Usia muda itu masanya menemukan jati diri. Di usia 20-an, kita akan mencari
apa yang sebenarnya paling sesuai dengan diri dan hidup kita. Bahasa kerennya
sih mencari passion. Mencari sebanyak mungkin pengalaman untuk mengasah
kemampuan dan memuaskan segala rasa keingintahuan.
Dan itu ternyata bukan cuma teori, aku merasakannya sendiri. Mempunyai hobi bertanya-tanya tentang hidup. Mencari tahu apa
yang sebenarnya ada dalam diri, menggali potensi, ingin mencoba dan mengembangkan semua
yang ada.
Mencoba kerja kantoran, udah. Mencoba menulis, in progress. Pengen belajar musik khususnya piano, belum
kesampean. Pengen belajar masak, udah pinteran dikit lah. Kursus bahasa inggris, senam pernapasan, juga udah. Pengen belajar
sulam, udah bisa bikin rantai doang sih. Pengen punya bisnis, masih wacana.
Pengen mencoba banyak hal dan nggak fokus itulah masalahnya haha
Tapi akhir- akhir ini aku lagi fokus sama 2 hal (bukan fokus juga sih). Berkebun dan menjahit. Awalnya sih cuma pengen mendekorasi meja kerja, iseng ke toko bunga
mencari- cari bunga hias yang cocok menemani kebetean di kantor. Akhirnya
pilihan jatuh pada kaktus yang didapat di pasar tanaman. Pertama kali
menginjakkan kaki ke sana, rasanya kok mataku segeeeer banget. Rasanya bahagia
melihat banyak jenis tanaman dan khususnya bunga yang berwarna- warni.
Beberapa hari berikutnya, aku mengajak Tante untuk datang ke pasar itu dan
ujung- ujungnya kita kalap dengan memborong beberapa pot tanaman. Ada kaktus,
krisan, tanaman gantung dan bunga cantik yang nggak tahu namanya apa.
Nah, dari situ aku mulai bersemangat untuk mengurus kebun di depan rumah
yang didominasi dengan pot- pot hijau punya Tante. Akhirnya aku bertekad, mulai
saat itu akan rajin mengurusi kebun, ya minimal rajin menyirami dan
membersihkannya lah.
Tiap hari bunga- bunga yang baru dibeli itu aku sirami, dari yang awalnya cuma
kuncup, pelan- pelan mekar, cantik, dan ternyata itu membahagiakan. Diberi pupuk,
dibersihkan pekarangan sekitarnya, aih berasa berkebun banget.
Selain itu, hal lain yang lagi aku niati belakangan ini adalah belajar menjahit. Nggak
terkesan emak- emak banget sih, malah keren menurutku.
Semuanya berawal dari niatanku
beberapa bulan lalu untuk mencari tempat kursus menjahit di Jogja yang ternyata
biayanya nggak murah. Kenapa pengen? Karena aku suka fashion dan kebanyakan
baju- baju yang ada di pasaran itu sizenya nggak cocok di aku (if you know what
I mean). Makanya suka males kalau udah suka sama model bajunya, eh nggak ada
ukurannya atau kalau beli dress suka nyantung di mata kaki.
Kata berjawab, gayung bersambut. Tiba- tiba tante memberi kabar kalau doi beli mesin jahit. Voila! Semangatku makin menggebu- gebu untuk belajar
menjahit, minimal bisa membahagiakan diri sendiri dengan membuat dress sendiri, pikirku.
Akhirnya, tujuanku ke toko buku bukan lagi mencari novel dan pelajaran akidah serta
adab nikah, tapi mencari buku tentang pola- pola dasar untuk penjahit pemula. And
I got it! Sekarang sih masih tahap mencoba belajar teorinya sebelum praktek langsung ke menggambar pola lalu pindah ke bahan. Doakan dan tunggu kabar baiknya, ya. Kamu juga boleh lho mencoba hal baru yang selama ini mungkin "bukan kamu banget". Pasti seru deh!
Kamis, 28 Agustus 2014
Kamis, 21 Agustus 2014
"Surga" Kaum Ibu dan Wanita
Sudah terbersit satu kegiatan apa yang paling disukai kaum wanita? Sudah? Yakin? Apa?
