Rabu, 08 Januari 2014

Profesi Sampingan: Pengamat

Menjadi pengamat itu mengasyikan. Bukan pengamat yang sering kita lihat di tivi- tivi. Bukan orang yang meneliti dan memiliki kemampuan serta kredibilitas yang tinggi dari segi keilmuan. Tapi hanya mengamati lingkungan dan orang- orang sekitar.

Apa kita punya hobi yang sama? Suka memperhatikan orang-orang dan lingkungan sekitar. Berdiam sejenak hanya untuk memperhatikan apa yang mereka kerjakan, bagaimana raut wajahnya, pakaiannya, gestur tubuhnya, dan detail lain dari mereka yang sama sekali tidak pernah kita kenal sebelumnya.

Saat di lampu merah misalnya, aku seringkali memperhatikan mereka yang berada didepan, kanan, kiri atau melalui spion untuk melihat kebelakang hanya untuk mengamati. Kadang ada sepasang muda-mudi yang cekikikan bercerita di atas motor, lucu. Ada bapak- bapak dengan beban cukup berat di bangku belakang motornya menatap lamat- lamat detik lampu lalu lintas diatas sana, letih. Ada juga mbak- mbak berpakaian rapi dengan sepatu mengkilatnya. Bahkan sampai ibu- ibu yang duduk di ujung sana, memegang wadah dengan memasang tampang memelas.

Belum lagi saat makan di warung pinggir jalan, tiba- tiba datang pengamen yang kicik- kicik memainkan tutup botolnya atau gitar tuanya. Bukan hanya suaranya yang menarik perhatian, tapi tampilan dan raut wajahnya pun seringkali aku perhatikan, ada pengharapan disana. Atau anak- anak sekolah yang berjalan kaki di pinggir jalan sembari guyon santai bersama temannya. Juga mbah- mbah dengan beban di punggungnya, tertunduk- tunduk berjalan lambat di jalan perkampungan. Hah, Tuhan memberikan scene luar biasa setiap harinya.

Kalau kita mau sedikit saja meluangkan waktu untuk mengamati, banyak pelajaran yang sebenarnya bisa kita ambil dari sekitar. Rasa syukur yang mungkin selama ini seringkali absen, bisa muncul tiba- tiba sesaat setelah melihat potret hidup orang lain. Ternyata banyak diluar sana yang hidupnya jauh di bawah kita, pun yang lebih diatas kita. Lalu, mau menyombongkan apa? Atau mau terus mengeluhkan hal- hal sepele dalam hidup? Malu.

Hidup adalah proses belajar tanpa henti. Dan proses belajar tidak hanya diberikan di bangku sekolah. Tanpa disadari, setiap hari pun akan ada “guru” yang datang pada kita. Tinggal bagaimana kita mau membuka mata dan hati untuk mengambil “pelajaran” cuma-cuma yang disiapkan Tuhan setiap harinya.

1 komentar :

  1. yuhhuuuuuu, sangat setuju dengan kalimat ini "Kalau kita mau sedikit saja meluangkan waktu untuk mengamati, banyak pelajaran yang sebenarnya bisa kita ambil dari sekitar. Rasa syukur yang mungkin selama ini seringkali absen, bisa muncul tiba- tiba sesaat setelah melihat potret hidup orang lain. Ternyata banyak diluar sana yang hidupnya jauh di bawah kita, pun yang lebih diatas kita. Lalu, mau menyombongkan apa? Atau mau terus mengeluhkan hal- hal sepele dalam hidup? Malu." selain itu, mengamati juga bisa membunuh waktu di kala kita menunggu.

    BalasHapus