Sebulan sejak dating kita di kebun binatang itu. Andre
sudah tak pernah kulihat lagi sosoknya dikampus. Setiap hari kulewati kelas-kelas
yang sering dia tempati. Perpustakaan pun tak lepas dari perintaianku sebulan
ini. Namun Andre tak juga terlihat. Kemana dia?
“Cil, Andre kok gak ada ya? Kok
dia ngilang gitu aja ya Cil? Apa dia sakit? Hapenya dihubungin juga gak bisa”
eluhku pada Cicil.
“Ya mungkin dia lagi ada urusan”
“Tapi ini udah sebulan dia gak
masuk, Cil”
“Hm atau dia cuti kuliah kali, Key”
“Cuti? Kok dia gak cerita ke aku
sih?”
“Kamu
siapanya coba kan? Yaudah tanya ke bagian kemahasiswaan aja” saran Cicil.
=0=
Setelah aku
cari tahu, Andre memang mengajukan cuti selama satu semester kedepan. Alasan
dia ke kampus sih mau kerja. Tapi satu hal yang membuat aku marah, kenapa harus
dalam waktu sesingkat ini dan setiba- tiba ini tanpa babibu lagi!
=0=
Satu semester berlalu, dua
semester pun juga sudah lewat, Andre belum juga terlihat dikampus. Aku masih
selalu mencari informasi tentangnya. Perasaanku mengatakan, Andre baik- baik
saja disuatu tempat, tapi alasan dia menghilang secara tiba- tiba ini yang aku
tak tahu. Aku khawatir. Aku mulai memberanikan diri bertanya kepada teman satu kelasnya,
menanyakan alamat kosannya, mendatangi kosan dan bertanya ke ibu kostnya pun
sudah. Tapi tetap nihil. Aku lelah. Sudah setahun aku begini. Aku tak tahu
bagaimana mendeskripsikan kekecewaanku pada Andre. Sakit.
Jika memang kamu dan aku dipertemukan hanya
untuk saling melupakan, aku lebih memilih tak pernah ada pertemuan. Menghapus
sebuah nama dari memori otakku sudah aku coba perlahan dan menggantinya dengan
nama-nama baru pun sudah pernah aku lakukan. Tapi organ tubuhku lainnya menolak
menghapus, Ndre. Organ ini kekeh mempertahankanmu tetap terkunci baik disana,
dihati.
=0=
“Selamat sayang akhirnya Graduation kita hari ini! Selamat buat
kesuksesan kita dan semoga kedepannya kita tambah sukses dan terus saling
dukung yaaa” Cicil mengangkat gelasnya dan mendekatkannya ke gelasku.
“Cheeeers”
Hari itu
adalah hari kelulusan aku dan Cicil. Sudah jalan 2 tahun-an sejak kekecewaanku
terhadap seseorang dimasa itu. Ya Andre tetap belum berkabar.
=0=
Pagi itu
aku sibuk dengan persiapan hari pertama ngantorku sebagai akuntan disalah satu
perusahaan Desaign Lighting. Rasanya
bahagia dan tidak percaya secepat ini waktu membawaku menuju proses hidup di
fase yang satu ini. Fase kedewasaan, dimana menjadi orang dewasa adalah scene
drama terberat dalam hidup.
=0=
Perjalanan
karirku selama satu tahun belakangan bisa dikatakan cukup lancar, ya sesuai targetku.
Disela- sela pekerjaanku, aku tak pernah lupa tetap menjaga hubungan
persahabatan dengan Cicil yang saat ini sudah menikah dengan teman lamanya, Bryan.
Dan setiap akhir pekan adalah hari wajib bagi kami untuk menghabiskan waktu
berdua. Dan Bryan tidak boleh protes!
=0=
Isakanku makin menjadi- jadi saat
Cicil menyebut nama itu lagi, rasanya tersayat hingga sakitnya tambah dalam. Ya,
sakit.
“Andre pasti udah punya kehidupan
lain disana, Key. Udah deh kamunya juga harus move on. 3 tahun bukan waktu yang singkat buat menunggu sesuatu
yang gak pasti kayak gini Key. Aku gak mau ngeliat kamu sedih terus- terusan,
menanti kepastian yang kamu sendiri gak yakin kan? Udah lah Key, diluar sana
banyak yang lebih dari Andre, yang bisa nerima kamu apa adanya, yang bisa
menghargai kamu sebagai wanita, dan yang mau menjaga hatinya selalu buat kamu.
Bukan Andre.”
Tangisku tambah meledak, nafasku
tersengal- sengal menahan sesak. Aku kehabisan akal dengan apa yang aku
lakukan. 3 tahun menunggu kabar dari Andre, yang notabene bukan siapa- siapa.
Tapi keyakinan di hati yang selalu mengusik dan menguatkanku untuk selalu dan
tetap menunggu. Keyakinan itu mengatakan bahwa Andre pasti kembali, untukku.
“Aku
capek, Cil. Aku capeeek. Aku marah sama Andre. Kenapa dia meninggalkan perasaan
yang begitu besar ini di aku? Aku gak suka perasaan ini cuma tersimpan gini aja
tanpa Andre tahu. Aku butuh dia tahu apa yang aku rasain, Cil. Aku butuh dia
ada disini, aku butuh penjelasan. Aku butuh itu semua, Cil.” Suaraku sudah tak
karuan, terdengar sengau.
=0=
Pagi ini aku mendapatkan seikat
bunga cantik diatas meja kerjaku. Ada secarik kertas wangi bertengger pula
disana.
Aku selalu melihatmu, mengawasimu, dari dulu hingga saat ini. -A-
“A? Andre?”
sontak aku kaget.
Bersambung...
Tidak ada komentar :
Posting Komentar