Betul banget, BELANJA. Wanita mana sih yang nggak suka belanja, atau minimal cuci mata. Apalagi kalau yang dilihat itu banyak macemnya, dari alat elektronik, pakaian, perabotan rumah tangga, plastik, pecah belah, alat dapur, dan lainnya. Dari yang lucu- lucu, jadul, kekinian sampai ke yang pritil- pritil seperti Suthil (sendok memasak dari kayu), gayung, bahkan bunga- bunga plastik yang cantik dan bikin mupeng banget pun ada.
Hari Rabu kemarin, aku dan Oknum N memutuskan pergi ke Progo sepulang kerja, jam 4 sore. Awalnya sih hanya berniat membeli wadah stationery, bunga hias, tempat makan dan mug lucu. Tapi siapa sangka, jiwa keibu- ibuan kami muncul dengan kejamnya. 3 jam kemudian, kami masih setia aja di sana. Semua jenis barang dilihat, dipegang, dicekin harganya, dimasukin ke keranjang, dikeluarin lagi, sampai akhirnya menimbang- nimbang sebelum sampai ke kasir. Nggak heran memang kalau ibuku seneng banget tiap kali diajak ngeprogo.
Progo memang lengkap sih, tempatnya luas walaupun dari tampilan dan kenyamanan berbelanja ya jauh kalau mau dibandingin sama Mall. Syumuk aje. Selain itu, hal yang penting banget untuk diperhatikan oleh pusat- pusat perbelanjaan, yaitu kebersihan toilet juga musholanya, dan Progo minus untuk hal ini.
Sambil istirahat makan, Oknum N bilang "Ternyata jadi jomblo itu enak ya, Ndut". Sempet bingung juga harus nimpali jawaban apa. Enaknya mungkin karena nggak diribetin laporan ini itu atau nggak ada kewajiban ini itu selain ngurusin diri sendiri. Tapi besok- besok kalau perginya sama suami, aku rasa belanjanya pasti lebih enak dan seru, apalagi kalau udah di depan kasir HAHAHA.
Selesai rumpi dan makan sebentar, kita balik dengan hati dan otak yang lebih fresh. Kaum ibu dan wanita memang punya cara sendiri untuk membahagiakan dirinya. Mencari "surga" yang mungkin sulit dimengerti kaum pria seperti ini salah satunya.
Betul banget, BELANJA. Wanita mana sih yang nggak suka belanja, atau minimal cuci mata. Apalagi kalau yang dilihat itu banyak macemnya, dari alat elektronik, pakaian, perabotan rumah tangga, plastik, pecah belah, alat dapur, dan lainnya. Dari yang lucu- lucu, jadul, kekinian sampai ke yang pritil- pritil seperti Suthil (sendok memasak dari kayu), gayung, bahkan bunga- bunga plastik yang cantik dan bikin mupeng banget pun ada.
Hari Rabu kemarin, aku dan Oknum N memutuskan pergi ke Progo sepulang kerja, jam 4 sore. Awalnya sih hanya berniat membeli wadah stationery, bunga hias, tempat makan dan mug lucu. Tapi siapa sangka, jiwa keibu- ibuan kami muncul dengan kejamnya. 3 jam kemudian, kami masih setia aja di sana. Semua jenis barang dilihat, dipegang, dicekin harganya, dimasukin ke keranjang, dikeluarin lagi, sampai akhirnya menimbang- nimbang sebelum sampai ke kasir. Nggak heran memang kalau ibuku seneng banget tiap kali diajak ngeprogo.
Progo memang lengkap sih, tempatnya luas walaupun dari tampilan dan kenyamanan berbelanja ya jauh kalau mau dibandingin sama Mall. Syumuk aje. Selain itu, hal yang penting banget untuk diperhatikan oleh pusat- pusat perbelanjaan, yaitu kebersihan toilet juga musholanya, dan Progo minus untuk hal ini.
