Manis itu, kayak cintanya Mama ke Papa. Nggak mau pindah dari Bengkulu karena nggak mau ninggalin makam Papa sendirian disana, padahal di Bengkulu udah nggak ada saudara lagi.
Manis itu, kayak Mbah Kakung yang suka ceritain masa- masanya dulu waktu Mbah Putri masih ada. Kebiasaannya mereka, yang bikin kangen katanya.
Manis itu, kayak kisah cinta pasangan lansia di perumahan. Tiap sore keliling komplek sambil pegangan tangan, jalan pelan- pelan sambil ngobrol atau sekedar saling papah. Eyang Putri yang masih setia ngerawat Eyang Kakung yang suka lupa siapa dia karena sakit Alzheimer. Eyang Putri yang telaten banget ke Eyang Kakung yang suka berlaku seperti anak bayi dan hobi merengek kalau permintaannya nggak dipenuhi. Eyang Putri yang sabar banget saat Eyang Kakung tiba- tiba nyuci bajunya sendiri di kloset. Eyang Putri yang nggak mau nyusahin anak- anaknya buat tinggal serumah. Eyang Putri dan Eyang Kakung yang hidupnya cuma berdua, tapi tetap sama- sama dan tetap kelihatan bahagia.
Manis itu, kayak pasangan suami istri yang tetap mau memaafkan walau dulunya pernah dikhianati.
Manis itu, kayak pasangan yang udah menikah puluhan tahun dan belum memiliki keturunan, tapi masih komit sama-sama sampai tua.
Manis itu, saat kita sadar bahwa Tuhan sangat berbaik hati karena sudah menempatkan orang- orang “manis” itu di dalam hidup kita.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar