Minggu, 17 Februari 2013

Pembelokkan Hati (Part 1)


Cinta tak pernah salah. Tak kenal siapa, kapan dan dimana kita dipertemukan, menjadi paduan indah berbalut bahagia. Tak tahu alasan apa dan kenapa pada suatu rasa yang bak anugrah Sang Pencipta. Indah.
“Lihat langit itu, Cil” kataku sembari menunjuk gerombolan awan yang membentuk kepala beruang pagi ini ditempat favorit aku dan Cicil, sahabatku.
“Yang mana sih, Key?” Cicil menolehkan kepala dan mengitari pandangannya ke langit biru itu.
Ya, aku biasa menghabiskan akhir pekanku dengannya. Kadang berkeliling mencari tempat baru yang mempesona, jogging mengitari stadion kota sambil mencuci mata, atau sekedar berbaring di loteng gedung ini. Di gedung kampus kami dulu, tempat yang tenang dan belum banyak orang yang tahu.
“Kamu percaya takdir gak, Cil?”
“Percaya! Setiap jalan hidup manusia itu sudah diatur,Key. Ya itu yang namanya takdir”
“Lalu, apakah semua orang akan bertemu dengan pasangan sejatinya? Dan bagaimana dengan aku yang bego ini, Cil? Apa penantianku untuk dia selama ini akan berakhir sia- sia atau berakhir bahagia?”
Cicil mendekap aku yang mulai terisak, sesak rasanya. Ingatanku kembali berputar ke 3 tahun silam. Saat aku pertama kali bertemu dengannya, sosok pria yang sampai saat ini masih aku tunggu, dan tak tahu sampai batas mana.
=0=

Siang itu, aku duduk dipelataran kantin bersama Cicil dan beberapa teman kampus. Tanpa sengaja mataku bertemu pada sepasang mata lain yang begitu hangat. Dia tersenyum dan menganggukkan sedikit kepalanya sembari berlalu menuju kelas. Dia santun, manis, dan menggetarkan.
Aku terdiam sesaat hingga lamunanku menyadarkan hilangnya aku dalam gerombolan tawa teman- temanku.
“Key, kamu kesambet hah? Daritadi kita ketawa- tawa kamunya mah diem aja, bengong gitu” sambar Cicil mengganggu lamunanku.
“Hm eng..engga papa kok hahaha sori yaa”
=0=

Satu semester ini sudah berapa puluh kali aku memanjakan mataku bertemu dengan mata yang hangat itu. Aku membiarkan perkenalan ini berlangsung lama tanpa pernah berucap kata. Hatiku sudah cukup bahagia tiap kali pertemuan mata itu singgah sesaat, walau beberapa detik saja.
Aku mengagumi dalam diam. Suaraku tak bervolume setiap nafasmu teraba oleh pendengaranku. Dari kejauhan kamu sudah begitu indah, lebih dari cukup. Maka izinkan aku tetap begini, sebagai pengamat setiamu, mengagumi kehangatan yang Tuhan beri, dimatamu.
=0=

Suatu hari, aku tak sengaja menjatuhkan dompetku di pintu perpustakaan dan saat aku kembali, sosok lelaki bertubuh tinggi, putih, dengan alis tebalnya sedang memegang benda itu sambil tersenyum. Begitu manis.
“Ini punya kamu? Lain kali jangan teledor gitu kenapa” ujarnya sambil memberikan dompetku.
Aku yang hanya diam tak cukup kuat melontarkan kata- kata terima kasih atau sebagainya. Ini pertama kalinya selama satu semester aku mendengar suara pemilik mata hangat itu! Ooh damn, I love it!
Punggungnya perlahan menjauh dan lamunanku menghilang.
“Mas! Makasih ya!” teriakku pada sosok yang menjauh itu.
=0=

Sejak kejadian di pintu perpustakaan itu, malamku menjadi sedikit rumit dari malam biasanya. Pikiranku berkeliaran entah kemana hingga aku sendiri bingung dengan yang aku rasa. Yang aku tahu, mata itu bukan hanya hangat, tapi juga suara itu, sedikit berat namun menenangkan.
=0=

“Hai Key, sini aku bantu” suara yang tak asing itu terdengar persis di telinga kananku.
“Lain kali kalo parkir itu yang bener, hobinya kok ngawur
“Iya mas, aku tadi buru- buru hehe”
“Key, kamu mau langsung pulang nih?”
“Iya”
“Temenin aku ke toko buku depan bisa kan?”
“Anjirrrr! Mimpi apa aku semalem Tuhan…….. “  gumamku dalam hati.
“Baiklah bos! Sebagai rasa terima kasih yang ntah keberapa kalinya, permintaan anda saya kabulkan hehe” tawaku langsung sumringah diikuti jempol tangannya yang keluar.
=0=

