya aku ini dari siapa hahaha