Setiap mendengar berita kematian, hati ini langsung bergetar dan berasa ditampar. Berasa diingatkan jika memang benar hal yang paling dekat dengan kita itu adalah kematian. Hal yang jelas- jelas sudah pasti dan hanya menunggu waktu, sesuai janji kita.
Mendengar kabar meninggalnya Ustadz
Jefri Al-bukhori, pada hari Jumat kemarin, aku seperti
dilempar kemasa lalu. Ingatan terdahulu tentang hal yang hampir serupa
pernah dialami keluargaku. Melihat istri dan anak-anaknya yang
ditinggalkan, aku seperti bercermin, begitu jelas.
Kehilangan seseorang yang kita sayangi memang terasa berat, apalagi sebelumnya dialah yang sehari- hari menjadi tulang punggung keluarga. Kehilangan lelaki terhebat yang pernah dimiliki, wanita mana yang tak lungkruh hatinya. Dan aku selalu memberikan penghormatan tertinggi kepada mereka, wanita hebat yang menyandang status 'baru' sebagai single parent. Ya, aku berbangga hati memiliki satu diantara mereka si wanita hebat ini, memiliki Mama.
Kehilangan seseorang yang kita sayangi memang terasa berat, apalagi sebelumnya dialah yang sehari- hari menjadi tulang punggung keluarga. Kehilangan lelaki terhebat yang pernah dimiliki, wanita mana yang tak lungkruh hatinya. Dan aku selalu memberikan penghormatan tertinggi kepada mereka, wanita hebat yang menyandang status 'baru' sebagai single parent. Ya, aku berbangga hati memiliki satu diantara mereka si wanita hebat ini, memiliki Mama.
Kehilangan sosok pemimpin rumah tangga yang telah kembali pada Sang Pemilik Kehidupan, menjalani peran ganda sebagai kepala keluarga sekaligus mengurusi anak- anak yang kala itu masih sangat kecil dan ditambah lagi menjadi pemain drama yang harus berpura-pura kuat dan tegar demi menjadi contoh teladan anak-anak. Siapa yang sanggup kalau bukan wanita hebat kan?
2 Agustus 1997
Anak ketiga dikeluarga kami lahir. Aku punya adik baru! Ya, kala itu usiaku baru saja menginjak 4 tahun dan kakak laki- lakiku baru saja duduk dikelas 5 sekolah dasar. Mama adalah seorang ibu rumah tangga yang total mengabdikan dirinya untuk mengurusi rumah tangga dan Papa adalah pegawai negeri sipil yang baru saja berada di puncak kejayaan di kala itu.
10 November 1997
Berita duka menghampiri keluarga kami, Papa yang sedang melakukan perjalanan dinasnya ke Jakarta, mengalami kecelakaan hingga dinyatakan meninggal dunia. Mobil travel yang kala itu membawa Papa dikabarkan menabrak pagar rumah seorang warga karena menurut kesaksian supir, dia ingin menghindari seekor kucing yang tiba-tiba lewat.
Beberapa saat sebelum kecelakaan itu, Papa yang tadinya duduk dikursi belakang, tiba- tiba meminta bertukar posisi dengan seorang wanita yang duduk persis disebelah supir, entah apa alasannya. Dan sepanjang perjalanan, beliau tertidur pulas hingga kecelakaan itu terjadi. Tidak ada korban lain dari kecelakaan itu selain Papa.
Tak ada luka sama sekali diwajah atau pun bagian tubuh lainnya, beliau meninggal dalam kondisi bersih, tanpa luka sedikit pun. Tanpa merasa sakit. Dan benar, Papa masih dalam kondisi tertidur, namun tidur untuk selamanya.
Berita duka menghampiri keluarga kami, Papa yang sedang melakukan perjalanan dinasnya ke Jakarta, mengalami kecelakaan hingga dinyatakan meninggal dunia. Mobil travel yang kala itu membawa Papa dikabarkan menabrak pagar rumah seorang warga karena menurut kesaksian supir, dia ingin menghindari seekor kucing yang tiba-tiba lewat.
Beberapa saat sebelum kecelakaan itu, Papa yang tadinya duduk dikursi belakang, tiba- tiba meminta bertukar posisi dengan seorang wanita yang duduk persis disebelah supir, entah apa alasannya. Dan sepanjang perjalanan, beliau tertidur pulas hingga kecelakaan itu terjadi. Tidak ada korban lain dari kecelakaan itu selain Papa.
Tak ada luka sama sekali diwajah atau pun bagian tubuh lainnya, beliau meninggal dalam kondisi bersih, tanpa luka sedikit pun. Tanpa merasa sakit. Dan benar, Papa masih dalam kondisi tertidur, namun tidur untuk selamanya.
Aku tak bisa mengingat bagaimana kondisiku, kakak, adik, bahkan Mamaku saat kabar duka itu sampai ketelinga kami . Tapi yang aku tahu, rumah menjadi begitu ramai dikunjungi banyak orang. Entah, aku tak mengenal siapa saja mereka. Ada yang berseragam pakaian dinas seperti Papa, ada yang berpakaian seperti hendak ke masjid, berkopi'ah dan berkerudung, banyak juga Om-om berambut gondrong dan berbadan besar yang jika tak salah adalah teman- teman satu club motor gede Papa saat itu.
