Jeda...
Membentuk jarak yang bernama rindu
Memanggil ingatan tentang tawa yang selalu riuh
Menjadikan hujan begitu dingin, ramai terasa hening
"Ayok ngumpul, si N pulang lho"
"Ayok, langsung aja"
"Jangan sekarang deh, masih belom kelar nih kerjaan."
"Next time gimana? Janjian sama dosen nih."
"Aku mah ayok aja, tapi tempatnya kalian yang atur."
.....
.....
.....
Lalu berujung...batal.
Grup chat kali ini membuatku berfikir bahwa sebenernya nggak ada yang bener-bener nggak bisa, kalau minimal kita semua menempatkan satu hal pada titik yang sama dalam satu waktu yang sama.
Waktu memang mengikat kita pada dunia baru yang kadang sulit dipahami oleh orang lain. Membentuk kita menjadi asing pada hal remeh temeh yang sempat kita tertawakan bersama. Iya, kita sedang sama-sama berjuang mencari "kita" yang utuh. Tapi kenapa kita lupa tentang rasanya "butuh"?
Awalnya aku sempet keki sama kita. Segitu susahnya atur waktu buat sekedar ketemu atau sekedar haha hehe kayak dulu. Tapi kesininya aku sadar, nggak ada yang salah dengan perubahan semacam ini.
Orang dewasa mungkin memang dituntut menjadi individualisme. Kita bukan lagi segerombolan bocah yang gampang atur ketemuan secara spontan. Dan...nggak bisa kumpul, bukan berarti nggak peduli. Beruntunglah, itu artinya satu tahapan baru sedang dilalui.
Jaga diri kalian, guys. Dimana pun kalian saat ini, sedang apapun kalian di sana, dengan siapapun kalian membentuk tawa. Tetap sehat dan berbahagia.
Percayalah, cara menyampaikan rindu yang paling sejati adalah dengan saling mendoakan.
Yogyakarta, yang sedang merindukan sahabat-sahabatnya