Sambil istirahat makan, Oknum N bilang "Ternyata jadi jomblo itu enak ya, Ndut". Sempet bingung juga harus nimpali jawaban apa. Enaknya mungkin karena nggak diribetin laporan ini itu atau nggak ada kewajiban ini itu selain ngurusin diri sendiri. Tapi besok- besok kalau perginya sama suami, aku rasa belanjanya pasti lebih enak dan seru, apalagi kalau udah di depan kasir HAHAHA.
Selesai rumpi dan makan sebentar, kita balik dengan hati dan otak yang lebih fresh. Kaum ibu dan wanita memang punya cara sendiri untuk membahagiakan dirinya. Mencari "surga" yang mungkin sulit dimengerti kaum pria seperti ini salah satunya.
Senin, 18 Agustus 2014
Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
“Langit
selalu punya skenario terbaik. Saat itu belum terjadi, bersabarlah. Isi
hari-hari dengan kesempatan baru. Lanjutkan hidup dengan segenap perasaan
riang.”
Tere
Liye kali ini membawaku ke tepian sungai Kapuas bersama novelnya yang berjudul
Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah. Tokoh utamanya adalah Borno atau si ‘bujang
berhati paling lurus sepanjang tepian Kapuas’. Borno yang saat itu berprofesi
sebagai pengemudi sepit (perahu kayu, panjang lima meter, lebar satu meter,
dengan tempat duduk melintang dan bermesin tempel a.k.a speed) jatuh hati pada seorang gadis peranakan
Cina bernama Mei, yang mengajar di salah satu SD di Pontianak.
Semua berawal dari amplop merah yang Borno temukan
di sepitnya. Amplop itu masih dia simpan, belum terbuka sama sekali karena
sepengetahuannya amplop itu hanyalah angpau biasa dari Mei yang sengaja
dibagikan ke penduduk sekitar. Tapi siapa sangka, di balik amplop itu menyimpan
cerita yang amat mendalam bagi keduanya, yang cukup membuat rumit kisah mereka.
"Ibu, usiaku dua puluh
dua, selama ini tidak ada yang mengajariku tentang perasaan-perasaan, tentang
salah paham, tentang kecemasan, tentang bercakap dengan seseorang yang
diam-diam kukagumi. Tapi sore ini, meski dengan menyisakan banyak pertanyaan,
aku tahu, ada momen penting dalam hidup kita ketika kau benar-benar merasa ada
sesuatu yang terjadi di hati. Sesuatu yang tidak pernah bisa dijelaskan.
Sayangnya, sore itu juga menjadi sore perpisahanku, persis ketika perasaan itu
mulai muncul kecambahnya."
Novel ini tidak melulu menceritakan kisah cinta
antar keduanya, tapi banyak juga mengajarkan kita tentang hidup, persahabatan
dan indahnya kebersamaan. Seperti adanya si
dokter gigi cantik nan ceria bernama Sarah, Ibu Borno, Andi dan bapaknya, Cik
Tulani, Koh Acong, Bang Tigor, Jauhari, dan Pak Tua yang membuat kisah ini
semakin menarik.
Di
dalamnya juga menggambarkan tentang bagaimana cinta mampu mengikis kebencian,
seperti Borno dan Mei. Ia mampu memaafkan masa lalu, berupaya melakukan yang
terbaik untuk hari ini dan percaya akan masa depan yang lebih baik.
“Cinta hanyalah
segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal perasaan senang,
gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gulai kepala ikan, suka mesin.
Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut
cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita besarkan, terus menggumpal
membesar. Coba saja kau cueki, kau lupakan, maka gumpal cinta itu juga dengan
cepat layu seperti kau bosan makan gulai kepala ikan”.
Sebuah
kisah sederhana tapi penuh warna sih menurutku, walaupun aku sendiri agak lama
untuk melahap buku ini hehe. Petuah- petuah Pak Tua yang selalu keren serta
kisah Fulan dan Fulani menjadi bagian terfavoritku. Aih, jadi pengen main ke
Pontianak :D
Minggu, 10 Agustus 2014
Saat Anak Bertanya pada Ibunya
"Anggep aja mereka nggak ada. Fokus sama mimpi supaya jalannya lebih mudah, Mbak." -Mama, masih di ujung telepon
Untuk pertama kalinya aku berani gamblang cerita soal yang satu ini ke Mama. Tentang bagaimana pria yang baik, tentang bagaimana memantapkan hati, tentang bagaimana kehidupan setelahnya.