Aku sesekali menangis, saat orang- orang itu silih berganti memeluk dan menciumiku. Aku bingung dan takut, suara tangis bersahut- sahutan terdengar saat sebuah peti dari bandara tiba dirumah kami. Sosok Papa yang masih tertidur pulas dan berbalut kain putih ada didalamnya.
Aku tersenyum saat diberi kesempatan menciumi wajah Papa yang dingin, karena saat itu aku pun melihat senyum diwajahnya yang begitu...damai.
Mama, yang kala itu banyak mendapatkan support dari berbagai pihak, tampak begitu tenang. Tidak menangis meraung- raung meratapi kepergian Papa, ia terlihat begitu tegar. Entah, nampaknya dulu aku tak bisa memahami. Tapi saat sekarang aku mengingat hal itu lagi, aku baru sadar bahwa diam Mama kala itu adalah duka istri yang paling mendalam dan juga cara lain Mama menunjukkan rasa sayangnya kepada Papa. Ya, lewat mengikhlaskan kekasih hatinya untuk kembali menjadi kekasih abadinya nanti di sana.
Aku tersenyum saat diberi kesempatan menciumi wajah Papa yang dingin, karena saat itu aku pun melihat senyum diwajahnya yang begitu...damai.
Mama, yang kala itu banyak mendapatkan support dari berbagai pihak, tampak begitu tenang. Tidak menangis meraung- raung meratapi kepergian Papa, ia terlihat begitu tegar. Entah, nampaknya dulu aku tak bisa memahami. Tapi saat sekarang aku mengingat hal itu lagi, aku baru sadar bahwa diam Mama kala itu adalah duka istri yang paling mendalam dan juga cara lain Mama menunjukkan rasa sayangnya kepada Papa. Ya, lewat mengikhlaskan kekasih hatinya untuk kembali menjadi kekasih abadinya nanti di sana.
Sejak kepergian Papa hingga saat ini pun, hidupku tetap terasa lengkap. Entah apa yang membuat hati ini tidak pernah kosong dan dahaga kasih sayang. Aku yakin, itu semua karena Mama sudah sangat apik memainkan peran gandanya. Atau mungkin sebenarnya, Papa tidak pernah benar- benar pergi meninggalkan kami. Karena aku percaya, saat jiwa telah menyatu, maka cinta akan menembus jarak dan batasan apa pun. Lalu, bagaimana caranya menyatukan jiwa? Jawabannya adalah berkomunikasi. Lalu, bagaimana caranya berkomunikasi? Melalui doa.
Belasan tahun sudah berganti, aku tak pernah melihat Mama menitikan air matanya lagi. Apakah sebegitu kuatnya seorang ibu? Coba aku tanyakan padamu, seberapa sering kamu melihat ibumu menangis atau minimal mengeluhkan hidupnya? Jarang? Tidak pernahkah? Tidak mungkin. Karena sebenarnya bukan tidak pernah, tapi dia hanya terlalu pintar menyembunyikan. Bukankah begitu?
Ya, ia selalu menampakkan kebahagiaan disaat hatinya tersayat kerinduan mendalam. Ia selalu memberikan kehangatan untuk buah hatinya disaat dirinya sendiri butuh sebuah pelukan. Ia menuturkan kelembutan yang selalu menyejukkan disaat dia pun butuh orang untuk mendengarkan.
Ya, ia selalu menyemangati saat dirinya sendiri butuh disemangati. Ia selalu berkata 'ada' saat uang untuk keperluan sekolah sebenarnya masih harus dibagi untuk keperluan dapur. Ia selalu berkata 'sudah' saat makanan lezat yang ia sediakan hanya cukup untuk anak- anaknya.
Ya, ia selalu tidur belakangan hanya untuk memastikan anaknya sudah pulang dan rumah sudah terkunci dengan benar. Ia juga yang selalu bangun lebih awal, hanya untuk memastikan anak-anaknya tidak terlambat sarapan dan berangkat ke sekolah. Ia pun selalu khawatir, saat Magrib tiba namun anaknya tak kunjung pulang.
Ya, ia juga selalu meributan hal- hal kecil seperti menyapu rumah, merapikan tempat tidur, mencuci piring dan lain sebagainya hanya untuk membentuk anak- anak yang tidak manja. Dan ia selalu melakukan rutinitas itu secara berulang dan ia pun tak pernah mengeluhkan bosan.
Bahkan ia selalu bahagia saat diminta menyisiri rambut anak gadisnya hingga tanpa sadar rambutnya sendiri sudah mulai memutih. Dan yang pasti, ia selalu memasukkan anak-anaknya dalam tiap doa, hanya meminta satu hal, yaitu anak- anak yang sholeh dan sholehah untuk bekal surganya nanti :')
Pada akhirnya hidup memang hanya perihal mencari jalan terbaik menuju mati-