Rabu, 30 Oktober 2013

Recharge


Mengejar Senja


Melakukan solo trip adalah obat penenang terampuh bagiku sejauh ini. Ya, tidak harus melakukan perjalanan jauh, namun menghilang sejenak dari hingar- bingar dan rutinitas sudah cukup membantu.

Me time contohnya, menyisihkan waktu untuk me-reward diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang memang ingin kamu lakukan tanpa adanya gangguan orang lain memang selalu sukses membangkitkan mood hingga 80%, atau bisa juga disebut recharge diri. Entah itu berkeliling mall sendiri, membaca buku, menonton film, ke toko buku, atau sekedar keliling tak tentu arah dengan sepeda motor hingga penat perlahan terkikis.

Hari jumat lalu contohnya, lagi- lagi aku sedang penat dengan rutinitas dan kepala rasanya butuh pendingin ekstra. Sehabis pulang kerja pukul 4 sore, aku berniat ke rumah Nanda hanya sekedar ingin say hello atau ha-ha-hi-hi sebentar, tapi kebetulan si empunya rumah sedang tidak ditempat. Maka dengan pikiran kosong aku mengegas mesin merahku ke arah selatan. Entah aku pun tidak tahu sebenarnya mau kemana kuarahkan setirku. Aku ambil jalan luruuuuus saja, agar gampang menemukan jalan pulang. Hingga saat memasuki jalan bantul, ide cemerlangku muncul. Pantai!

Dengan segera aku mencari palang arah yang menunjukan ke arah mana pantai terdekat yang bisa aku tuju. Pantai Samas. Pantai yang terletak sekitar 24 km selatan Yogyakarta. Aku melihat jam tanganku sudah jam setangah 5 lewat sepuluh, dan aku pun bergegas kesana agar timing sunset bisa aku dapatkan. 

Jujur saja aku bukan tipe orang yang gampang menghapal jalan, apalagi untuk daerah Bantul dan sekitarnya ini bagaikan negeri antah berantah yang sama sekali belum terjamah olehku secara mandiri selama di Jogja. 

Bermodal nekat dan bensin full tank, aku melaju sembari mengagumi jalan- jalan yang jarang aku lewati ini. Ternyata keluar dari rutinitas memang menyenangkan. Sesederhana mencari jalan lain menuju rumah, walau harus berjalan ke selatan dulu baru naik ke utara. Membuang tenaga dan bensin? Iya, tapi aku senang.

Kulihat langit mulai menguning, senja sudah tiba. Pantai Samas belum juga tercium keberadaannya. Aku berhenti sejenak di pinggiran sawah yang membentang di kanan kiriku. Kuperhatikan sejenak langit yang mengagumkan itu, kuambil telepon genggam bututku dan kujepret lukisan Sang Kuasa itu sembari mengucapkan syukur, Subhanallah indah sekali.

Kutancap lagi gasku, hingga debur ombak sudah agak terdengar. Jalanan makin sepi dan sejujurnya aku agak takut jika malam lekas tiba sedangkan aku buta arah begini. Kulihat palang pintu masuk Pantai Samar memanggil- manggilku, dan kujawab dengan senyum keberhasilan.

Tidak sampai 5 menit aku menikmati suasananya, suara adzan sudah berkumandang dan pantai itu begitu sepi untuk kunikmati sendirian. Seperti orang linglung, aku langsung tancap gas pulang sembari bersenandung sepanjang jalan.

Jalanan yang sepi, sawah- sawah, langit yang menguning, suara ombak, dan aroma pantai yang khas menjadi saksi jeritan bahagiaku sore itu. Aku berteriak sembari memacu motorku dan semoga saja tidak ada yang beranggapan bahwa aku frustasi karena putus cinta hahaha 

Terkadang kita butuh keluar dari lingkaran yang tampak mengukung, ya sebut saja rutinitas. Maka hal sesederhana menemukan tempat baru adalah obat semangat untuk memulai hari esok. Selanjutnya, aku ingin melakukan solo trip yang lebih ekstrim dan lebih jauh, karena menjadi bebas itu menyenangkan.

Kamis, 24 Oktober 2013

Anonymous #2

Seperti anak kecil yang lama tak merasakan tawa bersama teman- teman sebaya, seperti itulah bahagiaku mengenal sosokmu. Entah bahagia macam apa yang kamu tangkap, tapi aku punya definisi sendiri. Mungkin semacam  menemukan dunia baru yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya? Iya, bisa dibilang begitu.

Di hitungan hari ke-100 ini aku menemukan kamu dalam “kemasan” lain. Kemasan yang beraneka ragam, penuh kejutan, dan seperti teka- teki yang masih ingin kucari jawabannya. 

Melihat kamu itu seperti bercermin. Tampaknya sama, tapi saat aku mengangkat tangan kanan, di seberang sana kamu mengangkat tangan kiri, iya ternyata kita banyak perbedaan. Aku yang penuh dengan planing dan kamu yang sukanya mengalir. Aku yang hobi tidur, kamu yang susah tidur. Aku yang jam tidurnya terjadwal, kamu yang begitu fleksibel dan sengantuknya. Aku yang suka makanan aneh, kamu yang selalu bilang "makanan kok gitu". Aku yang paling tidak suka menunggu, kamu yang hobinya berlama- lama. Aku yang sudah lupa kapan terakhir kali olahraga, kamu yang hobi sekali futsal dan sepedaan setiap harinya. Aku yang tidak suka asap rokok, kamu yang perokok. Aku yang begitu manis, dan kamu tidak suka mengkonsumsi yang manis- manis hahahaha

Tapi ilmu penempatan diri yang kamu punya berhasil menggogrokkan satu persatu tembok perbedaan itu. Saat jam tidurnya aku, kamu bisa kasih waktu tanpa ribet mengganggu. Saat lagi sama aku, kamu bisa menahan diri untuk tidak merokok, saat sama aku kamu rela di buru-buru waktu, dan saat sama aku, aku tahu kamu lagi berusaha menjadi lebih baik.

Aku belajar banyak hal dari kamu. Tentang seindah- indahnya atau pun sebobrok- bobroknya hidup, tentang sejarah Islam yang sama sekali aku lupa pernah belajar itu di jaman sekolah, tentang runtuhnya Konstantinopel, perdebatan Islam- Kristen, bahkan tentang bola dan Moto GP sekalipun. Dengan kamu, aku jadi tahu tentang hal- hal yang tadinya aku tidak pernah mau tahu. Dengan kamu, aku tahu bahwa menemukan dunia baru itu menyenangkan. 

Terkadang aku masih tidak percaya bisa menemukan orang asing seperti kamu yang dengan ragam kejutannya ini dari miliaran orang di luar sana. Menemukan sisi lain dari hidup, menemukan partner berbagi ilmu, menemukan teman ngobrol yang seru, menemukan tetuah yang mengayomi dan iya, menemukan kamu.

Maka biarkan kita tetap berhitung sampai nanti semesta membawa kita pada pemberhentian yang sudah direncanakan. Bagaimana, deal?

Selasa, 22 Oktober 2013

Payung Teduh in Jogja


N : Demi apa aku kesini bermodal kasian sama kamu doang dan gak tahu lagunya sama sekali mbel, ini konyol banget kan?
T : AKU CINTA KAMU, MBEL!

Jam 18.00 aku dan Nanda udah standbye di Purnabudaya UGM untuk melihat perform Payung Teduh yang udah aku bayangin ramenya gak ketolongan. Imaginasiku terlalu tinggi nampakya sampai membayangkan terpikjak mas-mas kekar di pintu masuk, atau kena ketek saat jingkrak- jingkrak di area fertival.

Kita sampai di lokasi eh malah masih adem ayem, yang dateng masih bisa dihitung pakai jari tangan- kaki plus jari ayam jago tetangga. Iya, masih sepi.

N : Kok sepi ya?
T : Paling ngaret mbel, udah yok cari tempat sekalian nunggu Mbak Fato.

Setelah kami bertiga lengkap, para gadis- gadis unyu nan lugu ini duduk manis menunggu acara di mulai. Bolak- balik aku melihat jam tangan, sudah jam 7 lebih dan akhirnya acara baru akan dimulai.

Diawali dengan band pembuka Summer in Vienna. Ini kali pertama aku tahu dan melihat mereka tampil, dan aku suka dengan musik mereka yang satu aliran dengan Mocca. Dari style personelnya juga lucu, semi jadul tapi asik.

Lanjut ke band selanjutnya, Plenthong Konslet. Band yang salah satu personelnya adalah Kak Abed, kakak kelas jaman SMA yang juga pemusik tari di ekskul yang aku pegang jaman sekolah. Band ini mengusung perpaduan musik modern dengan tradisional, ada gamelan dan gendang. Sempet speechless ngeliat mereka main. Konslet benerlah kerennya!

Kulihat sudah jam  8 lebih, duh setelah aku buka- buka twitter dan melihat timeline yang katanya Payung Teduh baru akan perform sekitar jam 9, aku mulai lesu. Bisa tua nunggunya -_-

Masih ada 1 band pembuka yaitu FSTVLST. Lagi- lagi aku tidak tahu dan cuma bisa plonga- plongo melihat fansnya teriak- teriak, joget- joget, terbang- terbang di area festival. Keren sih, tapi bukan genre musik yang aku suka.

Dan akhirnya, setelah lama cuma bengong melihat sekitar, it's time for Payung Teduh!!!

Penonton langsung merapat dan berdiri mendekati stage. Duh, aku ngga ngebayangin berdiri di area festival sampai acara selesai. Bisa pingsan di tempat.

"DUDUK..DUDUK..DUDUK!!" teriak penonton bagian belakang yang diikuti gerakan mundur satu persatu penonton lainnya. Ambil posisi, duduk njelepok, dan siap melihat pertunjukkan yang meneduhkan.

10 lagu yang mereka bawakan dan sepanjang itu pula aku merinding, sesekali mata agak basah saat Resah, Angin Pujaan Hujan dilantunkan. Biasanya hanya aku, headset dan kamar yang menikmati, kali ini satu gedung Purnabudaya menggemakan lagu- lagu itu dengan begitu syahdu. Aaaaah :')

Dua jam mereka berdendang tanpa jedah, terasa begitu singkat hingga aku sadar bahwa jalan menuju rumah masih panjang dan menyeramkan untuk pulang jam 11 malam. Walaupun tidak sempat melihat kolaborasi Payung Teduh dengan para band pembuka, dahagaku terpuaskan malam itu. 

Sepanjang jalan pulang aku tetap berdendang sembari membayangkan Mas Comi yang berdansa dengan bassnya, dan personel lainnya yang tetap juara.

http://distilleryimage3.ak.instagram.com/95af4f82384911e3b92c22000aeb45f6_7.jpg

http://distilleryimage2.ak.instagram.com/ff186e78381611e3901122000a9f1939_7.jpg  

Terima kasih sudah meneduhkan Jogja malam itu :)

Sabtu, 19 Oktober 2013

...Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhannya tercermin, bukan ketakutannya akan sepi." - Dewi Lestari


That's magic words! There's no other reason why i choose you, simply that i just feel complete.

Jumat, 18 Oktober 2013

Kapan Nikah?

http://24.media.tumblr.com/fa5657f09b6e67f515b2f13ec76208cc/tumblr_mu3ctrmjW31snkqfto1_1280.jpg 


ya walaupun belum bertemu pertanyaan seperti ini, persiapannya boleh dari sekarang kan ya? mihihi 20+ problems

Selasa, 15 Oktober 2013

Rumah

Jika nanti kamu lelah bermain diluar sana, maka rumah menjadi tempat kamu pulang. Rumah adalah ujung dari keletihan dan tujuan akhir dari perjalanan.

Mungkin kamu sedang penat, ingin melihat dunia luar yang katanya begitu megah, maka silakan kamu lihat kesana, namun jangan pernah lupa jalan kembalinya.

Rumah tidak pernah ingkar, ia akan menunggu tuannya kembali dengan tetap menjadi tempat ternyaman. Tempat dimana kamu tinggal, menghabiskan malam dan memulai hari kembali. Tempat dimana kamu tahu kemana harus pulang.

