N : Demi apa aku kesini bermodal kasian sama kamu doang dan gak tahu lagunya sama sekali mbel, ini konyol banget kan?
T : AKU CINTA
KAMU, MBEL!
Jam 18.00 aku dan Nanda udah standbye di Purnabudaya UGM untuk melihat perform Payung Teduh yang udah aku bayangin ramenya gak ketolongan. Imaginasiku terlalu tinggi nampakya sampai membayangkan terpikjak mas-mas kekar di pintu masuk, atau kena ketek saat jingkrak- jingkrak di area fertival.
Kita sampai di lokasi eh malah masih adem ayem, yang dateng masih bisa dihitung pakai jari tangan- kaki plus jari ayam jago tetangga. Iya, masih sepi.
Jam 18.00 aku dan Nanda udah standbye di Purnabudaya UGM untuk melihat perform Payung Teduh yang udah aku bayangin ramenya gak ketolongan. Imaginasiku terlalu tinggi nampakya sampai membayangkan terpikjak mas-mas kekar di pintu masuk, atau kena ketek saat jingkrak- jingkrak di area fertival.
Kita sampai di lokasi eh malah masih adem ayem, yang dateng masih bisa dihitung pakai jari tangan- kaki plus jari ayam jago tetangga. Iya, masih sepi.
N : Kok sepi ya?
T : Paling ngaret
mbel, udah yok cari tempat sekalian nunggu Mbak Fato.
Setelah kami bertiga lengkap, para gadis- gadis unyu nan lugu ini duduk manis menunggu acara di mulai. Bolak- balik aku melihat jam tangan, sudah jam 7 lebih dan akhirnya acara baru akan dimulai.
Diawali dengan band pembuka Summer in Vienna. Ini kali pertama aku tahu dan melihat mereka tampil, dan aku suka dengan musik mereka yang satu aliran dengan Mocca. Dari style personelnya juga lucu, semi jadul tapi asik.
Lanjut ke band selanjutnya, Plenthong Konslet. Band yang salah satu personelnya adalah Kak Abed, kakak kelas jaman SMA yang juga pemusik tari di ekskul yang aku pegang jaman sekolah. Band ini mengusung perpaduan musik modern dengan tradisional, ada gamelan dan gendang. Sempet speechless ngeliat mereka main. Konslet benerlah kerennya!
Kulihat sudah jam 8 lebih, duh setelah aku buka- buka twitter dan melihat timeline yang katanya Payung Teduh baru akan perform sekitar jam 9, aku mulai lesu. Bisa tua nunggunya -_-
Masih ada 1 band pembuka yaitu FSTVLST. Lagi- lagi aku tidak tahu dan cuma bisa plonga- plongo melihat fansnya teriak- teriak, joget- joget, terbang- terbang di area festival. Keren sih, tapi bukan genre musik yang aku suka.
Dan akhirnya, setelah lama cuma bengong melihat sekitar, it's time for Payung Teduh!!!
Penonton langsung merapat dan berdiri mendekati stage. Duh, aku ngga ngebayangin berdiri di area festival sampai acara selesai. Bisa pingsan di tempat.
"DUDUK..DUDUK..DUDUK!!" teriak penonton bagian belakang yang diikuti gerakan mundur satu persatu penonton lainnya. Ambil posisi, duduk njelepok, dan siap melihat pertunjukkan yang meneduhkan.
10 lagu yang mereka bawakan dan sepanjang itu pula aku merinding, sesekali mata agak basah saat Resah, Angin Pujaan Hujan dilantunkan. Biasanya hanya aku, headset dan kamar yang menikmati, kali ini satu gedung Purnabudaya menggemakan lagu- lagu itu dengan begitu syahdu. Aaaaah :')
Dua jam mereka berdendang tanpa jedah, terasa begitu singkat hingga aku sadar bahwa jalan menuju rumah masih panjang dan menyeramkan untuk pulang jam 11 malam. Walaupun tidak sempat melihat kolaborasi Payung Teduh dengan para band pembuka, dahagaku terpuaskan malam itu.
Sepanjang jalan pulang aku tetap berdendang sembari membayangkan Mas Comi yang berdansa dengan bassnya, dan personel lainnya yang tetap juara.

Terima kasih sudah meneduhkan Jogja malam itu :)
Setelah kami bertiga lengkap, para gadis- gadis unyu nan lugu ini duduk manis menunggu acara di mulai. Bolak- balik aku melihat jam tangan, sudah jam 7 lebih dan akhirnya acara baru akan dimulai.
Diawali dengan band pembuka Summer in Vienna. Ini kali pertama aku tahu dan melihat mereka tampil, dan aku suka dengan musik mereka yang satu aliran dengan Mocca. Dari style personelnya juga lucu, semi jadul tapi asik.
Lanjut ke band selanjutnya, Plenthong Konslet. Band yang salah satu personelnya adalah Kak Abed, kakak kelas jaman SMA yang juga pemusik tari di ekskul yang aku pegang jaman sekolah. Band ini mengusung perpaduan musik modern dengan tradisional, ada gamelan dan gendang. Sempet speechless ngeliat mereka main. Konslet benerlah kerennya!
Kulihat sudah jam 8 lebih, duh setelah aku buka- buka twitter dan melihat timeline yang katanya Payung Teduh baru akan perform sekitar jam 9, aku mulai lesu. Bisa tua nunggunya -_-
Masih ada 1 band pembuka yaitu FSTVLST. Lagi- lagi aku tidak tahu dan cuma bisa plonga- plongo melihat fansnya teriak- teriak, joget- joget, terbang- terbang di area festival. Keren sih, tapi bukan genre musik yang aku suka.
Dan akhirnya, setelah lama cuma bengong melihat sekitar, it's time for Payung Teduh!!!
Penonton langsung merapat dan berdiri mendekati stage. Duh, aku ngga ngebayangin berdiri di area festival sampai acara selesai. Bisa pingsan di tempat.
"DUDUK..DUDUK..DUDUK!!" teriak penonton bagian belakang yang diikuti gerakan mundur satu persatu penonton lainnya. Ambil posisi, duduk njelepok, dan siap melihat pertunjukkan yang meneduhkan.
10 lagu yang mereka bawakan dan sepanjang itu pula aku merinding, sesekali mata agak basah saat Resah, Angin Pujaan Hujan dilantunkan. Biasanya hanya aku, headset dan kamar yang menikmati, kali ini satu gedung Purnabudaya menggemakan lagu- lagu itu dengan begitu syahdu. Aaaaah :')
Dua jam mereka berdendang tanpa jedah, terasa begitu singkat hingga aku sadar bahwa jalan menuju rumah masih panjang dan menyeramkan untuk pulang jam 11 malam. Walaupun tidak sempat melihat kolaborasi Payung Teduh dengan para band pembuka, dahagaku terpuaskan malam itu.
Sepanjang jalan pulang aku tetap berdendang sembari membayangkan Mas Comi yang berdansa dengan bassnya, dan personel lainnya yang tetap juara.


Terima kasih sudah meneduhkan Jogja malam itu :)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar