Jumat, 13 September 2013

Jerapah


Kenapa jerapah? Nggak tahu juga kenapa, pengen aja membahas hewan yang satu ini. Bukan karena aku berbadan tinggi juga loh, makanya memilih jerapah. Apasih wik.
 
Bisa dibilang jerapah termasuk hewan yang berkelompok dan sangat menjaga habitatnya. Jam tidur mereka tidak lebih dari 2 jam sehari dan sifat insecure mereka termasuk tinggi. Saling protect teman satu dan yang lainnya sehingga bisa dibilang mereka adalah hewan yang setia kawan. Prok prok prok.

Nah, di postingan sebelumnya aku pernah bilang kalau jerapah menggambarkan sifat manusia dari segi bersosialisasinya kan? Iya, katanya sih begitu. Mengutip omongan Kerryn Carter, ketua tim peneliti dari School of Biological Sciences, “Jerapah menunjukkan sistem sosial seperti manusia, di mana masing-masing individu jerapah secara sementara menjalin hubungan dengan yang lain sehingga jumlah dan identitas dari setiap individu di dalam kelompok terus berubah”. Manggut-manggut.

Selain manusia yang merupakan makhluk sosial, ternyata ada jerapah yang juga sama butuh bersosialisasi. Tapi menurutku, mereka nggak bakal sampai membentuk perkumpulan tante- tante jerapah sosialita dengan arisan berlian atau arisan brondong kan ya? INI KENAPA NGGAK FOKUS.

Oke, kembali ke topik. Jadi, masih menurut Carter, jerapah betina memang lebih pilah- pilih dalam berteman. Mereka lebih memilih berkelompok dengan betina tertentu dan menghindari kelompok betina yang lain. Kemungkinan ada hubungannya dengan usia dan status reproduksi mereka. 

Nah loh, persis manusia kebanyakan banget kan ya? Anak perempuan yang gahul abiz (dibaca dengan nada kekinian) ya bertemannya dengan yang selevel, pun sebaliknya dengan kaum cupu. Jadi, pengkotak- kotakan seperti itu bukan hanya di kalangan manusia saja, jerapah pun juga. Plis, ini bukan sinetron wik.

Ada hal unik lain dari jerapah yang sempat aku baca disebuah artikel. Pada saat melahirkan bayinya, si ibu jerapah yang notabene memiliki tinggi kurang lebih 6 meter ini tidaklah bisa berbaring sehingga posisi bayi saat ingin dilahirkan agak ekstrim, yaitu “terjun bebas” dari ketinggian sekitar 1 meter. What? Apakah mereka menyediakan matras untuk pendaratan yang sempurna bagi bayi mungil itu?

Beruntunglah kita dilahirkan sebagai manusia dan tidak harus merasa tersiksa sejak lahir karena harus menyiapkan mental beserta jantung yang kuat untuk menjalani proses kelahiran yang ekstrim hahaha 

Well, masih banyak sebenarnya yang mau aku bahas tentang jerapah. Tapi apadaya mata udah sepet karena dari pagi menatap mesra layar PC. Daaaah.

2 komentar :

  1. "Ada hal unik lain dari jerapah yang sempat aku baca disebuah artikel. Pada saat melahirkan bayinya, si ibu gajah yang notabene..."

    butuh pegangan nih kayanya biar fokus :p

    BalasHapus
  2. Duh iya, kok bisa- bisanya jerapah lahir dari rahim gajah ya? Otak sama jari gak singkronnya parah, isti. Lol

    BalasHapus