Berulangkali kita mencoba terlihat tidak apa- apa, tapi
mereka tetap menatap iba. Hih, menyebalkan ternyata. Menjadi pemeran yang
nyatanya baik- baik saja tapi malah dikira menyedihkan. Lagi- lagi, kita bisa
apa? Terlalu banyak mulut dan pandangan yang ikut menyimpulkan tanpa mau
mengulik lebih dalam.
Kita lagi- lagi hanya bisa tertawa melihat cibiran. Tanpa
berniat mengkonfirmasi. Buat apa? Itu yang kamu bilang. Toh yang merasakan
bahagia atau luka itu kita, bukan mereka. Toh yang selalu ada itu kita, bukan
mereka. Lebih baik hidup pada apa yang kita rasa benar, menemukan kenyamanan
pada apa yang kita anggap baik. Ketimbang bergerak kaku dan hati- hati hanya
agar terlihat apik.
Bukan waktu yang sebentar untukku memahami hingga sedalam
ini. Jadi, agak terasa sulit saat apa yang benar- benar aku pahami dipandang salah. Rasanya ingin berlari dan menghampiri, lalu menjelaskan sedetail- detailnya bahwa saat aku berkata baik- baik saja, itu adalah nyata.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar