Minggu, 18 Oktober 2015

Kita yang tidak mencari tapi saling menemukan

Bagaimana jadinya saat nanti ternyata kita adalah partner gurih dalam tawa yang sebelumnya tak pernah tukar nama?

Saling menceritakan lucunya hidup versi kita, saling mendengarkan bagaimana lelahnya berjuang, dan saling menghapus air mata kekecewaan.

Bagaimana rasanya saat nanti ternyata kita adalah orang yang paling berjasa bagi hidup masing- masing sepanjang hayat kita?

Menjadi satu- satunya yang bisa menguatkan, menjadi teman bangkit dari keterpurukan, dan yang selalu siap dengan sebuah pelukan.

Bagaimana ceritanya saat nanti ternyata kita adalah teman berpegang tangan hingga merenta? Dengan guratan di wajah yang sama tuanya, kita tetap tersenyum manja bak sejoli yang dimabuk asmara.

Berjanjilah untuk selalu bahagia hingga kapan saja. Karena untuk sampai di hari ini, kita pernah melewati jalan yang tidak terencana, dengan tujuan pulang yang berbeda pula. Sampai akhirnya kita tidak menduga bahwa konsep bersatu dari Tuhan ternyata semenakjubkan ini.

Di waktu yang menurutNya tepat, kita dijadikan untuk saling mengerti, dibuat patuh dengan menurunkan ego diri, diberi pelajaran tentang memahami, diajari cara berbahagia dan membahagiakan.

Lalu, masih tidak percayakah kamu tentang orang asing yang saling menggenapi? Saling menemukan tanpa harus mencari? Kita ini adalah bukti.

Aku, di suatu masa.

Senin, 28 September 2015

Sebut Saja Itu Aku dan Kamu

Sebut saja aku si kepala batu, dan kamu adalah es krim coklat favoritku. Sebut saja aku bocah tengil, dan kamu adalah kakak yang selalu melindungi dan bisa diandalkan kapan saja.

Sebut saja aku si grasa- grasu, dan kamu adalah obat yang bisa selalu menenangkan. Sebut saja aku orang tertidak-konsisten, dan kamu adalah pemimpin yang mampu memberi pertimbangan dan keputusan.

Sebut saja aku si aneh, dan kamu adalah kolektor yang dengan senang hati menyimpan keanehan itu menjadi hal berharga yang kamu bangga- banggakan.

Sebut saja aku ini angin, yang terkadang sesuka hati berhembus dan kamu adalah daun yang rela terbang bersama tiupanku.

Sebut saja aku ini hujan, dan kamu adalah laut yang akan menampung segala luapan dan menjadikanku keindahan.

Dan ijinkanlah aku menyebutmu rumah, tujuanku pulang dari segala hiruk-pikuk kehidupan.





Sabtu, 12 September 2015

A Big Moment in Your Life


Saat kamu berani meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Bahkan di luar dugaanmu.

Pagi itu, seorang gadis berkacamata, berkemeja dengan jilbab senada, dan celana bahannya, datang ke kantor untuk menjalani masa percobaan kerja sebagai seorang publicis. Mukanya rada sengak, banyak tanya dan sok kenal sok dekat. Waktu itu, aku memang berada di barisan paling depan di kantor, jadi mau tidak mau aku lah yang menjadi target bertanyanya seorang anak baru.

Bla- bla-bla singkat hari itu, membuatku menarik kesimpulan bahwa teman baru yang akan duduk disebelahku selama jam kerja mulai besok adalah orang yang talkative. Ternyata aku sedikit keliru, dia bukan hanya talkative tapi juga sedikit freak untuk beberapa hal. Maksudku, banyak hal- hal sepele yang menurutku tidaklah penting, tapi malah dibahas habis- habisan olehnya. Masalah kesehatan, kebersihan, bahkan sesepele meletakkan barang pada tempat semestinya. Sungguh, hal remeh- temeh yang dibesar- besarkan adalah hal yang paling tidak aku sukai.

Hari, minggu, bulan berganti tanpa terasa. 8 jam sehari, waktuku habis untuk berinteraksi dengan manusia aneh tadi. Manusia yang kadang suka semaunya sendiri, manusia yang menjadi teman beradu argumen, manusia yang kalau bicara tidak bisa santai. Manusia yang membuat panggilan seenaknya untukku. Manusia tertidak konsisten yang pernah aku temui. Manusia perasa yang sukanya mendramatisir. Manusia yang cerita hidupnya tidak terlalu jauh berbeda dariku. Manusia yang ternyata pemikirannya sejalan denganku. Manusia yang proses hidupnya aku saksikan dengan jelas. Manusia yang sangat terbuka perihal apapun. Manusia yang mengajakku menjadi orang yang lebih baik. Dan akhirnya aku tahu, dia adalah manusia yang dihadirkan Allah untuk menjadi bahan pembelajaran nyata bagiku.

Proses perubahan diri yang dia lakukan, perlahan tapi pasti, aku saksikan. Mengganti atribut percelanaan menjadi rok-kers. Mulai menggunakan kaos kaki. Membaca buku- buku islami. Belajar sholat tepat waktu dan dhuha di pagi hari. Menjulurkan jilbab sesuai dengan yang syar’i. Menghilangkan kegalauan dan kekecewaan dari lelaki. Bahkan akhirnya, cara dia menitipkan hati pada Sang Pemilik Hati. Allahuakbar, Ndut. Kadang aku masih suka merinding mengingat itu semua.

Mungkin memang belum berpuluh- puluh tahun kita saling kenal. Mungkin juga tidak semua tentang kamu aku tahu persis. Bahkan urusan hati manusia, siapa sih yang bisa tahu dengan benar kecuali kita dan Allah Sang Maha Kuasa?

Tapi paling tidak, separuh dari proses besar dalam hidupmu aku saksikan dengan nyata, Ndut. Betapa Allah Maha segalanya. Betapa kita, manusia tidaklah punya daya apa- apa. Bahwa keyakinan ditambah dengan niatan dan usaha yang nyata, akan membawa kita pada jalan-Nya. Saat kita benar- benar berpasrah diri, Allah akan mengangkat kita ke tempat yang luar biasa indahnya.

Hari ini, aku menyaksikan kekuasaan Allah yang mengharukan. Janji Allah kepada hamba-Nya yang benar- benar meminta. Mimpimu di tahun ini, akhirnya terwujud. Hari besarmu, Ndut. Hari yang kamu tunggu kedatangannya, hari dimana lelaki pilihan Allah itu datang untuk menjadikanmu seorang istri. Hari baru yang akan menaikkan derajat keimananmu. Hari dimana setengah dari agamamu sudah terpenuhi. Hari sakral yang Insya Allah sekali seumur hidupmu. Hari dimana malaikat menyaksikan janji suci antara suamimu dengan Allah Sang Maha Romantis.

Hari ini, aku datang dengan bahagia yang luar biasa. Hari ini, aku menangis untuk sebuah rasa syukur dan takjub yang tidak terkira, Ndut. Semoga Allah melimpahkan keberkahan dalam keluarga barumu. 

Semoga kamu dan Mas Eko menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warrohmah. Semoga aku segera mendapat kabar gembira lainnya dari kalian. Aamiin.

Happy wedding, Ndut. I’m happy for youuuuu.


-Yogya, 12 September 2015-

Selasa, 25 Agustus 2015

Yuk, Bersyukur!

"I still remember the days I prayed for the things I have now."


Terkadang kita terlalu asik dan tidak sadar bahwa apa yang sedang kita jalani saat ini adalah kumpulan doa- doa yang pernah kita pinta. Kita yang sekarang, adalah harapan kita di masa lalu, dan masa sekarang adalah investasi masa depan.

Coba ingat kembali beberapa tahun lalu kita sempat berdoa apa pada Allah? Dan lihatlah dirimu saat ini, apalagi yang kurang? Jika ini adalah jawaban doa yang dulu sempat kita pinta, dan Allah berikan dengan mudahnya, apa malu sudah tidak lagi ada saat mengeluh menjadi pilihan akhir kita? Yuk, bersyukur! 

*noted to myself

Selasa, 18 Agustus 2015

Self-question

Menjadi orang baik itu susah- susah gampang, walaupun lebih banyak susahnya sih. Akan selalu ada godaan untuk belok sana belok sini, saat jalan lurus yang kita coba pilih. Biasanya, hal- hal di kanan kiri menjadi lebih menarik, membuat kita tergelitik, walau untuk sekedar melirik.

Iya, hati kita ini ternyata begitu rapuh. Begitu gampangnya goyah, begitu mudahnya terbolak- balik. Memang hanya kepada Allah sematalah kita meminta untuk bisa selalu dikuatkan, untuk selalu dijaga dan untuk selalu diingatkan jika mulai salah.

Karena di setiap detik yang ada, kita itu seperti sedang bermain teka- teki tak berujung yang entah sampai mana. Dan ketika kita mengetahui betapa besarnya alam ini, menyadari betapa hebatnya Sang Pemilik Kehidupan ini. Hal apa yang bisa kita sombongkan lagi?

Rabu, 12 Agustus 2015

Manusia Spontan

Aku selalu penasaran dengan masa depan. Rasanya, kejutan tak pernah berhenti di tiap fase kehidupan. Selalu amaze dengan apa yang sudah dilalui, selalu takjub dengan apa yang sudah Allah kasih, selalu yakin kalau Allah itu Maha Baik kepada hamba-Nya.

Aku adalah manusia spontan yang sukanya mendadak dalam mengambil keputusan, bahkan keputusan besar dalam hidup.

Sudah lima tahun aku belajar menjalani kewajibanku sebagai seorang muslimah untuk menutup aurat. Sudah lima tahun sejak tes SNMPTN waktu itu. Untuk hal seprinsipel ini saja aku begitu spontan. Tanpa ada rencana matang sebelumnya, tanpa ada persiapan, tanpa ada survey dan kekhawatiran panjang.

Tiba- tiba di hari itu, aku yang mendapatkan lokasi tes di UIN Jogja, ingin menggunakan jilbab saat tes supaya terlihat sama dengan mahasiswa yang ada di sana. Aneh? Iya. Lalu hari-hari berikutnya, jilbab tak kulepas saat berpergian. As simple as that.

Dan, saat kuingat- ingat perihal perjalanan hidupku pun begitu. Hal besar lain yang aku lakukan secara spontan dalam hidup adalah saat memilih tempat dan jurusan kuliah, semua dadakan. Di luar planing, dan dengan yakinnya langsung kujalani.

Aku manusia yang tidak pintar memplaning sesuatu. Tidak betah berjalan pada lajur yang dibuat sendiri. Bukan tipe orang yang membuat to do list untuk setahun ke depan. Terlalu fleksibel kah? Bisa dikatakan begitu. Karena aku lebih menyukai kejutan, ketimbang sesuatu yang diprepare secara matang.

Aku hanya percaya, jika sesuatu sudah ditakdirkan kepada kita, keyakinan itu akan muncul dengan sendirinya. Akan ada jalan- jalan ajaib yang Allah sediakan. Sesuatu yang awalnya tidak pernah kita pikirkan, bisa dengan mudahnya Allah berikan. Sesuatu yang tidak mungkin bagi kita, Allah mungkinkan. Bahkan untuk mencernanya lewat logika pun kita tak punya daya.

Hari ini, satu hal lagi yang aku mulai dengan spontanitas. Semoga Allah memberikan keyakinan, keistiqomahan dan kekuatan. Hingga esok saat aku kembali mengingat prosesku ini, aku kembali takjub akan-Nya.

