hujan berbisik pada senja, tentang doa-doa yang jatuh bersamaan dengan turunnya.
"apa mereka selalu berdoa sekhusyuk ini disetiap senjamu?"
"mereka selalu berdoa, tapi selalu melipat gandakannya saat engkau ada."
"sebegitu berartinya kah kehadiranku dimata mereka? aku tersanjung."
"bukankah mereka memang selalu menantikan kehadiranmu?"
"tidak, tidak semua. bahkan ketika datang aku sering kali dikutuk. tidak banyak yang dengan riang hati menyambutku, senja. hanya sebagian dari mereka yang mencintai Tuhannya, yang bisa memaknai kehadiran dan rasa syukur yang sederhana."
"kita harus tetap berbahagia untuk ini. kita sudah menjadi saksi atas bertaburnya doa manusia di waktu yang diharapkan: ba’da ashar sampai matahari terbenam menuju senjaku, dan dikala turunnya hujanmu. kita adalah pengharapan."
"kita harus tetap berbahagia untuk ini. kita sudah menjadi saksi atas bertaburnya doa manusia di waktu yang diharapkan: ba’da ashar sampai matahari terbenam menuju senjaku, dan dikala turunnya hujanmu. kita adalah pengharapan."
Hujan pun jatuh bercampur linangan kebahagiaan, betapa dirinya sangat dirindukan insan yang sedang memperjuangkan doa dan takdir-Nya di langit.
-selasar masjid di pinggiran jalan Yogyakarta, menanti magrib dan hujan reda, sembari berdoa-