Rasa nyaman akan membuatmu begitu saja menuangkan cerita pada seseorang yang bahkan belum pernah kamu kenal sebelumnya. Bibirmu tak bisa terkatup, terus saja mencuap- cuapkan segala jenis bahan cerita dan tertawaan hingga kamu lupa bahwa kamu belum mengetahui, namanya.
“Mas, sori nih bukannya sombong atau gak sopan atau apa ya. Satu pertanyaan penting yang mau aku ajukan buat mas. Boleh?”
“Oke boleh, apa?”
“Boleh tahu namanya siapa gak mas? Hahahahha” aku tertawa hingga seluruh badankku terguncang.
Bego! Kalo mau kenalan gak gini juga caranya dek hahaha Namaku Andre. Aku aslinya Jakarta. Aslinya sih anak mama, tapi semenjak mamaku meninggal 2 tahun lalu, aku jadi anak kosan di Jogja ini dan kalau pulang sih ya aku tinggal bertiga doang sama Papa dan adik laki- lakiku. Gimana? Kurang lengkap? Jangan aja kamu tanya aku angkatan berapa loh ya, malu aku hahaha”
“Iya aku tahu kok, mas angkatan tua kan? Hahaha”
Sejak perkenalan itu aku tahu, bahwa Andre adalah sosok yang menyenangkan, mandiri, dan penyayang. Ya nampak dewasa dan menenangkan. Dia adalah seniorku dikampus, perbedaan usia kita sekitar 2 tahun. Dan entah kenapa aku merasa telah mengenal Andre begitu lama, begitu dekat.
=0=

Sejak saat itu, kampus menjadi lebih mengasyikkan bagiku. Aku, Andre, kantin kampus, hujan dan segelas cappuccino hangat menemani obrolan kami sore itu, manis. Semanis itu juga rasa yang Andre titipkan di organ hatiku. Lagi- lagi semesta keren dengan keajaiban rasanya ya?
=0=

“Mas Andre! Mas!” aku memanggilnya sembari berlari kecil.
“Eh Keyla, kenapa?”
“Ayuk mas temenin aku yuk nyari bahan buat laporannya Pak Syueb nih besok dikumpulin, atau mas Andre punya bahannya mungkin?”
“Yah gak punya nih sori yah, lagian aku hari ini ada keperluan, Key. Jadi gak bisa nemenin kamu”
Sorot mataku tiba-tiba terlihat redup. Dan pintarnya dia langsung mengetahui itu.
“Tapi besok aku punya rencana keluar, ke suatu tempat. Mau ikut?” saut Andre merubah moodku dua kali lipat jadi lebih baik.
Is it dating huh?” gumamku sambil mengangkat kedua jempol tangan dan berlari.
“Jemput aku dirumah jam 4 sore besok dan awas aja kalo telat ya mas! Daaaah”
Terima kasih semesta yang keren! Senyumku tak hilang hingga esok harinya tiba.
=0=

“Kemana kita? Aku saltum gak sih ini, mas?”
“Udah gak papa, jeans dan kaos cukup. Yuk!” dia mengegas motornya dengan kencang dan membawaku ke dunia yang begitu aku sukai. Dunia imajinasiku yang sedang dibawa berkuda oleh seorang pangeran tampan. Aaaaaah.
“Sudah sampai, tuan putri” ujarnya menghapus lamunanku.
“Kebun binatang? Serius ini mas? Mau ngapain?” balasku ragu.
“Serius lah, ngapainnya? Lihat aja nanti. Yuk!” dia menarik pergelangan tanganku pelan. Deg! Aku mau mati!
=0=

Jika tiap lelaki yang pernah mengajakku dating selalu mengajakku ke tempat- tempat romantis atau candle light dinner-an. Maka Andre adalah orang pertama yang membuatku terkesan. Tempat ini tidak terlalu buruk ternyata. Banyak hal- hal menarik di dalamnya dan membuat ini sungguh berkesan. Mengitari tempat ini berjam-jam sembari memberi makan hewan- hewan lucu nan menggemaskan. Duduk- duduk dibawah pohon sembari melontarkan candaan garing. Yah, dia berhasil meninggalkan kesan yang….mendalam.
“Kamu ngerasa aneh gak kita ngedate disini, Key?”
What? He said it’s a date? Huahahhaa. Hm gak lah mas, malah aku seneeeeng banget. Seumur- umur orang ngedate di kebon binatang ya baru mas ini, aneh iiih”
“Hahaha tapi suka kan, Key?” dia memicingkan matanya.
Ya, aku paling tidak bisa menipu diriku yang begitu lemah jika menatap mata hangatnya itu, dia mengingatku pada papa. Ya, sehangat papa. Setua itukah sosoknya? Hahahaha

Bersambung...

Tidak ada komentar :

Posting Komentar