Kamis, 06 Agustus 2015

Saat Kita Harus Meninggalkan Rumah (lagi)

Hal paling menyebalkan dari sebuah rindu adalah rasa menggebu ingin bertemu, tapi tak ada kuasa untuk itu. Well, setelah 4 tahun aku nggak mudik ke kampung halaman, akhirnyaaaa tahun ini aku pulang!

Walau jatah libur lebaran cuma dapet seminggu, total dengan bolos kerja (hehe). Rasa mudik kali ini agak beda. Bedanya apa? Bedanya adalah, rindu yang luaaaaaaaar biasa yang rasanya seminggu itu bakal aku habiskan pure berkumpul dengan keluarga dan sahabat. Nggak kebayang buat jalan ke sana sini, atau ketemu itu ini. Aku rasa, menghabiskan waktu dengan mereka adalah hal yang mahalnya luar biasa, ketimbang liburan ke tempat mana pun.

Dan benar, satu minggu rasanya sebentar banget. Rasanya baru kemarin mulai manja- manjain lagi sama Mama. Peluk- peluk Adek. Dan dijahilin Mas. Rasanya, baru kemarin kita berempat bisa duduk bareng makan di satu meja, rebutan ini itu.

Ah, nggak pulang selama 4 tahun dibandingkan saat pulang pasca satu minggu mudik kemarin, rasanya sediiiiih banget. Waktu H-1 pulang lagi ke Jogja, aku sempet mikir seandainya waktu bisa di-pause aja deh, atau rewind dari awal datang lagi.

Hari H saat pamitan sama Mama, Mas dan Adek di bandara aku masih berusaha biasa aja. Masih bisa ketawa- tawa dan masih berpikir, I'll see you very soon after this day. Tapi setelah flight, mataku nggak bisa bohong. Airnya ngucur gitu aja nggak berhenti, semua hal yang aku lakuin selama satu minggu kemarin tiba- tiba ke-flashback dan dalam hati ngerengek minta diturunin aja.

Saat- saat harus meninggalkan rumah untuk kembali ke perantauan lagi itu, lebih menggalaukan ketimbang pergi meninggalkan rumah untuk pertama kalinya atau bahkan dibandingkan harus meninggalkan pacar sewaktu LDR. 

Tapi balik lagi, saat kita sudah memilih sesuatu, cara kita bertanggungjawab adalah dengan menyelesaikannya. We'd grow up sooner or later, right? Salah satunya ya melalui proses ini.

Tapi aku selalu ingat, banyak hal di dunia ini yang lebih berharga dari sebuah kesuksesan manusia di dunia. Memiliki keluarga yang utuh dan bahagia, waktu berkumpul yang berkualitas, hubungan baik dengan saudara dan sahabat, kebersamaan di setiap hal kecil dalam keluarga dan keberadaan kita disaat dibutuhkan. That's more valuable. You should remember this, Wi.

Yes, I do.

Selasa, 14 April 2015

Power Bank

Pagi ini, rasanya aku berat banget buat ngapa- ngapain. Buat bangun, berat. Buat mandi, berat. Buat siap- siap ngantor, berat. Rasanya maleeees banget. Sambil ogah- ogahan, aku menuju ke lemariku yang di atasnya terdapatlah beberapa jenis barang terpajang. Ada sebuah frame hitam yang kuisi dengan foto- foto momen jaman dulu dan sebuah surat dari Mbak Mash saat aku resign dari Leutika. Tiba- tiba rasanya kayak ada energi yang mengalir dari ujung kaki ke ujung kepalaku. Deg.

"Since I lost my words to say good bye and I won't to say it, I just want congratulate you. Congratulation, Dear, you graduate from this 'school', again with cum laude. You know, I feel jealous. Have a happy joy on your new place. Remember, you who make the comfort zone. Every journey sings its life story, the sweet and the sad one. I'll always miss the time when we tell our own stories. Always be happy girl."