Memiliki rumah idaman adalah mimpi terbesar setiap orang. Kamu pun mulai mencicil untuk mewujudkannya. Dimulai dengan mencari lokasi terbaik, design yang sesuai dan yang paling penting nanti adalah pondasi terkuat.

Tak perlu mencari dengan tergesa-gesa, biarkan waktu yang menjawab dengan tetap melangkah walau sudah lelah.

Berjalan, berhenti sejenak, coba memasuki, mengenali, berkeliling, keluar, dan begitu selanjutnya hingga kamu temukan rasa nyaman yang membuatmu betah berlama-lama dan tidak ingin bermain keluar. Bukan hanya suka saat baru sampai di pintu masuknya. Agar kamu mengenal betul seluk beluknya, agar tidak menyesal memilihnya menjadi tempat hidup.

Suatu saat nanti kamu akan menemukan rumah, dimana bukan hanya sekedar singgah namun akan benar-benar menetap, hidup di dalamnya, dan pulang setiap hari.

Iya, rumah yang sudah dipersiapkan dan sedang menunggumu pulang, namun entah dimana.

Senin, 14 Oktober 2013

PKL

Perkuliahan di Akademi (Militer) Akuntansi tidak akan terasa lengkap tanpa adanya matakuliah Prakter Kerja Lapangan (PKL) yang mempertemukan aku dengan orang terabsurd seperti ketua kelompok kami Mbak Susi, orang ter-cool di kelompok yaitu Mas Arif, orang terapeuh Melisa dan orang teraktif seperti Ony.

Dimulai dari susahnya mencari perusahaan yang cocok untuk dijadikan objek PKL, melobi siempunya perusahaan yang bersedia untuk dirusuhi dan menjadwal jam kosong kami yang terkadang susah klop.
Beberapa kali kami pindah perusahaan, hingga akhirnya berlabuh pada sebuah perusahahaan kontraktor jalan yang lokasi proyeknya di daerah Piyungan. Jauh? Banget.

Kami berlima memang tidak setiap hari bolak- balik ke tempat PKL, bisa seminggu sekali atau seminggu dua kali tergantung kebutuhan data. Syukurnya bapak- bapak di proyek itu sangat open ke mahasiswa yang banyak maunya seperti kami ini. Saking baiknya, kami pun terkadang mendapat jatah makan siang (karena kebetulan datang di jam makan siang) hahaha

3 bulan menjalani PKL bersama, mempelajari bagaimana siklus produksi dan penggajian yang ada di perusahaan, mengumpulkan data-data dan tetek bengek lainnya. Dengan pertemuan kelompok yang intens, rasa senasib sepenanggungan muncul diantara kami berlima. Yang awalnya tidak saling kenal, jadi tahu watak masing- maisng. Yang tadinya saling diam dan jaim, jadi dekat satu sama lain. Yang tadinya jomblo ya tetep aja jomblo sampai PKL rampungan #eh

Jujur aku menyukai lokasi proyek kami yang bisa dibilang cukup ekstrim untuk anak akuntansi yang biasanya tidak pernah turun langsung ke lapangan, namun karena rasa ingin tahu kami yang begitu besar, lokasi proyek yang luasnya naudzubillah itu pun kami babat habis. Keliling- keliling ke tiap tahapan pengolahan, bertemu mesin- mesin super besar dan karyawan proyek disana menambah pengalaman baru yang seru.

Tidak berhenti keseruan kami di lokasi proyek saja, saat pembuatan laporan pun banyak hal seru yang sebenarnya sih menyebalkan, tapi malah dirindukan. Deadline yang mepet, data yang masih mentah, proses pembuatan alur (Flowchart) yang ruwet serta lagi- lagi sulitnya mencari jadwal kosong kami berlima.

