Bisa dibilang aku adalah kandidat kakak ter-insecure abad ini. Punya Adik perempuan
satu- satunya, dan aku bagaikan emak- emak yang takut anak gadisnya kenapa- napa. Suka mengatur, padahal sendirinya tidak suka diatur. Maunya didengarkan,
tapi untuk mendengarkan orang lain banyak pertimbangan. Yap, that's me.
Adik perempuanku ini sudah berusia 16 tahun, belum dewasa memang namun bukan berarti anak kecil juga, kan? Dia yang sudah mempunyai SIM motor diusianya, membuat aku
sering mengomel layaknya tante-tante nyinyir saat jam mainnya mulai ngawur
(karena dulu diusia segitu aku belum bisa naik motor, well).
Sama halnya sewaktu aku mendapat kabar bahwa dia nekat liburan sendiri dari
Bengkulu- Yogya akhir tahun ini. Yap, jangankan naik pesawat sendirian keluar
pulau, naik angkot ke sekolah saja kayaknya belum bener (menurutku). Tapi lagi- lagi si
nyonya besar mengijinkan, ya beliau memang lebih tahu kapan anak gadisnya mampu
melakukan perjalanan jauh. Jadi mau tidak mau aku menyetujui, walaupun
tetap dengan embel- embel nyinyiran ini-itu sebelum keberangkatannya.
“Nanti jangan bawa barang banyak- banyak”
“Kalau bingung nanti nanya, tapi jangan gampang percayaan sama orang”
“Cari temennya yang ibu- ibu aja”
“Batere HP dicek terus nanti, jangan sampai lowbat”
Ini baru adik lho, gimana ceritanya nanti kalau punya anak sendiri? Ngga
ngebayangin betapa bete-nya anakku sama emaknya yang satu ini. Mungkin sedikit
berlebihan, tapi bentuk sayang yang saat ini bisa aku kasih ya begini ini. Semoga
ke-insecure-an ini bisa terkontrol sebagaimana mestinya (halah) dan semoga adik
perempuanku itu tidak ikut nyinyirin tingkah kakak perempuannya ini bersama
Mama dan Mas dirumah. Semoga.
Mari pulang! (ceritanya ini jam pulang kantor)
Hihihihihi... Mungkin kalau punya anak sudah bisa sedikit belajar letting go, Mbak... ^^
BalasHapushihihi iya nih kayaknya mbak, otomatis kali ya :))
Hapus