Kenapa jerapah? Nggak tahu juga kenapa, pengen aja membahas hewan yang satu ini. Bukan karena aku berbadan tinggi juga loh, makanya memilih jerapah. Apasih wik.
Bisa dibilang
jerapah termasuk hewan yang berkelompok dan sangat menjaga habitatnya. Jam tidur
mereka tidak lebih dari 2 jam sehari dan sifat insecure
mereka termasuk tinggi. Saling protect
teman satu dan yang lainnya sehingga bisa dibilang mereka adalah hewan yang
setia kawan. Prok prok prok.
Nah, di postingan
sebelumnya aku pernah bilang kalau jerapah menggambarkan sifat manusia dari
segi bersosialisasinya kan? Iya, katanya sih begitu. Mengutip omongan Kerryn Carter, ketua tim peneliti dari School of Biological Sciences, “Jerapah
menunjukkan sistem sosial seperti manusia, di mana masing-masing individu
jerapah secara sementara menjalin hubungan dengan yang lain sehingga jumlah dan
identitas dari setiap individu di dalam kelompok terus berubah”. Manggut-manggut.
Selain manusia
yang merupakan makhluk sosial, ternyata ada jerapah yang juga sama butuh bersosialisasi. Tapi
menurutku, mereka nggak bakal sampai membentuk perkumpulan tante- tante jerapah
sosialita dengan arisan berlian atau arisan brondong kan ya? INI KENAPA NGGAK FOKUS.
Oke, kembali ke
topik. Jadi, masih menurut Carter, jerapah betina memang lebih pilah- pilih dalam
berteman. Mereka lebih memilih berkelompok dengan betina tertentu dan
menghindari kelompok betina yang lain. Kemungkinan ada hubungannya dengan usia
dan status reproduksi mereka.
Nah loh, persis
manusia kebanyakan banget kan ya? Anak perempuan yang gahul abiz (dibaca dengan
nada kekinian) ya bertemannya dengan yang selevel, pun sebaliknya dengan kaum cupu.
Jadi, pengkotak- kotakan seperti itu bukan hanya di kalangan manusia saja, jerapah pun
juga. Plis, ini bukan sinetron wik.
Ada hal unik lain
dari jerapah yang sempat aku baca disebuah artikel. Pada saat melahirkan
bayinya, si ibu jerapah yang notabene memiliki tinggi kurang lebih 6 meter ini tidaklah
bisa berbaring sehingga posisi bayi saat ingin dilahirkan agak ekstrim, yaitu “terjun
bebas” dari ketinggian sekitar 1 meter. What?
Apakah mereka menyediakan matras untuk pendaratan yang sempurna bagi bayi
mungil itu?
Beruntunglah kita dilahirkan sebagai manusia dan tidak harus merasa tersiksa sejak lahir karena harus menyiapkan mental beserta jantung yang kuat untuk menjalani proses kelahiran yang ekstrim hahaha
Well, masih
banyak sebenarnya yang mau aku bahas tentang jerapah. Tapi apadaya mata udah sepet karena dari pagi menatap mesra layar PC. Daaaah.
"Ada hal unik lain dari jerapah yang sempat aku baca disebuah artikel. Pada saat melahirkan bayinya, si ibu gajah yang notabene..."
BalasHapusbutuh pegangan nih kayanya biar fokus :p
Duh iya, kok bisa- bisanya jerapah lahir dari rahim gajah ya? Otak sama jari gak singkronnya parah, isti. Lol
BalasHapus