Laporan yang sudah dibuat susah payah pun tidak bisa dijamin langsung diterima dosen. Pernah suatu hari saat antri konsultasi yang lamanya mengalahkan antrian BLT, aku, Ony, Mbak Susi dan Melisa bahkan sampai bergantian menunggu dan hasilnya apa? Laporan kami harus revisi lagi. Hasil kalkulasi revisi hari itu bisa nyaris 10 kali bolak- balik. Entah gambar dan simbol yang kurang paslah, atau siklusnya yang salahlah, intinya salah terus. Titik.

Saat riweuhnya laporan selesai, terbitlah keruwetan presentasi. Pembuatan laporan dan slide presentasi yang mepet membuat kami ekstra kerja keras. Untung semua berakhir bahagia, laporan di acc, presentasi lancar dan nilai akhir yang keluar juga sangat memuaskan, A!

Kami berlima pun sampai berikrar untuk mengadakan syukuran atas keberhasilan ini dengan berencana karokean atau sekedar kumpul santai, tapi lagi- lagi jadwal belum pas sampai detik ini. Padahal itu semua sudah lebih dari 6 bulan yang lalu hahaha

Nb: foto tanpa pernah ada Mas Arif -,-

Kamis, 10 Oktober 2013

Akibat Niat Makan Gratis

Niat keliling sendirian, sebentar doang, dan nggak  neko- neko pun batal saat Nanda muncul di Whatsapp. Jadilah kita berdua menggembel sore- sore ke Malioboro. Ngubek- ngubek Rama**na dan Mat**ari dari jam 5 sore sampai 7 malem dan hasilnya? Nihil.

Punya badan bongsor dan kaki jenjang ada enak dan nggaknya. Enaknya, tiap satu langkah kita sama dengan lari- lari santai orang normal, jadi nggak perlu membuang energi berlebih. Dan nggak enaknya adalah susah nyari celana panjang yang bener- bener cocok di kaki. Pasti ada aja salahnya, yang kependekkan lah, kegedean pinggangnya lah, sempit di paha lah, dan....mahal.

Kita pun nyerah lalu pindah lokasi ke Gale dan akhirnya nemu walapun hampir diusir sama siempunya toko karena udah jam 9 malem. Kita pun pulang dengan sisa energi yang nggak nyampe 40%, itu artinya butuh asupan makanan segera!

Niat jelek memang nggak bakal berakhir baik. Waktu lewat di daerah Sagan, tiba-tiba Nanda ngajarin aku untuk jadi anak jahat.

N : Mbel, kita nyari makannya ke tempat temenku yang jualan disono aja ya (sambil nunjukin lokasi target).
T : (masih kalem)
N : Bakal makan gratis deh kita mbel, yakin!
T: Serius mbel? (mata berbinar). Yok!
N : Tapi nyari ATM dulu ya jaga- jaga kalo dia lagi kesambet terus nggak ngegratisin kita.

Akhirnya kita pun tancap gas nyari ATM terdekat dan memutuskan berhenti di ATM Rumah Sakit Pa**i Ra**h. Lokasinya sih bisa dibilang agak horor. Letaknya disudut Rumah Sakit dan nggak ada lampunya! Awalnya sih nggak curiga sama sekali toh itu tempat umum yang pasti banyak penggunanya.

Masuklah Nanda ke ruangan misterius itu (ATM). Lumayan lama sih dan aku pun sempet mikir apa iya Nanda pingsan atau jangan-jangan dia menguras semua duit yang ada di ATM? Ini adalah tindakan kriminal dan aku harus mencegahnya! Eh tiba-tiba kepalanya nongol dari pintu ATM.

N: Kartu ATM-ku ketelen mbeeeeeel

Dengan keadaan lapar akut, kami berdua ngutik- ngutik mesin uang itu macam komplotan perampok. 3 menit ditunggu, duit dan kartu ATM nggak keluar. 5 menit, kita mulai panik. 10 menit belum ada kemajuan juga akhirnya aku nekat manggil Security minta bala bantuan.

Nanda bolak-balik nelponin Call Center tapi apadaya mungkin karena sudah malam maka mbak operatornya lebih milih bobok cantik daripada ngelayani telpon dari fans-fansnya. Bego, ini orang lagi panik tudemaks!

