Selasa, 30 September 2014
What we called love
Senin, 29 September 2014
New Haircut?
Potong rambut lagi, galau lagi, marah- marah lagi, nyesel lagi. Mungkin inilah yang dirasakan sebagian orang ketika berhadapan dengan rambut barunya.
Rambut yang sudah lama dirawat, dibiarkan panjang terurai, harus dipangkas bondol macam polwan. Rasanya? Ask yourself.
Ini adalah persoalanku yang belum bisa rampung dari jaman baheulak. Entah kenapa, aku selalu merespon demikian pasca memotong rambut kesayangan.
Dari jaman jebot masih unyu- unyu gemesin sampai sekarang lutuk- lutuk nyebelin, adegan mencucu sepulang dari salon selalu ada. Sampai orang serumah juga hapal dan selalu ngewanti- wanti tiap aku minta potong rambut. Nggak cocok inilah, itulah, kurang inilah, itulah, nggak rapih atau apalah. Dan ujung- ujungnya mbrebes mili manyun sana sini hahahaha
Dulu pas jaman SD, suka banget sama rambut panjang, berasa princess nan cantik jelita aja kalau lagi tergerai gitu. Nah, pernah ada kejadian waktu kelas 4, tiba- tiba dipotonglah macam anak laki nggak tau modusnya apa tuh sama Mama dan mulai saat itu, jadi cuek bebek kalau rambutnya jadi pendek.
Jaman SMA itu beda lagi, masa- masa dimana rambut adalah hal terpenting yang kudu maksimal setiap saat. Poni khususnya, harus selalu IN. Nggak boleh zig zag kalo dipotong, kudu rapiiiih banget.
Dan kejadian rambut bondol keulang lagi. Waktu itu lagi libur sekolah ke Palembang dan nggak sengaja ngeliat foto model di mall dengan rambut bondol yang cantik banget, dan tiba- tiba aku jadi pengen. Tanpa pikir panjang, langsung lah dipangkas. Dan, itu adalah rambut terpendek sepanjang sejarah di jaman SMA.
Setelah memutuskan berjilbab, keribetanku soal rambut nggak terlalu parah kayak dulu. Yang penting masih panjang dan bisa dikuncir aja, udah.
Sampai akhirnya kemaren, setelah bertahun- tahun lamanya nggak kenal sama yang namanya potong rambut ekstrem, lagi- lagi aku nekat tanpa pikir panjang buat ke salon. Aku kirain penyakit ribetku udah sembuh, ternyata beluuuum.
Bukannya bahagia pasca potong rambut, tapi malah nyesel. Pulang dari salon dengan manyun khas dari jaman dulu, aku langsung nyamperin tante minta dipermak lagi deh rambutnya, dirapihin lagi.
And see, sampai sebegini gedenya ternyata untuk urusan rambut aja aku masih suka rewel. Sama rambut aja aku suka nyesel kalo habis dipotong, suka sedih kalo inget dulunya nggak sependek ini.
Kalau buat kehilangan rambut aja aku bisa sesedih dan sesayang ini, apalagi sama kamu nantinya kan? #Lah #NggakAdaHubungannya hahahaha
Bye bye rambut panjang macam princess di jaman sekolah. Nggak penting bentuk kamu sekarang gimana, yang penting sekarang kamu sehat- sehat terus ya :')
Rabu, 24 September 2014
Senin, 22 September 2014
Dominansi
Jumat, 05 September 2014
About Caring
Me : Uhm a little. But actually I care about them, about you too. I've tried to be a good one for all of you. Didn't you know?
Him : You're great, but I think you over independent, like...no need someone else. It's not even really good, Dear.
Me : I know, I'll call you if I need something.
Him : You've said that and it never happened. Sometimes, we'd like feedback from someone else, rite?
Me : Sorry, I promise. I'll try.
Him : We'll see, my stone head.
I know that actions speak louder than words, but it's the hardest part too. Sometimes when I show A, people can judge E, different perception I mean. When people said that I'm not care about them, feels like a thousand questions around my head. "Am I?"