Senin, 10 November 2014

Lulus dengan Predikat Belum Bisa Move On

Pukul 16.02, di luar sana hujan deras dan aku masih setia di depan komputer yang baru saja 2 minggu ini aku pegang. Dari tadi siang ruangan berlabel Finance ini kosong, 2 penghuni lainnya lagi menjalankan tugas negara dan tinggal lah aku sendiri yang menguasai.

Kuketik blogger.com di mesin pencari, rasanya agak berdosa lama tidak menyambangi “rumah” yang satu ini. Bukan tidak pernah sama sekali, tapi tidak sesering dulu. Ada yang aku rindukan dari menulis, dari blog walking, dari dunia yang kubangun sendiri di sini.

Beberapa hari lalu ada judul postingan yang membuatku penasaran untuk membaca lebih jauh apa isinya. Dan, jleb! Seketika mataku basah, kudukku merinding. Bukan...bukan cerita horor yang kubaca, tapi postingan tentang aku, kamu, mereka, kami, kita, yang dengan sangat tidak bisa aku pungkiri bahwa ada rindu di dalamnya. Nih, monggo.

Tim yang solid, tim yang mengajarkanku banyak hal, tim yang sangat memahami, tim yang kusebut keluarga, yes...tim Leutika.

Ah, bohong kalau aku berkata tidak sedih saat meninggalkan mereka. Buktinya saat hari perpisahan, aku yang niat awalnya akan baik- baik saja malah kalah dengan kata- kata perpisahan dari mereka. Mataku basah, kemana- mana menggendong sekotak tisu. Dem, hatiku cewek banget kalau masalah beginian.

Siapa sih yang menyukai perpisahan? Walau masih dalam satu kota, tapi rasanya ada yang hilang. Iya, keterbiasaan selama satu setengah tahun ini. Di sana aku macam anak bontot yang lengkap dengan anggota keluarganya, bahagia.

Memiliki mbak- mbak yang super edannya. Mbak Fatkah, manajer terkeceh yang saat ini mengembangkan sayapnya ke dunia perbisnisan. Mbak yang ngemong, sabar di depan konsumen, tapi ngedumel setelah tutup telepon. Mbak yang doyannya tidur siang, walau cuma 5 menit, sing penting turu. Mbak yang doyan makan kayak aku. Mbak yang kalau di toilet bisa lamaaaaaaaa banget.

Mbak Mash, ibu muda gaul yang kalau sekalinya diem pasti lagi kenapa- kenapa. Mbak yang kalau jam makan siang selalu nanyain, "ntar makan apa?". Mbak yang asik diajak ngobrol sepanjang jalan pergi dan pulang kerja. Mbak yang selalu update news terkini (gosip). Mbak yang suka ngedit omongannya kita, so hati- hatilah dalam berbicara.

Mbak Nita, mbak yang nggak enak dipanggil mbak karena enakan Ndut. Mbak yang kalau ngomong nggak perlu pake toa. Mbak yang kalau sekalinya ngobrol bisa dari A-Z. Mbak yang hebat untuk urusan rumah. Mbak yang emakable. Mbak yang rempong, tasnya itu bagaikan kantong ajaibnya doraemon. Mbak yang suka galau, mbak yang nggak bisa konsisten. Mbak yang ngeyelan, temen beranteman, tapi setelah itu langsung baikan. Mbak yang jadi objek gosipan di kantor. Mbak yang....ah banyak.

Mbak Endy. What? Mbak? hahaha Cukup Endy aja, karena sejatinya dia nggak ada jiwa ke-mbak-mbak-annya sama sekali hahaha sori mas. Endy, designer favorit selama di Leutika. Gambaran tangannya itu macam dewa, super keren. Di balik jiwa lakinya dia, ternyata ada sisi ceweknya dan itu baru aku temukan di dua hal, pertama karena dia jilbaban dan saat dia nangis di kali code hahaha

Mbak Fatkur, si keuangan yang koplak. Semoga sekarang udah bener- bener paham apa itu arti telentang ya. Mbak yang kalau cerita, suka ngalor- ngidul. Mbak yang jaman kecilannya ternyata nakal banget. Mbak yang doyan bisnis, apa pun bisa dijadikan uang men.

Mbak Mia, mbak yang diem- diem menghanyutkan. Mbak yang walau jarang ngobrol langsung sama aku masalah hati, tapi kita punya rahasia, SUPERHERO! hahahaha

Mbak Intan, mbak yang kaleeeeeeem banget. Aku sampe nggak tau pribadinya dia gimana. Mbak yang misterius menurutku.

Mbak Fia, mbak yang ternyata resign duluan dari aku. Woooo, beda berapa hari doang dan aku keselip. Mbak editor yang doyan jajan di luar, tiba- tiba bawa makanan apa gitu. Mbak pramuka yang jujur aja awalnya aku nggak percaya kalau itu beneran. Mbak yang kalau solat, sering aku tumbalkan untuk jadi imam hahaha

Selain memiliki mbak- mbak rempong di atas, banyak mas- mas yang beraneka ragam pula ulahnya. Ada mas duo A. Mas Aji dan Mas Anwar. Duo A ini susah untuk dipisahkan, kemana Mas Aji makan siang pastilah ada Mas Anwar di belakangnya.

Mas Aji yang suka sensitif tiba- tiba adalah orang yang moodnya susah banget untuk ditebak, karena kalau lagi bete soal kerjaan, sangarnya nauzubillah. Suka takut ngeym dia kalau lagi bete, daripada kena semprot kan?