Saat berhasil nyambung dan baru ngobrol sebentar, raut muka Nanda bukannya bahagia atau sujud syukur sekalian eh malah pasang ekspresi nahan pup gitu.

N: Abis pulsa mbeeeeel
T: (tepok jidat Security)

Masalah satu belum selesai kok ya ada aja. Kita salah apaaaaaaa (elus-elus weteng kencot). Akhirnya setelah berhasil menghubungi Call Center melalui telpon Rumah Sakit, kita lega dan bergegas pulang dengan pikiran dan perut yang galau.

Kita yang berniat pulang pun berbalik arah ke TKP dengan penuh harap siapa tau duit dan kartu ATM nya keluar dengan tiba-tiba. Eh ternyata ada 2 mas-mas di ATM itu (sebut saja Mas 1 dan Mas 2), yang satu nunggu diluar, yang satu lagi di dalam.

N: Mas hati-hati loh ATM ini barusan memakan korban jiwa! Sebuah kartu ATM tertelan dan tidak diketahui dimana keberadaannya!
M1: Serius mbak? (dengan gugup si Mas 1 nyamperin temennya yang lagi ngorok di ATM). Men, ATM nya lagi error nih!
M2: Error apaan? Lah ini aku transaksi sukses kok.
T: Iya coba kita tunggu aja mas, kartunya nanti bakal keluar apa nggak (dengan tampang sok cool).

Kita berempat diam penuh hikmat menyaksikan detik-detik menjelang keluarnya kartu ATM si Mas 2 tadi. Dan, kartunya pun keluar dengan elegan!

T & N: Kooooook????? (pingsan)

Kita berdua jalan ke parkiran dengan terseok-seok penuh kepasrahan dan sakit hati mendalam. Kenapa Dewi Fortuna hari ini gak membuntuti kita. Apa dia lagi berantem sama pacarnya jadi dia pengen menyendiri dan ngelupain tugasnya melindungi gadis-gadis lemah seperti kita berdua ini?

T: Duh, kayaknya ini gara-gara kita niat makan gratis deh mbel.
N: Iya kali ya, udah makan nggak dapet, eh kartu ATM ketelen. Apes! Ditambah lagi kok kartu ATM Masnya nggak kenapa- napa sih tadi? Mesinnya pilih kasih!

Dari kejadian itu banyak hikmah yang bisa diperoleh. Pertama, jangan pernah berniat jelek karena Allah pasti nggak suka dan bakal menegur kita dengan cara-Nya. Kedua, ogah lagi-lagi deh ambil duit ditempat horor begituan, apalagi ATM yang nggak ada lampunya! Sekian.
 

Selasa, 08 Oktober 2013

Banda Neira- Berjalan Lebih Jauh

http://static.tumblr.com/5xuipsh/NoDmd2scb/cover_1.jpg

Banda Neira! Awalnya aku tahu duo akustik ini (mereka maunya disebut band) dari hasil blogwalking ke tumblr-nya Masgun.

Akhirnya iseng-iseng searching dan download beberapa lagunya dan taraaaa apik! Iya, nampaknya telingaku sudah klop dengan genre musik Folk begini. Dominan gitar akustik, sedikit harmoni dari xylophone yang memberikan ketenangan dan membawaku berimajinasi pada musik yang teduh.

Dari 4 judul lagu yang sudah di-download, yaitu Berjalan Lebih Jauh, Hujan di Mimpi, ke Entah Berantah dan Esok Pasti Jumpa. Semuanya bagus! Dan jika harus memilih, lagu Berjalan Lebih Jauh punya nilai lebih. Liriknya yang simpel, berhasil memberi energi kepada yang mendengarkan.

Berjalan Lebih Jauh 

Bangun,
Sebab pagi terlalu berharga 
Tuk kita lewati 
Dengan tertidur


Bangun, 
Sebab hari terlalu berharga 
Tuk kita lalui dengan 
Bersungut-sungut 


Berjalan lebih jauh 
Menyelam lebih dalam 
Jelajah semua warna 
Bersama, bersama 


Bangun, 
Sebab hidup teramat berharga 
Dan kita jalani 
Jangan menyerah 


Berjalan lebih jauh 
Menyelam lebih dalam 
Jelajah semua warna 
Bersama, bersama, bersama

Ananda Badudu dan Rara Sekar, personel Banda Neira ini memang berbakat pun "magic"! Band ini adalah salah satu hasil dari proyek keisengan disela- sela kesibukkan mereka. Padahal lokasi partner ini saling berjauhan, Bali-Jakarta.

Ananda Badudu yang seorang warta berita dan Rara Sekar yang seorang aktivis sosial, mampu mengotak-atik kata dan nada menjadi begitu apik. Yap, asal-usul terbentuknya band ini bisa dibilang unik dan ini juga salah satu daya tarik yang kudapat.

Komposisi musik yang sederhana menjadi tak sederhana saat kedua orang hebat ini bersatu. Salut! Dan sejak menemukan musik mereka, Payung Teduh pun sekarang punya saingan.

Nah, untuk tahu lebih dalam tentang Banda Neira, bisa cek tumblr mereka disini. Happy stalking, guys! 

Sabtu, 05 Oktober 2013

Sesederhana Temu



Lagi rindu kumpul sama temen-temen sepergembelan jaman kampus pake banget dan ini gak pake bohong.

Terakhir ngumpul ya waktu buka puasa bareng, ngalor- ngidul wiskul ke Gubug Pasta sama ngepizza di Nanamia. Dan hari ini nambah satu lagi dari kita sudah berhasil merampungkan kuliahnya di Akademi (Militer) Akuntansi tercinta. Selamat HIPOOOO. Artinya, pencocokan jadwal ngumpul pun pasti tambah susah.

Waktu buat ketemu berasa tambah mahal sekarang. Hari Senin sampe Jumat pada sibuk, Sabtu- Minggu juga pada punya acara masing- masing, atau sekalinya nemu jadwal kosong eh dompet juga lagi pada kosong. 

Dan akhirnya semalem rindu terlampiaskan dengan jalan berdua doang sama Nanda, muter- muter nyari barang dan berlabuh ke wiskul. Keluar dari habis magrib dan makin malem ya obrolan udah makin berat. Ngomongin masalah kuliah, kerjaan ke depan, sampe ke doi masing- masing yang ternyata sifatnya mirip. Hal sederhana saat nemu waktu buat saling cerita begini yang sebenernya mahal buat di dapet.

Duh, beneran rindu untuk bisa tiap hari ngobrolin hal kecil bahkan tergakpenting sekalipun kayak jaman kuliah dulu. Temu rumpi tiap hari, ngantin bareng atau sekedar dadah-dadah heboh di lorong kampus. 

Memangnya, kalau semakin kita dewasa itu artinya semakin sedikit waktu untuk ngumpul sama temen- temen ya? Kok kita makin gak pinter membagi waktu sih? Masa kita kalah sama anak SD yang bisa bagi waktu buat sekolah, jam tidur siang, main sama temen, ngaji ke TPA, ngerjain PR, dan jam tidur malem dengan jadwal yang tertata rapih pfft.

Jadi, hal sesederhana temu disaat rindu itu beneran priceless ya? Iya. Dan aku mau belajar membagi waktu sama anak SD dulu deh, supaya pinter. Bye~

Jumat, 04 Oktober 2013

Random me part sekian



Pagi ini aku bahagia, tak lama kemudian bisa sedih sejadi- jadinya
Kala ini aku sangat mencintai, tapi seketika muncul rasa benci
Terkadang rasa rindu begitu menggebu, lalu mati-matian ingin melupakan
Atau disaat aku begitu berharap, bisa mendadak putus asa begitu saja

Perasaan ini bisa dengan mudah dibolak- balik oleh-Nya, kan?
Lalu, aku mencoba bergerak mengikuti tarikkan dan uluran yang penuh rahasia
Mengikuti ke arah mana nantinya akan dibawa, berusaha menikmati, mengikhlaskan diri, mencintai apa yang akan dijalani

Karena apa dan bagaimanapun itu nanti, pasti itulah yang terbaik dari sekedar rasa "ingin" yang manusiawi