Mbak Maaaash, thank you for your letter. Tanpa kamu tahu dan tanpa aku sadari juga, surat ini sejenis penyimpan energi di saat kita butuh sesuatu yang menohok untuk sadar bahwa mengeluh itu nggak bakal menyelesaikan masalah. Bahwa semangat, adalah modal utama untuk maju. Bahwa kita, di dunia ini nggak pernah sendiri. Memang bener ya, energi positif itu sebenernya selalu ada disekeliling kita, tinggal kitanya aja yang mau peka atau nggak. Love!

Officially 22

Kalau ditanya bagaimana rasanya menjadi 22 tahun? Rasanya...hmm, biasa aja. Exited sih dalam beberapa hal, tapi nggak terlalu. Waktu hari H menginjak angka 22, aku masih yang biasa aja. Nggak terlalu bahagia, dan nggak terlalu sedih juga karena bertambah tua. Tapi malah nge-flashback sendiri atas hidup selama ini.

Sudah sampai mana sih aku berjalannya? Sudah batas mana sih pencapaiannya? Sudah seberapa bermanfaatnya sih aku? Sudah menorehkan hal baik apa aja sih? Sudah bertambah baik belumsih sejak setahun kemarin?

22 tahun, angka dimana akhirnya aku sadar bahwa bentuk kasih sayang orang- orang di sekeliling itu udah beda. Bukan lagi ucapan heboh tet di jam 12 malem, lempar telor dan mbleberin krim kue kemana mana, atau kado macem- macem, bahkan dirayakan meriah di rumah makan.

Tetapi sesimpel mereka menyempatkan diri disela kesibukan mereka hanya untuk mengucapkan selamat disertai rangkaian doa terindah, mengumpulkan teman- teman, mengedit foto meme, membuat video, voice note, memberikan hadiah kecil yang "kita banget" atau kecupan dan pelukan hangat dari keluarga dan sahabat. Berasa mahal. Berasa disayang. And i'm so thankful, God.

Nggak banyak doa yang aku minta, rasanya kata terima kasih sudah sangat bisa mewakili perasaan syukur atas 22 tahun ini. Terima kasih, semua. 



Yogyakarta, 9 April 2015

Selasa, 31 Maret 2015

Short Message

Pesan singkat pagi ini menyadarkanku bahwa mengekspresikan apa yang kita rasakan pada orang lain adalah hal yang mungkin menjadi mewah untuk sebagian orang lainnya. Let's spread the love!

delivered message : "love you mam"

Rabu, 25 Maret 2015

Setiap Hari Bersama Papa

Dua hari yang lalu entah kenapa aku antusias sekali menyambangi toko buku demi sebuah novel yang sebenarnya sudah cukup lama masuk ke listku untuk dibeli. Judulnya, Sabtu Bersama Bapak. Dari judulnya saja sudah cukup terlihat kan pembahasannya soal apa?

Aku banyak melihat di twitter dan blog teman- teman yang mereview novel ini. Bagus sepertinya. Dan aku memang menyukai tema- tema keluarga yang dibumbui motivasi dan inspirasi kehidupan seperti ini. Ah benar saja, sungguh tidak menyesal membelinya dan ternyata aku seperti bercermin saat membaca novel ini.

Bercerita tentang sebuah keluarga yang terdiri dari ibu dan 2 orang anak yang ditinggal sang bapak selama- lamanya. Tentang persiapan yang sudah dipersiapkan si bapak untuk istri dan anak- anaknya, tentang kehebatan seorang ibu, tentang bagaimana menjadi orang tua, tentang istri dan suami yang baik, tentang anak yang berbakti, tentang pencapaian mimpi, tentang menemukan jodoh. Paket lengkap yang cocok dibaca untuk semua kalangan.

Di novel ini diceritakan tentang bapak yang meninggal karena sakit kanker, tapi bagi keluarganya dia tidaklah seutuhnya meninggalkan mereka. Si bapak sudah mempersiapkan "perbekalan" untuk keluarganya secara mental dan financial, and that's what my papa did.

Si bapak membuat sebuah project berupa kumpulan video yang berisi wejangan dan nilai- nilai kehidupan untuk anak- anaknya. Si bapak ingin, jika suatu saat nanti dia meninggal, anak- anaknya tetap mengenal sosoknya dan tetap bisa belajar darinya.

