Jumat, 08 Februari 2013

Iyein aja deeeh

Konsisten memang susah. Mungkin bicara memang lebih gampang daripada melakoninya. Dan saat ini aku memang lagi belajar ekstra sama si konsistensi ini. Lagi sedikit diuji juga. Dan semoga tetap konsisten :)

Ceritanya, sebagai jobseeker yang tiap hari hobinya bacain koran tapi khusus dihalaman iklan dan loker atau rajin internetan cuma buat searching lowongan kerja, belakangan selalu timbul keraguan untuk mencoba. Ya, beberapa waktu lalu sudah merasakan bagaimana yang namanya interview kerja dan mendapatkan pertanyaan yang cukup mengagetkan.

Sebelumnya sih belum pernah kepikiran buat merasakan diberi pertanyaan yang principal semacam ini. Aku berfikir dijaman saat ini hal ini gak bakal jadi pertimbangan suatu perusahaan dalam merekrut karyawan. Tapi ternyata salah.

Aku adalah seorang muslim yang sedang belajar sebagaimana yang dianjurkan agama dalam menutup aurat. Sudah hampir 2tahunan ini upaya belajar itu aku lakoni dan hasilnya ya masih cacat disana sini. Mungkin belum bisa 100% menjalankannya, ya contoh kecilnya saja saat dirumah ya belum bisa jilbaban. Atau kalo ada tamu kerumah ya tetep alakadarnya tanpa penutup kepala. Gak muna juga sih apa yang aku jalani masih jauh dari sempurna. Tapi aku berupaya konsisten saat berpergian keluar rumah, ke kampus atau main pasti.

Nah beberapa minggu lalu saat mengikuti interview sebuah perusahaan, aku mengalami yang namanya penolakan. Begini pahitnya ya ternyata? Tapi ntah kenapa, dibalik penolakan itu malah tidak ada rasa kecewa yang kebangetan, ya paling cuma gumun  yang berlebihan (yo podo wae dab)

Dari awal datang ditempat interview, mental udah sedikit turun, peminatnya memang cukup banyak, sekitar 50an orang. Dan pengguna jilbab hanya sekitar 5 orang. Kualifikasi dari perusahaan tersebut sih sebenarnya cukup membuatku percaya diri, karena  menargetkan postur tinggi badan (ceritanya mau sombong) hehe. Lumayan lama nunggu, sekitar 2jaman, nah tibanya waktu aku yang interview, asli gugupnya udah gak ada. Kerasanya santai, tenang dan lancar. Sampai akhirnya si interviewer menanyakan kesanggupan aku jika melepaskan jilbab saat bekerja. Sontak aku cukup kaget dan bingung harus jawab apa, disatu sisi pekerjaan ini cukup menjanjikan, sedangkan disisi lain aku sudah terlebih dahulu membuat janji pada Si Bos Besar. Aku terdiam sesaat, berpositif thinking kalau bapaknya ini sedang menguji loyalitasku. Dengan santai aku menjawa “ya, kalau bisa sih tetap dipake pak hehe”. Dan si bapak tersenyum lalu melanjutkan pertanyaan selanjutnya.

Sedikit lega juga melihat mimik muka si bapak yang nampaknya puas dengan jawabanku. Setelah beberapa pertanyaan lewat, bapak interviewer ini menyanyakan hal yang sama lagi dengan lebih tegas dan sembari menjelaskan.
“jadi gimana mbak bersedia gak jika saat bekerja nanti jilbabnya dilepas, karyawan kita yang lain yang menggunakan jilbab juga gitu kok. Pergi dari rumah mengenakan jilbab, setelah sampai kantor dicopot, pas pulang dipake lagi nanti, gimana mbak? Habisnya sejauh ini kita gak punya karyawan yang menggunakan jilbab mbak”

Toeng! Ini bapak niat banget ngasih penjelasan, dan kontan aku menjawab “ haduh, saya sih gak bisa, maaf ya pak” Zzzz aku berasa hebat banget bisa ngomong begini! Berasa menjadi superhero buat diri sendiri. Rasa takut buat ngomong GAK bisa dilawan, dan setelah dipikir- pikir jawaban ini menurutku terkesan gak butuh kerjaan. Padahal? Ngebet bangeeet.

Dan setelah selesai interview dengan hati yang 80% pesimis aku keluar ruangan dan menemui beberapa teman yang berjilbab lainnya. Dan 2 diantara mereka juga ditanyakan hal yang sama.
Dari sini tadi aku berfikir, apa iya jilbab menjadi penghalang kita dalam mendapatkan pekerjaan? Memangnya ada yang salah? Mengganggu? Atau apa sih? Sejujurnya belum bisa terima alasan yang masuk akal tentang ini. Setelah dari interview itu pun aku langsung searching di google dengan maksud mencari cerita tentang orang- orang yang mengalami nasib serupa, dan ternyata banyak. 

Well, diotak udah makin banyak tanda tanya. Kenapa siiiiih? Merasa terdiskriminasi? Jujur iya! Toh ruginya buat perusahaan apa? Dari pencitraannya? Atau apa? Ntah lah ya, yang pasti sampai saat ini jadi ada aja pikiran dan tanda tanya tiap mau masukin lamaran, “ini nanti perusahaannya nyari yang gak jilbaban gak ya” hahaha absurd!

Mungkin ini cara Allah menguji kesungguhan aku dalam belajar, memberikan pilihan sulit yang bisa saja menjadikan aku kearah yang lebih baik atau buruk. Menunjukan kemana langkah yang sebaiknya aku pilih, atau membantu aku mencapai dan mengerti arti konsistensi yang sebenarnya. Ya insyallah mulai belajar lebih baik soal ini.

Aku percaya bahwa rejeki, jodoh dan kematian sudah diatur oleh Si Pemilik Alam, dan jika memang bukan saat ini, ditempat ini, pasti ada jalan lain yang memang sudah disiapkan khusus buat aku, dan pasti itu yang terbaik. Iya kan? Iyein aja deeeeh :D

4 komentar :

  1. cieee..
    wise sekali dirimuu.. semoga selalu istiqomah yee :p .

    oh yaa.. nice to know, oriflame boleh loh jilbab-pan... (Krrrr :P)

    BalasHapus
  2. @bela : amin doain ajo yoo thanks bel hehe embel2nyo tetep prospek yooo :D

    @isti : sama2 semangat! yeey

    BalasHapus
  3. Woow! Keren-keren nek ini. Gud job! Gak semua perempuan yg berjilbab punya konsistensi kyak gini. Semoga barokah semuanya dan kerjaan yg sekarang jg bs bikin km punya pengalaman yaa sis. :)

    BalasHapus