Wahai Tuan yang nantinya
akan banyak mendengar celoteh tak pentingku, beruntunglah kamu karena telah
menemukan aku yang sesungguhnya.
Aku yang menceritakan
hal sesepele mendapatkan baju diskonan, hingga anak ayam di pinggir jalan. Menceritakan
kebodohanku kemarin hingga impianku esok hari. Menceritakan dengan penuh
semangat tentang duniaku, tentang apa saja yang terlintas tanpa ingat bahwa aku
telah mengulangnya.
Sebuah cerita akan
menjadi penting saat kita membaginya pada orang yang penting pula, bukan? Itu artinya,
pundakmu sudah kutaruh sebuah kepercayaan besar.
Kepada kamu, Tuan
yang dengan senang hati menjadi “telingaku” nantinya, tenang saja aku pun akan
menimpali celotehanmu dengan antusias. Memicingkan mata dan tersenyum mengejek
saat omonganmu mulai tak masuk akal. Mendengarkan penuh kidmat seraya terkagum
dengan cara berpikirmu. Menjadi terlihat bodoh saat kamu yang berapi- api bercerita
tentang ilmu yang kamu kuasai. Tertawa terbahak saat lelucon garingmu mulai
mengisi obrolan. Dan tentu saja menjadi tempat kamu berkeluh saat letihmu mulai
menggunung.
Berbicara dengan yang tidak tertarik pada kita secara pribadi terkadang menjadikan mulut enggan berucap, terkunci rapat, dan malas untuk berbagi. Karena diam bukanlah disebabkan habisnya bahan obrolan, melainkan lelah
untuk tidak dihiraukan.
Maka Tuan yang baik hati, terima kasih jika nantinya berkenan hadir dan lekas persiapkanlah telinga itu untuk segala ketidakpentingan ini, ya?
Kantor, menuju jam makan siang
Uhuuuk.. asik euy, yang udah nemuin si tuan pendengar :D
BalasHapus