Novel ini bisa dikatakan "aku banget". Ada beberapa bagian yang feelnya bisa aku rasakan. Dari cara pandangnya soal kehidupan pun bisa dibilang satu aliran. Aku suka. Yap, rasanya aku sungguh bersyukur dan bahagia menjadi aku. Menjadi anak Mama dan Papa serta menjadi saudara bagi Mas dan Adek. Entah sebelumnya Papa memang sudah punya firasat atau bagaimana, tapi berpulangnya beliau dengan meninggalkan rumah yang baru saja selesai, asuransi pendidikan dan kesehatan serta uang bulanan untuk kami, rasa- rasanya memberikan kesan bahwa Papa memang tidak pernah pergi. Bahwa kami, tidak sepenuhnya kehilangan.

Raganya mungkin memang tidak disini, tapi semua hal yang kami butuhkan benar- benar ada dan sudah dipersiapkan. Memang tidak berlebih, tapi alhamdulillah juga tidak kekurangan selama 18 tahun ini. Paling tidak, kami sekeluarga tidak menjadi beban orang lain. Dan kurasa inilah yang ingin Papa tanamkan.

Kami, anak- anaknya pun tetap bisa merasakan kasih sayang seorang ibu secara penuh, tanpa harus ditinggal kemana- mana dan dititipkan ke tetangga. Maksudku, peran Mama tetaplah utuh untuk kami, mungkin begitulah maunya Papa. Bahwa pendidikan terbaik anak- anak adalah dari ibunya. Kurasa, laki- laki memang seharusnya begitu, penuh perencanaan dan bertanggung jawab.

I adore you. Really i do. You're the first man that i fall in love with. And i hope that my daughter will say the same things to her dad. Sejauh apa pun raga terpisah, yang namanya jiwa akan selalu hadir disini, bersama kami, setiap hari. Thank you for loving my mom, teaching me about life and become a man that I called Papa.




Pukul 22:45, (masih) Jogja, 25 Maret 2015

Selasa, 17 Maret 2015

PART OF...

T : He's coming again
Oknum N : Like I've said. Selama ini kamu itu hanya menghindar, ya ujungnya akan ketemu lagi
T : Soalnya yang selalu ada itu bisa mengalahkan yang jauh, ya nggak sih? Kita bisa ngerti gimana tingkahnya secara nyata, hal- hal kecil yang sering dilakuin atau bahkan sesimpel apa apa saja yang dia sukai
Oknum N : Kata siapa? Nih ya, yang selalu ada itu malah akan kalah dengan yang selalu mendoakanmu untuk selalu disendirikan sampai kalian dipertemukan
T : .....
Oknum N : Yang selalu ada itu bisa kalah dengan yang tiba-tiba datang membawa sebongkah harapan dengan diiringi doa restu
T : .....
Okunm N : Yang cuma beraninya pdkt akan kalah dengan dia yang datang menawarkan masa depan
T : .....
Oknum N : Yang bisanya cuma cari-cari perhatian akan kalah dengan dia yang berani datang membawa niatan baik. Hati- hati, buka mata buka telinga, jangan sampai kamu melewatkan sesuatu yang berharga hanya karena fatamorgana 
T : Konsep jodoh nih? Oh meeeeen, 20+ girls random chat banget. 
Oknum N : Mbuh! Grrrrrrrrrr
T : HAHAHA :')

Kamis, 22 Januari 2015

Minggu Pagi di Mangunan

Mendaki gunung
Melewati lembah
Sungai mengalir indah ke samudera
Bersama teman, bertualaaaaang!

Sepanjang jalan dari rumah pukul 05.00 pagi, aku dan Oknum N menyanyikan soundtrack kartun ninja hatori ini. Udara masih sangat dingin, di atas motor yang sedang melaju kita bernyanyi- nyanyi, geleng- geleng kepala, kadang mengangkat kepalan tangan juga ke udara.

Bahagia itu sesederhana kita bisa kembali merasakan indahnya menjadi bocah. Nggak peduli sama sekitar yang comel sana sini. Apa yang menurut kita membahagiakan, kita lakukan. Salah satunya ya dengan ngebolang dan gila- gilaan.

Pagi itu, kita berencana ngebolang ke arah selatan Yogyakarta. Tepatnya di Desa Mangunan, Bantul, Yogyakarta. Di sana ada taman buah yang kata orang- orang viewnya keren banget. 

Taman Buah Mangunan. Aksesnya ini bisa dibilang mudah sih kalau dari kota Yogyakarta, walau kita sebenernya juga butuh oret- oretan peta dari Mas Ian. Gampangnya gini, langsung aja menuju ke arah jalan Imogiri Timur (Terminal Bis Giwangan) terus ke selatan.  Kita sangat terbantu dengan plang penunjuk arah yang ada. Nanti ikuti aja jalan ke arah Dlingo/ Mangunan. Kalau masih bingung ya gunakan GPS ( gunakan penduduk sekitar) dijamin nggak nyasar.

Dalam perjalanan kita akan melewati jalanan naik dan turun khas perbukitan , lembah, dan hutan-hutan. Mirip lirik lagunya ninja hatori banget kan?

Jam menunjukkan pukul setengah 7. Kita berdua masih menunggu Oknum A yang janji mau ikutan dan sembari menunggu, kita mencari pemadam kelaparan dulu. Nemu lah warung makan ramesan yang ternyata di sana susaaaah banget nyari yang buka jam segitu. Setelah ketemu Oknum A, kita bertiga siap ngebolang. Here we go!


Perjalanan penuh lika liku, tapi untungnya trayek Bengkulu- Palembang lebih parah dari ini jadi aku udah biasa haha


Melewati yang beginian, nggak bisa kontrol kehebohan saat pertama ngeliat kabutnya yang supeeer keren dari ketinggian. Padahal ini belum seberapa. Kata Oknum A, aku dan Oknum N bener- bener heboh nggak kontrol kalo ngeliat yang bagusan dikit. Soalnya kita bisa barengan teriak histeris saking senengnya.


Yes, this is our first groufie!

Oknum A, Oknum N and Me

puncak taman buah mangunan

Beneran, aku langsung jatuh cinta sama tempat ini. Berasa berada di negeri dongeng, semua serba hijau luas membentang. Nggak ada halangan pandangan, sejuk, nyaman, tenang, aaaaaaaah bener- bener jauh dari hiruk pikuk.


Setelah puas memandangi dan mengabadikan foto- foto di sini, kami bertiga pun menuju spot lain yang nggak kalah kerennya. Hutan Pinus! Yap, ternyata aku sudah melewatkan tempat pengasingan ternyaman selama di Jogja. 


Di sini sejuuuuuuk banget, nyamaaaaan banget, fotoable banget yang pasti haha. Alam adalah sumber kebahagiaan gratis yang kadang kita sia- siakan.

hutan pinus

get lost

Jujur aja aku masih susah move on dari perjalanan dadakan, singkat dan mengesankan hari itu. Terkadang kita butuh pelarian kecil dari rutinitas, walau sekedar mencari udara di alam bebas. Yuk, ajakin liburan! ^^








Senin, 12 Januari 2015

Kenapa kursi disebut kursi?

"Semakin kamu berusaha memahami diri sendiri ya nggak bakal pernah bisa kamu paham. Sama saja seperti kamu itu mempertanyakan kenapa kursi disebut kursi bukan meja?"

Di lain obrolan bersama Mr. R. Pilihan untuk bertanya padanya itu seperti masuk ke gudang yang di dalamnya tersedia berbagai jenis jawaban. Bukan berarti tempat menyimpan sesuatu yang nggak terpakai lagi, tapi tempat penyimpanan data kehidupan yang lengkap. Mau yang logis, idealis, agamis, atau melankolis sekalipun ada. Monggo kalau mau mencoba :)