Selasa, 25 Agustus 2015

Yuk, Bersyukur!

"I still remember the days I prayed for the things I have now."


Terkadang kita terlalu asik dan tidak sadar bahwa apa yang sedang kita jalani saat ini adalah kumpulan doa- doa yang pernah kita pinta. Kita yang sekarang, adalah harapan kita di masa lalu, dan masa sekarang adalah investasi masa depan.

Coba ingat kembali beberapa tahun lalu kita sempat berdoa apa pada Allah? Dan lihatlah dirimu saat ini, apalagi yang kurang? Jika ini adalah jawaban doa yang dulu sempat kita pinta, dan Allah berikan dengan mudahnya, apa malu sudah tidak lagi ada saat mengeluh menjadi pilihan akhir kita? Yuk, bersyukur! 

*noted to myself

Selasa, 18 Agustus 2015

Self-question

Menjadi orang baik itu susah- susah gampang, walaupun lebih banyak susahnya sih. Akan selalu ada godaan untuk belok sana belok sini, saat jalan lurus yang kita coba pilih. Biasanya, hal- hal di kanan kiri menjadi lebih menarik, membuat kita tergelitik, walau untuk sekedar melirik.

Iya, hati kita ini ternyata begitu rapuh. Begitu gampangnya goyah, begitu mudahnya terbolak- balik. Memang hanya kepada Allah sematalah kita meminta untuk bisa selalu dikuatkan, untuk selalu dijaga dan untuk selalu diingatkan jika mulai salah.

Karena di setiap detik yang ada, kita itu seperti sedang bermain teka- teki tak berujung yang entah sampai mana. Dan ketika kita mengetahui betapa besarnya alam ini, menyadari betapa hebatnya Sang Pemilik Kehidupan ini. Hal apa yang bisa kita sombongkan lagi?

Rabu, 12 Agustus 2015

Manusia Spontan

Aku selalu penasaran dengan masa depan. Rasanya, kejutan tak pernah berhenti di tiap fase kehidupan. Selalu amaze dengan apa yang sudah dilalui, selalu takjub dengan apa yang sudah Allah kasih, selalu yakin kalau Allah itu Maha Baik kepada hamba-Nya.

Aku adalah manusia spontan yang sukanya mendadak dalam mengambil keputusan, bahkan keputusan besar dalam hidup.

Sudah lima tahun aku belajar menjalani kewajibanku sebagai seorang muslimah untuk menutup aurat. Sudah lima tahun sejak tes SNMPTN waktu itu. Untuk hal seprinsipel ini saja aku begitu spontan. Tanpa ada rencana matang sebelumnya, tanpa ada persiapan, tanpa ada survey dan kekhawatiran panjang.

Tiba- tiba di hari itu, aku yang mendapatkan lokasi tes di UIN Jogja, ingin menggunakan jilbab saat tes supaya terlihat sama dengan mahasiswa yang ada di sana. Aneh? Iya. Lalu hari-hari berikutnya, jilbab tak kulepas saat berpergian. As simple as that.

Dan, saat kuingat- ingat perihal perjalanan hidupku pun begitu. Hal besar lain yang aku lakukan secara spontan dalam hidup adalah saat memilih tempat dan jurusan kuliah, semua dadakan. Di luar planing, dan dengan yakinnya langsung kujalani.

Aku manusia yang tidak pintar memplaning sesuatu. Tidak betah berjalan pada lajur yang dibuat sendiri. Bukan tipe orang yang membuat to do list untuk setahun ke depan. Terlalu fleksibel kah? Bisa dikatakan begitu. Karena aku lebih menyukai kejutan, ketimbang sesuatu yang diprepare secara matang.

Aku hanya percaya, jika sesuatu sudah ditakdirkan kepada kita, keyakinan itu akan muncul dengan sendirinya. Akan ada jalan- jalan ajaib yang Allah sediakan. Sesuatu yang awalnya tidak pernah kita pikirkan, bisa dengan mudahnya Allah berikan. Sesuatu yang tidak mungkin bagi kita, Allah mungkinkan. Bahkan untuk mencernanya lewat logika pun kita tak punya daya.

Hari ini, satu hal lagi yang aku mulai dengan spontanitas. Semoga Allah memberikan keyakinan, keistiqomahan dan kekuatan. Hingga esok saat aku kembali mengingat prosesku ini, aku kembali takjub akan-Nya.

Kamis, 06 Agustus 2015

Saat Kita Harus Meninggalkan Rumah (lagi)

Hal paling menyebalkan dari sebuah rindu adalah rasa menggebu ingin bertemu, tapi tak ada kuasa untuk itu. Well, setelah 4 tahun aku nggak mudik ke kampung halaman, akhirnyaaaa tahun ini aku pulang!

Walau jatah libur lebaran cuma dapet seminggu, total dengan bolos kerja (hehe). Rasa mudik kali ini agak beda. Bedanya apa? Bedanya adalah, rindu yang luaaaaaaaar biasa yang rasanya seminggu itu bakal aku habiskan pure berkumpul dengan keluarga dan sahabat. Nggak kebayang buat jalan ke sana sini, atau ketemu itu ini. Aku rasa, menghabiskan waktu dengan mereka adalah hal yang mahalnya luar biasa, ketimbang liburan ke tempat mana pun.

Dan benar, satu minggu rasanya sebentar banget. Rasanya baru kemarin mulai manja- manjain lagi sama Mama. Peluk- peluk Adek. Dan dijahilin Mas. Rasanya, baru kemarin kita berempat bisa duduk bareng makan di satu meja, rebutan ini itu.

Ah, nggak pulang selama 4 tahun dibandingkan saat pulang pasca satu minggu mudik kemarin, rasanya sediiiiih banget. Waktu H-1 pulang lagi ke Jogja, aku sempet mikir seandainya waktu bisa di-pause aja deh, atau rewind dari awal datang lagi.

Hari H saat pamitan sama Mama, Mas dan Adek di bandara aku masih berusaha biasa aja. Masih bisa ketawa- tawa dan masih berpikir, I'll see you very soon after this day. Tapi setelah flight, mataku nggak bisa bohong. Airnya ngucur gitu aja nggak berhenti, semua hal yang aku lakuin selama satu minggu kemarin tiba- tiba ke-flashback dan dalam hati ngerengek minta diturunin aja.

Saat- saat harus meninggalkan rumah untuk kembali ke perantauan lagi itu, lebih menggalaukan ketimbang pergi meninggalkan rumah untuk pertama kalinya atau bahkan dibandingkan harus meninggalkan pacar sewaktu LDR. 

Tapi balik lagi, saat kita sudah memilih sesuatu, cara kita bertanggungjawab adalah dengan menyelesaikannya. We'd grow up sooner or later, right? Salah satunya ya melalui proses ini.

Tapi aku selalu ingat, banyak hal di dunia ini yang lebih berharga dari sebuah kesuksesan manusia di dunia. Memiliki keluarga yang utuh dan bahagia, waktu berkumpul yang berkualitas, hubungan baik dengan saudara dan sahabat, kebersamaan di setiap hal kecil dalam keluarga dan keberadaan kita disaat dibutuhkan. That's more valuable. You should remember this, Wi.

Yes, I do.