Nah, beda lagi sama Mas Anwar, si pembolak- balik kata. Mesti hati- hati kalau ngomong sama dia, kalau nggak mau kena jebakan batman, tuh Mbak Fatkur korbannya hahaha eh satu lagi, Mas....utang pulsa yo.

Lanjut ke Marketing, ada duo maheks. Mas Babae dan Mas Uzi. Mas Babae aka Mas Heri adalah bapak 3 anak yang gaul. Kalau udah ngobrol bertiga sama Mbak Nita, kita suka bahas masalah perjodohan dan hidup berumah tangga hahaha doi ahlinya.

Mas Uzi, si ATM berjalan. Bujang yang masih mencari sepotong hatinya ini lagi gencar kena gosip dengan Mbak tiiiiiit di kantor. Mas yang suka ngasih job ke anak- anak dengan kekuatan super kilat deadlinenya. Mas yang bercita- cita dapet istri dokter atau perawat.

Lanjut ke divisi produksi. Ada bapak kepala suku, Pak We yang hobinya aku kejar- kejar deadlinenya. Bapak yang kalau lagi pusing, bisanya cuma pasang muka meles dan cengangas cengenges. Bapak yang doyan telponan di jam kerja, nah loh. Bapak yang kusebut raja gombal.

Pak Kijo, ah...aku merindukan teh tiap pagimu bapak. Bapak yang biasanya ngasih makanan lebih buat aku. Bapak yang pas aku pamitan berhasil bikin aku mengharu biru. Bapak yang suka malu- malu kalo ngomong, dan bapak yang kemaren tiba-tiba nelfonin cuma buat nanyain kabar.

Mas uki dan mas arum. Kaki tangannya pak we haha mas uki yang doyan ngabarin hawa surga, "ada makanan loh di sini" ke aku. Dan mas arum yang sekalinya dateng cuma bilang "mbak, pinjem charger".

Pak udin, bapak yang cool abis haha mukanya galak, tapi tidak dengan hatinya. Terus ada Mas Tyo, orang yang nggak pernah tidur malem. Makanya selalu standbye di kantor. Nggak ngerti juga kok dia bisa ya kayak gitu.

Mas ian, mas yang peak. Sukanya tak uyak- uyak, tak susu- susu. Kadang tak omelin, tapi emang cen nyebelin. Mas yang super jahil. Kalau ada henpon hilang itu ya nggak lain nggak bukan, pasti mas ian pelakunya.

Mas dwi, mas retro yang hits banget dengan motor pitung berkeranjangnya. Mas yang kreatif buat ngasih mainan ke anaknya, mas yang suka kasih kabar gembira ke kita kalau mau ada makan gratisan huehehe senenge pol.

Mas jito, mas yang super flat. Dalam kondisi apapun, ekspresinya dijamin bakalan sama. Intonasi bicaranya pun juga sama, dataaaaaar aja. "Mbak, pinjem chargernya" dengan khasnya.

Mas hari. Mas geje yang nggak tau kenapa suka nggak nyambung sama guyonannya haha mas yang kalau dateng ke depan cuma doyan nanyain "koranne endi wik?"

Mas arif dan mas nadi. Mas logistik yang selaluuuuu aku repotin buat anter ini itu, beli ini itu. Kalian berdua hebat! Di saat kita asik makan jajanan di kantor, biasanya orang dua ini masih sibuk di jalanan. Salut!

Tuh kan, aku sampai hapal kebiasaan dari masing- masing mereka. Ini yang sebenernya bikin susah move on. Terima kasih ya untuk support selama ini, untuk kerja sama kalian semua, untuk ketawa- ketiwi yang dihadirkan, untuk penerimaan kalian ke aku, untuk pembelajarannya, untuk kebersamaannya, untuk warna lain yang kalian hadirkan dalam lingkup perkantoran. Love!

http://photos-c.ak.instagram.com/hphotos-ak-xpa1/929264_932040986824114_1377699643_n.jpg

Sabtu, 01 November 2014

500 Days of Summer

Tom : you never wanted to be anybody's girlfriend and now you're somebody's wife.
Summer : it surprises me too.
Tom : I don't think I'll ever understand that. I mean, it doesn't make senses.
Summer : it just happen.
Tom : what just happen?
Summer : I just woke up one day and I knew.
Tom : knew what?
Summer : what I was never sure of with you.
Tom : you know what's sucks? realizing that everything you believe in is completely a bullshit.
Summer : what do you mean?
Tom : ah you know. destiny, soulmate, true love, and all of that childhood fairytale. non senses. you were right, I should've listen to you.
Summer : no. I just kept thinking that you were right. yeah I did. it just wasn't me that you were right about.

Part favoritku di film "500 Days of Summer". Waktu tiba-tiba mereka berdua ketemu di spot kenangannya dan ternyata setelah sekian lama lost contact, si Summer udah jadi istri orang aja.

Suka nggak habis pikir sih sama perlakuannya Summer ke Tom, yang udah segitunya eh ternyata nggak ada apa-apa. Tapi kadang bisa sepaham juga kenapa Summer milih gitu.

Karena sebenernya nggak semua yang kita beri, bisa diterima dengan porsi yang sama oleh orang lain. Kadang bisa ditangkap lebih, atau sebaliknya.

Prolog film ini juga bagus sih, udah menggelitik di awal. "It's not a love story, but it's a story of love."

Yes. Manusia, kalau belum menemukan "klik" yang tak beralasan itu yaaa dia nggak bakal berhenti. Haiiiih~