Cukup dipancing sedikit, Mama langsung bisa menebak kalau ada yang mengganjal di hati dan pikiranku. Siapa? Bagaimana? Dimana? Dan kenapa? Langsung terentet begitu saja.
Saat kutanya, "Mama kaget nggak denger cerita ini?"
Dengan selow beliau menjawab, "Nggak lah, wajar. Namanya hidup, fasenya pasti berubah dan Mbak udah masuk ke tingkatan yang lebih tinggi sedikit. Jangan terlalu fokus sama satu hal tapi ya, di depan sana masih banyak hal-hal baik lainnya. Kalau udah saatnya, Mbak nggak bakal ragu kok."
Masih belajar mencerna obrolan semalam.
Untuk pertama kalinya aku berani gamblang cerita soal yang satu ini ke Mama. Tentang bagaimana pria yang baik, tentang bagaimana memantapkan hati, tentang bagaimana kehidupan setelahnya.
Cukup dipancing sedikit, Mama langsung bisa menebak kalau ada yang mengganjal di hati dan pikiranku. Siapa? Bagaimana? Dimana? Dan kenapa? Langsung terentet begitu saja.
Saat kutanya, "Mama kaget nggak denger cerita ini?"
Dengan selow beliau menjawab, "Nggak lah, wajar. Namanya hidup, fasenya pasti berubah dan Mbak udah masuk ke tingkatan yang lebih tinggi sedikit. Jangan terlalu fokus sama satu hal tapi ya, di depan sana masih banyak hal-hal baik lainnya. Kalau udah saatnya, Mbak nggak bakal ragu kok."
Masih belajar mencerna obrolan semalam.
Bersiaplah, Girls!
Percayalah, akan ada masa dimana celana jeans, kets buluk, muka polosan, dan tas punggung berubah menjadi dress, rok, sepatu cewek, perawatan, make up, tas pesta dan pritil- pritil cewek sebagai mana mestinya.
Secuek- cueknya kamu, saat terkena "sentil" ya secara otomatis bakal muncul niat melakukan perubahan itu. Hihi just enjoy it, gurls!
-Anak perempuan yang mulai rajin hunting rok
Secuek- cueknya kamu, saat terkena "sentil" ya secara otomatis bakal muncul niat melakukan perubahan itu. Hihi just enjoy it, gurls!
-Anak perempuan yang mulai rajin hunting rok
Rabu, 06 Agustus 2014
Lalu?
A : gimana kita tahu kalau dia itu orangnya?
B : kita nggak pernah tahu, kita kan bukan Tuhan.
A : lalu?
B : lalu...saat kamu sudah mengikatnya dalam doa pada Tuhan dan memang dia yang selalu ada, mau mencari kemana lagi?
A : tapi kan...
B : coba buka semua indera, rasakan. Lalu tanyakan pada hati.
Kemudian hening.
B : kita nggak pernah tahu, kita kan bukan Tuhan.
A : lalu?
B : lalu...saat kamu sudah mengikatnya dalam doa pada Tuhan dan memang dia yang selalu ada, mau mencari kemana lagi?
A : tapi kan...
B : coba buka semua indera, rasakan. Lalu tanyakan pada hati.
Kemudian hening.
Perempuan
“Perempuan terdiri dari banyak harapan, banyak keraguan, dan ketakutan mengharapkan kepastian. Tapi saat dijanjikan, takut untuk memberikan kepercayaan.”
-Purbaningsih Sasanti (via MASGUN)
Ternyata perempuan memang penakut untuk masalah memberikan kepercayaan. Apalagi untuk "hidupnya" pada seseorang, ya kan?
Senin, 04 Agustus 2014
Reminder
"Kalau kita menjalani apa yang kita cintai, nggak bakal ngeluh capek kok."
Nah, kalau udah keseringan ngeluh? Coba pikir ulang deh tentang apa yang kamu jalani saat ini. Karena hidup dengan keluhan hanya akan menjauhkanmu dari kebahagiaan.
Kicauan pagi dari balik meja makan
Langganan:
Postingan
(
Atom
)