Bagian yang tercecer ini semakin lama semakin terkikis dan
takutnya habis. Bagian yang dulunya andil peran penting, saat ini semacam tak
terlihat wujudnya. Entah masih dianggap ada atau mungkin sengaja dibiarkan
terlunta hingga begitu lusuh dan lama kelamaan hilang dengan sendirinya. Bagian
yang tak lagi sama porsinya ini memang sedikit mengharapkan perlakuan yang sama
dengan porsi sebelumnya. Dia tak mau porsinya berkurang, apalagi hilang. Karena
keterbiasaan mengambil alih adalah hal yang sulit diterima jika perannya
digantikan atau bahkan diambil alih bagian lain. Yaaa memang benar jika porsi
ini tak lagi bisa utuh, tapi paling tidak tetap ada secuil peran yang bisa
membantu untuk membuatnya utuh kembali. Bisa sedikit memberikan kontribusi
walau kecil. Yaaa mungkin itu lebih dari cukup. Cukup untuk menebus kepingan
rindu yang memang sulit dikumpulkan satu persatu.
Jumat, 10 Februari 2012
Kamis, 09 Februari 2012
Open mind it !
Perubahan itu sulit. Merubah apa pun atau berubah untuk
menjadi apa pun itu jauh dari gampang. Perubahan lingkungan, perubahan
karakter, perubahan orang atau bahkan sampai perubahan hati. Meletakkan sesuatu
yang telah terbiasa tertata disana, kemudian dipindahkan dan dirubah letaknya,
maka akan susah untuk beradaptasi ulang. Memulai semua dari hal baru, menemukan
hal asing, butuh proses yang lama. Sama seperti kehilangan sesuatu, bukan hal
mudah untuk menggantinya utuh atau sama persis.
Merubah posisi itu menjadi hal asing, membuat semua
ketergantungan perlahan hilang, mengganti semua hal luar biasa itu menjadi kembali
biasa, menggeser rasa itu menjadi sebuah kepalsuan. Apa yg membuat semuanya
begitu palsu? HAHA kita hanya bermain drama yang nyatanya menyedihkan. Kita
dipermainkan perasaan. Pembelajaran terburuk dalam diri adalah berbohong dan
berpura-pura. Yaa, sekarang kita sedang dalam scene itu. Setiap kata yg terucap
baik belum tentu nyatanya, setiap tingkah yang apik tak lain nyatanya hanya
tipu. Kita bermain dibalik kedok kebaikan, tapi membuat diri mati menahan
sengsara. Salah jika kita tak mampu bermain? Jika kita lelah dan coba berlari
untuk kembali? Salah? Tanya pada mereka! Haaaaaaaah aku hanya ingin berperan
menjadi aku, menjadi aku yang mencintai diriku bukan atas nama kebahagiaan
mereka. Aku yang menjadi aku yang bahagia dengan caraku. Aku yang tak harus
memikirkan mereka. Aku yang menentukan pilihan. Hanya aku! Tapi sayangnya egoku
masih berlogika. Tak semua yang aku inginkan adalah apa yang sebenarnya aku
butuhkan. Ya, Tuhan bukan memberikan apa yang manusia inginkan tapi Dia
memberikan apa yang kita butuhkan.
Jumat, 03 Februari 2012
Kita dan abu-abu
Kita itu terlalu abu-abu menjalankan cerita. Alurnya terlalu
rumit dan belokannya terlalu tajam. Tanjakan terjal dan turunan curam didepan
mata. Tapi tujuan kita ternyata memang terlalu jauh. Sangat jauh. Abu-abu ini bisa apa? Terlalu renta dan lemah
ternyata. Tawanya sekarang berubah kegalauan penuh sendu yg bergelayutan.
Kenapa lagi? Masalah lama atau tambahan goncangan kecil barunya? Ternyata keduanya.
Kasihan ya kita. Menginginkan, tapi tak sesuai nyatanya. Membutuhkan, tapi
semacam hampir lepas dari genggaman.
Abu-abu bukannya buruk atau elok sekali
pun. Ia samar. Terlalu samar dan membuat kita kesulitan menghapus buramnya.
Saat ini tidak hujan, tapi disini penuh air dan genangan. Terlalu banyak rindu
yang tertahan sampai muak menahan. Keadaan mungkin dipihak lain, bukan kita. Tapi
kita bukan makhluk super lemah kan? Hmm hmm tapi mau apa ya? Bisa berbuat apa?
Kenapa rasa sesaknya ini bertubi-tubi datang? Haaaaaaah entahlah. Terlalu banyak
tapi. Terlalu banyak tanya. Yaaa terlalu abu-abu.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)