Kamis, 20 Maret 2014

Pelupa

Menjadi pelupa itu menyebalkan, tapi kadang juga menyenangkan. Menyebalkannya adalah suka merasa berdosa kalau tiba- tiba ketemu temen lama, dia senyum terus nyapa bahkan nyamperin, tapi kita dengan bodohnya lupa itu siapa. Kadang inget sama mukanya doang, sedangkan namanya? Allahualam. Alhasil, bermodal senyum dan cuma nyapa “hai, kamu…

Selain nggak enakan sama mereka yang kadang “terlupakan”, menjadi pelupa itu juga menyebalkan buat diri sendiri. Untuk urusan menghapal jalan, contohnya. Khususnya untuk rute jalan yang baru 1-2 kali dilewati dengan selang waktu yang lama, dijamin nyasar dan bingung deh nyari jalan pulang. Bisa muter- muter ditempat yang sama sampai berkali- kali, sampai akhirnya mencoba semua kemungkinan untuk bisa pulang.

Selain itu, ada hal lain yang menyebalkan dari pelupa, yaitu suka lupa dengan list belanjaan. Misalnya dititipin buat beli A, B, C, D tanpa dicatat karena sebelumnya sudah yakin bakalan inget, eh ujung-ujungnya nanti yang dibawa pulang malah A, B, D, F, ditambah G. Udah diluar budget, eh barang yang dibutuhin malah nggak ada.

Belum lagi saat lupa meletakkan sesuatu. Kadang suka teledor sama kunci motorlah, duitlah, handphone dan hal remeh- temeh lainnya. Untung kepala nggak bisa dibongkar pasang, kalau bisa mah horor banget, kan?

Lalu, menyenangkannya apa? Ternyata ada sisi positif dari pelupa, yaitu suka lupa kalau lagi marah sama orang. Misalnya, aku lagi sebel banget sama si A, awal marahan aku pasti jutek abis- abisan, niat selama- lamaan diem. Tapi beberapa waktu kemudian, saat aku butuh si A, atau si A butuh aku dan kita tanpa sadar ngobrol, yaudah aku lupa kalau tadinya lagi sebel berat sama dia. Terus jadi biasa lagi dan akhirnya ya batal marahan deh.

Jadi ya alhamdulillah belum pernah ada musuh selama 20 tahun ini dan rasanya itu seneng banget punya hidup yang tenang, damai dan nggak punya musuh. Mau? Makanya jadi pelupa! Hahaha

Tidak ada komentar :

Posting Komentar